Debit Air Kecil dan Menghitam
Keluhan Warga Wonokromo-Wonocolo
SURABAYA, Jawa Pos – Bukan hanya masyarakat Karang Pilang dan Sawahan yang mengeluhkan air PDAM. Warga di daerah Wonokromo dan Wonocolo juga sambat. Kondisi air tidak hanya menguning. Air yang mengalir ke rumah penduduk malah meninggalkan kerak hitam.
Salah satunya terlihat di rumah Amining. Warga Kelurahan Jagir, Wonokromo, itu sudah lama merasakan air yang keruh. Bahkan, menurut dia, kondisi tersebut sudah berlangsung selama bertahun-tahun. ’’Sudah lama, saya lupa. Pokoknya dari dulu sudah seperti itu,’’ ujarnya kemarin (3/8).
Dia menyatakan, air PDAM yang mengalir ke rumahnya pernah jernih. Tetapi hanya berlangsung sebentar. Tepatnya setelah jaringan pipa beberapa tahun lalu dibersihkan. Setelah dibersihkan, kerak hitam kembali muncul.
Amining mengatakan, air yang mengalir ke bak mandinya sudah diberi penyaring. Sayang, upaya tersebut tidak mampu menahan kotoran yang masuk. Kerak hitam tetap menempel di dinding bak mandi. ’’Sudah disaring tapi tetap saja keruh. Itu nggak tahu ampas, pasir, atau apa itu,’’ katanya.
Selain kehitaman, debit air sangat kecil. Amining mengatakan selalu bergantian menggunakan keran. Misalnya, saat mencuci pakaian atau cuci piring. Tidak boleh ada keran lain yang menyala. Sebab, air tidak akan keluar jika keran yang dibuka lebih dari satu.
Kondisi serupa dialami Zainudin. Warga Bendul Merisi, Kecamatan Wonocolo, itu mengungkapkan bahwa air keruh di kampungnya bukan fenomena baru. Kondisi tersebut sudah berlangsung lama. Karena tidak ada alternatif lain, masyarakat terpaksa menggunakan air itu untuk mandi. ’’Kalau memasak pakai air isi ulang,’’ katanya.
Air keruh yang sudah berlangsung lama membuat dasar bak mandinya berubah warna. Yang awalnya putih menjadi kuning kecokelatan. Menurut Zainudin, hal itu disebabkan air kotor yang setiap hari tertampung. ’’Akhirnya meninggalkan bekas seperti itu. Sulit hilangnya kalau nggak digosok dengan sikat kawat,’’ ucapnya.
Sementara itu, Direktur Operasional PDAM Surya Sembada Doddy Soedarjono menuturkan bahwa air yang mengalir ke rumah warga memang
sempat menguning dua pekan lalu. ’’Bahan baku air dari Kali Surabaya sedang jelek. Hal itu berpengaruh pada kualitas air yang diproduksi,’’ ujarnya.
Menurut Doddy, kondisi sungai yang mengalami pendangkalan akibat musim kemarau menjadi salah satu penyebabnya. Saat musim hujan, air lebih mudah diolah. Untuk memperbaiki kualitas air, PDAM sudah membubuhkan karbon aktif. ’’Itu tidak dipakai setiap hari. Jadi, karbon aktif digunakan ketika dibutuhkan saja,’’ jelasnya.
Saat ini dia menilai kondisi air di rumah-rumah warga sudah normal. Jika masih ada yang menguning atau menghitam, berarti ada masalah di titik tertentu. Bukan dari pusat produksi air. ’’Harus dilihat dulu, apakah air di rumah tetangga sekitar juga demikian. Kalau meluas, berarti dari induknya yang bermasalah. Tapi kalau tidak, berarti itu masalah (jaringan, Red) lokal,’’ paparnya.
Terkait kondisi air yang menghitam, Doddy memastikan bahwa itu merupakan masalah lokal. Tidak bersumber dari instalasi produksi air minum (IPAM). Ada beberapa faktor penyebab air menghitam. Salah satunya pipa yang terdampak proyek galian atau pemasangan box culvert.
’’Setiap proyek pemasangan box
culvert selalu berpengaruh pada kualitas air di sekitar lokasi proyek. Pasti ada pipa yang bergeser. Hal itu membuat pipa mengalami kebocoran dan rawan terkontaminasi,’’ paparnya.
Doddy memastikan segera melakukan pengecekan ke rumah penduduk yang airnya menghitam. ’’Salah satunya ya di-flushing,’’ paparnya.
Setiap proyek pemasangan box culvert selalu berpengaruh pada kualitas air di sekitar lokasi proyek. Pasti ada pipa yang bergeser. Hal itu membuat pipa mengalami kebocoran dan rawan terkontaminasi.” DODDY SOEDARJONO Direktur Operasional PDAM Surya Sembada