Tambah Anggaran Pembebasan Lahan
Solusi Percepat Pembangunan FO dan FR
SIDOARJO, Jawa Pos – Upaya penanggulangan kemacetan di Kota Delta bakal berjalan panjang. Sebab, sejak diwacanakan pada awal tahun lalu, belum ada perkembangan signifikan terkait solusi kemacetan tersebut. Ada beberapa proyek untuk mengurai kepadatan kendaraan di kawasan Waru sampai Porong. Antara lain, flyover (FO) atau jembatan layang di Gedangan dan frontage road (FR).
Untuk FO, Kepala Bidang Perencanaan dan Pemantauan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII Agung Hari Prabowo menjelaskan, pihaknya masih menunggu kesiapan pemkab. ’’Menunggu pembebasan lahan selesai,” terangnya.
Namun, lanjut dia, pihaknya sudah menyiapkan detail engineering design (DED) yang akan dibangun. Itu menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan. ’’Termasuk segala kebutuhan materialnya,” tuturnya. ’’Sebab, tugas kami lebih spesifik pada pengerjaan konstruksi,” lanjut Agung.
Rencananya, FO Gedangan dibangun mulai Jalan Muncul, Gedangan, hingga menuju arah selatan. Lebar lahan yang dibutuhkan mencapai 18 meter yang terbagi atas empat jalur. Pembangunan konstruksi jalan beton tersebut diperkirakan membutuhkan anggaran Rp 180 miliar.
Sementara itu, penuntasan FR semakin gelap. Bahkan, penyelesaian jalan sepanjang 9,2 km tersebut terancam tidak sesuai target. Lambatnya pembebasan lahan dan anggaran yang terbatas menjadi ganjalan utama. Pemkab pun belum memiliki solusi.
Persoalan itu terkuak saat badan anggaran (banggar) dan tim anggaran pemerintah daerah menggelar rapat Kebijakan Umum Anggaran Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA PPAS) APBD 2019 di gedung dewan. Eksekutif tidak mampu memberikan kepastian kapan FR tuntas.
Sekda Sidoarjo Achmad Zaini menyampaikan beberapa persoalan FR. Salah satunya, pembebasan lahan. Masih banyak tanah yang belum terbeli. Di antaranya, tanah TNI-AL di Gedangan, tanah warga, serta lahan milik swasta. Menurut dia, pembebasan lahan diupayakan tuntas tahun ini.
Untuk persoalan keterbatasan anggaran, Zaini mengatakan bahwa tim anggaran pemerintah daerah (TAPD) sebenarnya sudah menambah dana pembebasan lahan FR. Namun, DPUBMSDA menolaknya. ’’Katanya tidak sanggup,’’ ucapnya.
Mendengar penjelasan itu, TAPD pasrah. Anggaran pembebasan lahan tidak ditambah. ’’Tetap totalnya Rp 250 miliar,’’ ujarnya.
Pernyataan Sekda itu membuat anggota banggar resah. Sebab, pemkab tidak bisa memberikan kepastian kapan FR tuntas. Anggota banggar Tarkit Erdianto menilai FR jalan di tempat. ’’Dari dulu persoalan tetap pembebasan lahan. Tidak ada solusi,’’ terangnya.
Senada dengan Tarkit, anggota banggar Mulyono menuturkan bahwa pemkab tidak berupaya keras menuntaskan FR. Salah satu buktinya adalah minimnya dana yang tersedia. Pemkab hanya mengalokasikan Rp 250 miliar.
Politikus PKS itu menambahkan, seharusnya pemkab mencukupi kebutuhan anggaran karena dana APBD besar. Mencapai Rp 5 triliun. ’’Kalau anggaran kurang, jelas pembebasan lahan tidak rampung,’’ katanya.
SIDOARJO, Jawa Pos – Kasus perampokan di sebuah pabrik di daerah Krian masih didalami polisi. Hingga kemarin (3/8), petugas terus mengumpulkan petunjuk. Tidak hanya mendapat atensi polsek. Anggota Satreskrim Polresta Sidoarjo ikut membantu penyelidikan.
Kasatreskrim Polresta Sidoarjo Kompol Ali Purnomo menyatakan, pihaknya ikut memburu pelaku. Dia berharap perkara tersebut bisa segera terungkap. ’’Upaya kami maksimalkan,’’ ujarnya.
Sejumlah saksi telah diperiksa. Sejauh ini ada lima orang yang dimintai keterangan. Mereka adalah pegawai pabrik. ’’Mohon waktu untuk penyelidikannya,’’ katanya.
Mantan Wakasatreskrim Polrestabes Surabaya itu enggan berkomentar lebih panjang. Pihaknya mengimbau warga yang mengambil uang dalam jumlah banyak di bank sebaiknya minta pengawalan polisi. ’’Gratis. Untuk antisipasi,’’ jelasnya.
Menurut sumber Jawa Pos di kepolisian, penyelidikan kasus itu mendapat bekal lumayan. Ada CCTV yang merekam aksi pelaku. ’’Dua orang yang masuk ke area pabrik,’’ ucapnya. Bukan hanya yang masuk ke pabrik. Dalam rekaman kamera CCTV di dekat pos satpam depan, komplotannya terlihat menunggu. ’’Ada tiga orang. Masing-masing naik motor,’’ katanya.
Dari analisis awal, perkara tersebut ditengarai melibatkan orang dalam. Dasarnya adalah detikdetik yang terekam dalam video tersebut. Korban yang membawa uang, misalnya. Dia seperti tidak melawan. ’’Bahkan diam setelah uang diambil. Padahal, jumlahnya tidak sedikit,’’ paparnya. ’’Meski pelaku membawa sajam, seharusnya ada pengejaran atau semacamnya. Sebab, area perampasan di dalam pabrik,’’ tambahnya.
Faktor lain yang menguatkan adanya keterlibatan orang dalam adalah video dari kamera CCTV di pos satpam depan. Diketahui ada dua satpam di sana. Mereka seharusnya curiga ada orang yang memakai penutup wajah masuk. ’’Dicegat minimal. Ditanya maksud dan tujuannya apa,’’ tuturnya.
Sejumlah temuan tersebut kini ditelusuri lebih lanjut. Lima saksi diperiksa secara intensif. Mereka sesekali dikonfrontasi. ’’Ada beberapa kejanggalan kalau kronologinya dipelajari lebih jeli,’’ ungkapnya.
Sebagaimana diberitakan, perampokan terjadi pada Jumat (2/8). Bandit yang beraksi menggasak uang Rp 407 juta. Mereka membawa senjata tajam ketika berulah.
Uang yang dirampas sejatinya mau dibayarkan kepada pegawai. Uang itu baru saja diambil Rianto dan Mujahit di bank. Eh, saat turun dari mobil, Rianto yang mau masuk ke ruangan dikagetkan pelaku yang merampas kresek berisi uang dari belakang.