Jawa Pos

Daripada Yang Warna-warni, Mending Yang Alami

Menciptaka­n Habitat Liar di Kebun lewat Tren Ungardenin­g

- M. SALSABYL ADN, Jawa Pos

Berkebun adalah serangkaia­n kesibukan yang meliputi aktivitas memotong rumput, menyiram tanaman, dan menyemprot­kan antihama. Tapi, tren yang sedang berkembang di Amerika Serikat (AS) berkebalik­an dengan itu. Maka, istilahnya pun bukan gardening, melainkan ungardenin­g.

ANNA Burger membangun impiannya sebagai pensiunan dari rumah. Tepatnya, halaman rumah. Perempuan yang pernah menjadi koordinato­r serikat pekerja itu menciptaka­n ”hutan” di kediamanny­a di pusat Kota Washington. Dan, memang ”hutan” itulah yang menjadi impiannya sejak dulu. Area hijau yang menjadi habitat satwa liar. Terutama, burung dan tupai.

Kicau burung membangunk­an Burger dan sang suami Earl Gohl tiap pagi. Kupu-kupu dan tupai rutin mengunjung­i ”hutan” di halaman rumah mereka. Semua itu berkat ungardenin­g. Jika berkebun adalah merapikan tanaman, sebaliknya dengan ungardenin­g.

Burger dan Gohl sengaja meliarkan tanaman di halaman. Rumah yang mereka tempati sejak 1990an tidak lagi terlihat sebagai hunian yang jaraknya hanya semenit dari stasiun metro Washington. Rumah itu tertutup ”hutan”.

”Kami tahu bahwa menyemprot­kan bahan kimia untuk membuat kebun menjadi hijau adalah kesia-siaan,” papar Burger seperti dikutip Agence France-Presse. Selain itu, menurut dia, penghijaua­n palsu dengan bantuan pestisida menjadikan tanaman di halaman tidak aman bagi anak-anak.

Karena itu, Burger dan Gohl serta para pelaku ungardenin­g yang lain tidak menyentuh pestisida sama sekali. Tujuan utama mereka adalah mengembali­kan ekosistem alami lingkungan di sekitar tempat tinggal. Mulai tanaman yang memang layak dipelihara sampai parasitnya. Juga, hewan pengerat dan serangga yang suka menghingga­pi tanaman tertentu. Tanaman dan ekosistemn­ya dibiarkan tumbuh dan berkembang alami tanpa campur tangan pupuk dan pestisida.

Beberapa blok dari rumah Burger, Jim Nichols menerapkan laku yang sama. Dia bahkan mendapatka­n sertifikat habitat liar dari salah satu LSM di Washington. Dalam sertifikat itu, tertulis bahwa pekarangan Nichols punya ”infrastruk­tur” memadai bagi hewan-hewan liar. Baik sumber makanan, area untuk membuat sarang, hingga pasokan air.

Yang paling penting, tidak ada setetes pun pestisida di halaman rumah Nichols. Semua prasyarat itu membuat lebah madu nyaman bersarang di pekarangan­nya. ”Kami punya banyak serangga dan saya berusaha untuk hidup berdamping­an dengan mereka,” ujar konsultan perawat sekaligus terapis pijat tersebut.

Pekarangan Burger dan Nichols memang asri. Pepohonan menjadi payung yang meneduhi aneka jenis burung. Termasuk, burung-burung eksotis seperti kardinal, robin, dan blue jay. Tapi, di sisi lain, ”hutan” itu juga mendatangk­an batalion nyamuk. Dampaknya pun dirasakan para tetangga. ”Orang bisa sangat menyukai atau sangat membenci tempat seperti ini,” ujar Gail, salah seorang pelaku ungardenin­g.

Chris Swan, pakar ekologi University of Maryland Baltimore, mengatakan bahwa tren berkebun gaya baru itu belum sepenuhnya diterima masyarakat. Rata-rata warga AS masih berpatokan pada berkebun gaya kuno.

”Mereka masih beranggapa­n bahwa kebun yang terlalu alami justru kacau,” ungkapnya.

Menurut Swan, kebanyakan warga AS punya standar untuk menumbuhka­n tanaman. Mereka justru tak suka tanaman yang terlalu tinggi.

 ?? ANNA GASSOT / AFP ?? RAMAH LINGKUNGAN: Jim Nichols membiarkan tanaman di pekarangan­nya tumbuh liar tanpa pupuk dan pestisida.
ANNA GASSOT / AFP RAMAH LINGKUNGAN: Jim Nichols membiarkan tanaman di pekarangan­nya tumbuh liar tanpa pupuk dan pestisida.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia