Perbanyak Program Perlindungan Anak
SURABAYA, Jawa Pos – Program dinas pengendalian penduduk, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak (DP5A) yang disampaikan ke komisi A dianggap masih berkutat pada inkubasi ekonomi keluarga. Sedangkan urusan perlindungan anak dirasa sangat kurang.
”Saya sering temukan beberapa kasus kekerasan anak di sekolah hingga kasus pencabulan,” kata Reni Astuti, anggota komisi A. Menurut dia, program untuk perlindungan anak perlu dilakukan. Tantangan lima tahun lalu sangat berbeda jauh dengan saat ini. Perkembangan teknologi informasi yang bebas diakses semakin membuat anak-anak perlu pendampingan ekstra.
Menurut Reni, keluarga atau orang tua merupakan tameng pertama bagi anak. Dia mengimbau DP5A memperkuat program ketahanan keluarga. ”Imunitas yang kuat harus dibangun di keluarga. Jadi, saya usul ketahanan keluarga dimunculkan di indikator kinerja,” ujar politikus PKS itu.
Kepala DP5A Surabaya Chandra Oratmangun mengatakan, sudah banyak program ketahanan keluarga dan perlindungan yang dilakukan. Namun, dia memang tidak menyampaikan hal tersebut secara terperinci kepada dewan. ”Karena tak ada perubahan program perlindungan anak. Makanya, saya tak banyak menyinggung soal itu,” kata dia.
Dia sepakat dengan usulan Reni mengenai penguatan perlindungan anak melalui penguatan keluarga. Pihaknya sudah memiliki sejumlah program. Antara lain, program pembinaan keluarga sejahtera, bina keluarga remaja, maupun bina keluarga lansia.
Chandra menjelaskan, kasus kekerasan kepada anak sudah berkurang banyak. Terutama dari tawuran. Sebab, Tim Asuhan Rembulan Satpol PP Surabaya bekerja setiap malam.
Yang dikhawatirkan Chandra justru kasus perkenalan di media sosial (medsos). Sebab, kasus tersebut akhir-akhir ini marak. ”Materi kami kepada anak-anak maupun keluarga adalah pemakaian medsos yang bijak dan benar,” terangnya.