Sepeda tanpa Awak Jago Keseimbangan
SURABAYA, Jawa Pos – Sepeda angin umumnya berjalan dengan dikayuh pengendaranya. Namun, tiga mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) membuat gebrakan baru dengan sepeda roda dua tak berawak (self-balancing). Sepeda tersebut dijalankan dengan menggunakan motor DC.
Mereka adalah Yayang Permadi, Rizal Muntashir, dan Rachmad Kusumardana. Sekilas prototipe sepeda roda dua tersebut seperti kerangka sepeda angin pada umumnya. Namun, sepeda itu telah didesain sedemikian rupa dengan teknologi baru.
Rachmad mengatakan, sepeda roda dua ciptaannya bersama dua temannya didesain tanpa awak. Dia menjalankannya dengan menggunakan motor DC (perangkat yang mengubah energi listrik menjadi energi kinetik). Selain itu, kendali sudut pada roda depan menggunakan motor servo untuk kendali kemudi. ’’Ini menggantikan prinsip kerja orang yang mengendarai sepeda untuk melakukan manuver,’’ katanya.
Selain itu, juga ada sadel otomatis (automatic paddock) di sisi kanan dan kiri sepeda. Jadi, sadelnya akan turun secara otomatis ketika memenuhi sudut kemiringan yang ditentukan. Sadelnya juga akan naik dengan sendirinya saat sepeda sudah dapat berjalan pada posisi tegak lurus.
Sepeda tersebut juga dilengkapi dengan cakram roda reaksi (gyrodisc) yang digunakan untuk keseimbangan sepeda ketika dalam kondisi belum melaju (diam). ’’Dengan begitu, sepeda itu mampu berdiri tegak saat kondisi diam,’’ ujarnya.
Rachmad menjelaskan, ide awal pembuatan sepeda roda dua tersebut berasal dari referensi kendaraan selfbalancing yang diproduksi di luar negeri oleh LITmotor (perusahaan di Amerika Serikat) dan Honda (perusahaan di Jepang). ’’Karena cocok dengan bidang studi kuliah teknik mekatronika yang mencakup mekanik, perhitungan dan perumusan, program, dan kontrol,’’ ungkapnya.
Selain itu, masih sedikitnya penelitian tentang kendaraan self-balancing di Indonesia menambah motivasi Rachmad dan dua temannya untuk membuat inovasi tersebut. Proses pembuatannya pun cukup lama. Yakni, sekitar satu tahun. ’’Mulai dari studi literatur, desain sistem dan perencanaan, simulasi, hingga realisasi sekitar 1 tahun 3 bulan,’’ jelasnya.
Selama proses pembuatan sepeda self-balancing tersebut, cukup banyak kesulitan yang dihadapi. Antara lain, sisi perencanaan mekanik.
Selain itu, ada penentuan diameter cakram roda reaksi. Besar torsi yang dihasilkan harus mampu melawan kemiringan kendaraan. Begitu juga pemilihan jenis motor untuk memutar cakram roda reaksi yang awalnya menggunakan brushless motor diganti dengan DC motor untuk segi ketahanan dan kemudahan.