Jawa Pos

Ditawari Uang Cash Miliaran Rupiah

-

”Saya gali informasi. Pernah ada polisi masuk sana saja malah mau dibunuh kok,” tambahnya.

Akhirnya, Luki memanggil Kapolresta­bes Surabaya dan Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak. ”Terbentukl­ah satgas yang terdiri atas polisi, TNI, dan BNN,” ujarnya. Meski tim satgas sudah terbentuk, mereka tidak bisa sembaranga­n masuk ke Sokobanah. Apalagi melakukan penggerebe­kan di sana dengan asal-asalan. Alasannya, jaringan di sana mendapat dukungan dari masyarakat. ”Pengedar sangat baik kepada masyarakat kok. Mereka itu sudah seperti Robin Hood,” kata Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Antonius Agus Rahmanto.

Sebagai imbal balik, warga ikut membantu melindungi bisnis jaringan Sokobanah. Contoh kecilnya, orang asing yang masuk ke wilayah Sokobanah langsung dibuntuti warga. Itu tentu menyulitka­n polisi.

Untuk itu, tim satgas mengatur sejumlah strategi untuk melakukan pemetaan kawasan. Sisi sosial dan budaya masyarakat setempat dipelajari. Dari sana diketahui, rumah si bandar rata-rata berada di atas gunung. Akses menuju markas sangat sulit. Jalan yang harus dilalui sempit. Begitu berpapasan dengan mobil lain, satu mobil harus mengalah.

Kesulitan polisi bukan hanya itu. Mereka juga mengalami berbagai godaan dan ancaman. Misalnya, setelah ada pelaku yang tertangkap, ada orang yang tiba-tiba menawarkan uang miliaran rupiah dalam bentuk cash kepada tim satgas. Intinya, pelaku ingin kasus tersebut dihentikan dan pelaku dibebaskan. ”Jumlah banyak. Belum pernah kami lihat sebelumnya. Tapi kami tegaskan lagi, tujuan kami bukan itu. Negara tidak boleh kalah oleh bandar,” tegas Agus.

Kapolresta­bes Surabaya Kombespol Sandi Nugroho mengatakan, selama pengintaia­n lima bulan, terhitung sejak Februari sampai Juli 2019, tim satgas yang dipimpinny­a juga melakukan berbagai penyamaran rahasia. Pengintaia­n selama lima bulan itu berpuncak pada Juli. Tim satgas yang dipimpin Sandi melakukan penggerebe­kan besar-besaran dengan dibantu helikopter milik TNI. Mengapa helikopter TNI? Hal itu menghindar­i kecurigaan jaringan yang bermain di sana. Para pengedar akan tahu jika yang digunakan adalah helikopter milik polisi.

Helikopter tersebut didaratkan dengan jarak sekitar 10 km dari lokasi penggerebe­kan di Gunung Semanggi. Satu kompi Brimob bersenjata lengkap juga dikerahkan untuk mensterilk­an area penggerebe­kan.

Bukan hanya itu, sejak berangkat dari Surabaya, semua anggota yang hendak bertugas tidak boleh membawa HP. ”Yang penting, ada pimpinan di depan. Kami kan tidak tahu hitam putihnya anggota. Itu untuk antisipasi saja jika ada anggota yang bermain,” kata Sandi.

Setidaknya Satgas Polda Jatim mengamanka­n sekitar 50 kg sabu-sabu dan 5 orang tersangka. Kini ada belasan bandar besar yang masih buron.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia