Kado HUT RI Berupa Animasi Super Delta
SIDOARJO, Jawa Pos – Setiap tahun Kota Delta diterpa bencana. Jumlahnya terus meningkat. Untuk mengatasi bencana tersebut, pemkab membutuhkan bantuan sejumlah pihak. Di antaranya, relawan, pelaku usaha, akademisi, dan media.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Dwidjo Prawito menjelaskan, Sidoarjo memiliki potensi bencana yang tinggi. Menurut dia, ada tiga bencana yang kerap menerjang. Yaitu, puting beliung, kebakaran, dan banjir.
Misalnya, puting beliung. Pada 2017 lalu, dua kali Sidoarjo diterpa angin kencang. Pada 15 Februari 2017, angin mengamuk di Krian. Dua desa porak-poranda. Yakni, Terung Kulon dan Keboharan. Total bangunan yang rusak 406 rumah.
Puting beliung kembali menerjang pada 22 November 2017. Tiga desa di Kecamatan Waru luluh lantak. Yaitu, Tambak Rejo, Tambak Sawah, dan Tambak Sumur. Total 902 rumah rusak.
Pada 2018, jumlah kejadian angin kencang bertambah. Totalnya mencapai sebelas kejadian. Yang terakhir di Tulangan. Puting beliung menerjang delapan desa. ’’Angin kencang itu berasal dari lahan kosong,’’ ucapnya saat membuka rakor penanggulangan bencana kemarin (8/8).
Banjir juga menjadi ancaman. Dari data BPBD, tahun lalu dua kali wilayah Sidoarjo tergenang air. Titik langganan banjir berada di Waru dan Porong. Dwidjo menjelaskan, banjir disebabkan sungai yang tidak mampu menampung air. ’’Karena banyak sampah dan sedimentasi,’’ ucapnya.
Bencana kebakaran juga meningkat. Tahun lalu jumlahnya 273 kasus, sedangkan tahun ini naik menjadi 375 kasus. Angka kebakaran tinggi karena Sidoarjo merupakan kota industri.
Menurut Dwidjo, pemkab membutuhkan bantuan untuk menanggulangi bencana. Pasalnya, ada sejumlah kebutuhan. Misalnya, penanganan cepat. Pemkab membutuhkan bantuan tenaga relawan. Untuk mencukupi bahan material, perlu bantuan CSR dari pengusaha.
Selain itu, pemikiran pakar dari akademisi diperlukan untuk membuat metode penanganan bencana. ’’Media juga sangat dibutuhkan memberikan berita yang bertujuan membangkitkan wilayah terdampak,’’ terangnya.
Bupati Sidoarjo Saiful Ilah berharap sinergitas tersebut bisa mengurangi dampak bencana. ’’Selain itu, penanggulangan bencana lebih cepat,’’ katanya.
Pakar kebencanaan Universitas dr Soetomo (Unitomo) Surabaya Dr Hendro Wardono menuturkan, Jawa Timur (Jatim) termasuk daerah rawan bencana. Dari data sementara, tahun ini Jatim diterjang 264 bencana. Tertinggi ketiga setelah Jabar dan Jateng. Ada sepuluh wilayah di Jatim yang masuk kategori rawan bencana. Sidoarjo salah satu satunya. ’’Tingkat risiko bencana tinggi,’’ ucapnya.
Pria yang juga menjabat ketua Pusat Studi Bencana dan Lingkungan (PSBL) Unitomo itu menjelaskan, pelibatan akademisi sangat dibutuhkan untuk menanggulangi bencana. Hal tersebut dijelaskan dalam surat edaran menteri dalam negeri (Mendagri). ’’Akademisi untuk meneliti dan melihat titik mana yang rawan bencana,’’ ujarnya.
Hendro menuturkan, bulan lalu mahasiswa Unitomo mengadakan KKN di Pasar Larangan. Tujuannya, melihat kerawanan bencana kebakaran. Hasilnya, ada sejumlah kebakaran. ’’Salah satunya instalasi listrik terbuka sehingga rawan kebakaran,’’ ucapnya.
SIDOARJO, Jawa Pos – Yonathan Toar Sangari dan Kevin Juan Paul Lumoindong bakal memberi hadiah spesial bagi Kota Delta. Tepatnya, pada Hari Kemerdekaan. Animator dan pemilik Seven Qbits Studio itu bakal meluncurkan film pendek tentang Sidoarjo.
Mereka membuat serial bernama Super Delta. Film tersebut menceritakan tokoh animasi dengan suasana riil. Tokoh itu bernama Windi dan Bandi. Yonathan mengatakan, Windi adalah sosok gadis ceria. Namanya diambil dari udang khas Sidoarjo, udang windu. Sementara itu, Bandi merupakan sosok pemuda aktif yang namanya diambil dari kata bandeng. Selain itu, Bandi mengenakan udeng pacul gowang khas Sidoarjo. ’’Kami ingin menunjukkan kekhasan Sidoarjo dengan membuat nama mereka mirip udang dan bandeng,’’ ujar Yonathan yang lahir pada 2 Juni 1994.
Bukan hanya nama, jalan cerita dan tempat-tempat dalam cerita tersebut kental dengan nuansa Kota Delta. Pada episode pertama, Windi dan Bandi jalanjalan ke Candi Pari di Porong. Di sana mereka menyelamatkan Candi Pari dari ancaman bom. ’’Harapannya ini bisa jadi ikon Sidoarjo karena beda dengan yang lain,’’ tutur Kevin yang lahir pada 10 Desember 1998.
Rencananya, pada 17 Agustus Super Delta edisi pertama diluncurkan melalui media sosial. Kevin mengatakan, film pendek yang memadukan animasi dengan background tampilan riil lingkungan sekitar jarang ditemui. ’’Sulitnya, karena harus buat animasi, tapi juga tetap shooting di tempat-tempat tertentu untuk latarnya,’’ ungkap lulusan Lasalle College of The Arts Singapura tersebut.
Selain itu, kata Yonathan, belum ada sineas di Sidoarjo yang mengangkat kearifan budaya dalam animasi. ’’Ini juga digabung dengan konsep cerita superhero yang lagi tren, Bandi dan Windi bisa berubah jadi superhero,’’ ucapnya.
Khusus untuk animasi tersebut, Kevin rela berburu kamera khusus video hingga ke Australia.