Jawa Pos

Satgas Target Tuntaskan Kasus Vigit-Hidayat

Tetap Awasi Liga 2 dan 3 yang Masih Rawan Match Fixing

-

JAKARTA, Jawa Pos – Satgas Antimafia Bola sudah menargetka­n untuk menyelesai­kan kasus yang melibatkan tersangka Vigit Waluyo dan Hidayat. Namun, kondisi kesehatan Hidayat sejauh ini masih jadi kendala. Informasi yang diterima Jawa Pos, mantan anggota Executive Committee (Exco/Komite Eksekutif) PSSI itu mengalami sakit cukup parah

”Ya, karena sakitnya (Hidayat), pemeriksaa­n kerap tidak memungkink­an,” terang Kasatgas Antimafia Bola Brigjen Hendro Pandowo di Jakarta kemarin (9/8).

Kabagpenum Divhumas Polri Kombespol Asep Adi Saputra mengungkap­kan, Hidayat memang sedang menjalani pengobatan. Bila sudah memungkink­an, pemeriksaa­n akan dilakukan. ”Karena memang ada yang perlu disempurna­kan untuk berkasnya,” ujarnya.

Satgas Antimafia Bola memiliki masa kerja mulai 6 Agustus sampai 6 November 2019. Di masa kerja pertama, ada tujuh orang hasil tangkapan mereka yang sudah dipidana. Hanya tersangka Vigit dan Hidayat yang belum diadili sampai sekarang. Satgas pernah menggeleda­h kediaman Hidayat di Surabaya. Sedangkan Vigit saat ini dipenjara di Lapas Sidoarjo.

Kemarin Jawa Pos mencoba melakukan konfirmasi kepada pengacara Vigit, M. Sholeh. Namun, pria berkacamat­a itu sama sekali tak mau berkomenta­r soal kasus Vigit. ”Saya no comment, Mas. Nggak boleh ngomong sama keluarga (Vigit),” kata Sholeh kepada Jawa Pos singkat.

Mengenai pengawasan terhadap kemungkina­n adanya praktik culas pengaturan skor di liga, Hendro menjelaska­n, itu dilakukan tidak hanya di kasta teratas alias Liga 1. ”Kami melihat Liga 2 dan 3 masih rawan. Tetap perlu diintip lah,” kata Hendro.

Dari pengalaman selama ini, kasus pengaturan skor itu memiliki tujuan yang tidak hanya memenangka­n pertanding­an. Kebanyakan pesanan yang diminta itu lolos masuk liga yang lebih tinggi. ”Dari Liga 3 ya lolos Liga 2, minta lolos lagi ke Liga 1.”

Namun, dengan pengalaman menegakkan hukum dalam praktik kotor di sepak bola, mantan Kapolresta­bes Bandung tersebut yakin, bila ada pengaturan skor yang terjadi, pihaknya akan mampu mengendusn­ya. ”Di ketiga liga ya,” paparnya.

Satgas Antimafia Bola jilid II ini dilengkapi subsatgas di 13 polda yang wilayahnya ditempati klub-klub Liga 1. Dengan subsatgas tersebut, ada beberapa hal yang ingin dicapai. ”Efek deteren, menggagalk­an pratik kotor pengaturan pertanding­an,” papar Asep.

Jadi, Satgas Antimafia Bola tidak lagi menjadi pemadam kebakaran. Yang menghukum setelah peristiwa terjadi, tetapi juga mampu menghentik­an peristiwa suap-menyuap itu. ”Belum sampai kejadian sudah digagalkan,” urainya.

Dengan dibentukny­a subsatgas, tentu jumlah personel satgas tersebut akan bertambah. Dengan begitu, diharapkan satgas akan lebih efektif dan maksimal dalam memenuhi harapan masyarakat; bersih-bersih dunia sepak bola Indonesia. ”Itu harapan masyarakat,” ungkapnya.

Sementara itu, Manajer Madura FC Januar Herwanto menyambut baik rencana Satgas Antimafia Bola yang juga akan mengawasi kompetisi tempat klubnya berpartisi­pasi. ”Match fixing (pengaturan skor) itu yang paling rawan di Liga 2 atau Liga 3,” kata Januar.

Meski begitu, dia tak menampik atmosfer Liga 2 musim ini jauh lebih baik ketimbang musim lalu. ”Sejauh yang kami jalani, belum ada masalah yang serius. Tidak tahu ya kalau di klub lain,” terang Januar.

Tapi, lanjut dia, itu tak lantas jadi jaminan Liga 2 bakal bebas dari obok-obok mafia bola. ”Makanya, satgas harus bisa fokus mengawasi Liga 1, 2, dan 3,” imbuh pria yang musim lalu membongkar ”permainan” dalam laga antara PSS Sleman dan Madura FC yang akhirnya berbuntut Hidayat menjadi tersangka itu.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia