Jawa Pos

Atur Demo dengan Berbagai Aplikasi

Dua bulan sudah penduduk Hongkong turun ke jalan. Setiap hari mereka menelurkan ide baru untuk mengelabui polisi. Mulai membentuk tim pemadam gas air mata hingga menggunaka­n berbagai aplikasi untuk rancang aksi.

-

SITI AISYAH, Jawa Pos

DUA remaja berdiri di area kedatangan bandara Hongkong. Mereka memegang spanduk putih dengan tulisan seadanya. Bukan tulisan selamat datang disertai nama untuk menjemput seseorang, melainkan ucapan maaf kepada para penumpang yang datang.

”Maaf atas ketidaknya­manannya, kami tengah berjuang untuk tempat tinggal kami.” Begitulah bunyi tulisan tersebut.

Kemarin (9/8) adalah kali kedua Hongkonger­s melakukan aksi damai di bandara. Yang pertama berlangsun­g 26 Juli lalu selama sehari. Kali ini aksi mereka berlangsun­g tiga hari, 9–11 Agustus. Tujuan mereka adalah mengedukas­i para turis tentang kondisi Hongkong saat ini yang meminta kebebasan lebih dari pemerintah pusat.

Seperti perkiraan para demonstran, polisi tidak berani masuk dan menembaki mereka dengan gas air mata.

Sejak kali pertama aksi berlangsun­g, demonstran sudah main kucing-kucingan dengan polisi. Mereka terus mencari cara agar tidak tertangkap dan menghindar­i serangan pasukan pengamanan. Setiap hari ada ide-ide baru yang bermuncula­n. Salah satunya tentang cara mengumpulk­an massa.

Demonstran mengunduh aplikasi Pokemon Go. Mereka lalu menyebar pamflet online tentang acara berburu Pokemon di titiktitik tertentu. Itu tentu bukan lokasi berburu Pokemon yang sesungguhn­ya, melainkan lokasi yang ditentukan untuk demo.

”Jika kami mengatakan akan pergi ke tempat demo yang tidak berizin, itu akan menjadi bukti kuat bagi polisi untuk menahan kami,” ujar KK, salah seorang demonstran yang namanya tak mau diungkapka­n, kepada BBC.

Kadang-kadang mereka membuat grup membaca Alkitab atau tur sejarah untuk mengumpulk­an massa. Yang jelas, tidak ada kata demo, protes, dan sejenisnya di dalamnya. Fitur AirDrop milik Apple digunakan untuk membagikan detail aksi.

Di awal turun ke jalan, Telegram menjadi aplikasi utama untuk menyebarka­n informasi. Tapi, kini kian banyak aplikasi yang dipakai. Demonstran juga menggunaka­n aplikasi Tinder untuk organisasi massa. Biasanya info yang disebar berkaitan dengan lokasi pasukan kepolisian saat itu, situasi garis depan di beberapa titik aksi, serta lokasi untuk mendapatka­n alat-alat bantuan seperti masker dan air minum.

Kini mereka juga memberikan informasi titik penjemputa­n Uber. Sopir taksi relawan yang ada di titik itu membantu membawa demonstran yang terluka atau terjebak di kerusuhan untuk keluar dari lokasi. Mereka mematikan GPS agar tidak terlacak. Sebelumnya, mereka mengirimka­n lokasi, tujuannya, dan nomor SIM ke admin jalur Telegram tertentu

Untuk menyiapkan itu semua, dibutuhkan waktu dan tenaga. Alex, seorang demonstran, bahkan sampai melepas pekerjaann­ya. Kini dia adalah demonstran full time. Setiap keluar rumah, dia wajib membawa telepon pintar dan charger portabel. Dia memberikan info lokasi polisi agar demonstran bisa datang dan keluar dari area protes tanpa tertangkap. Jika tak ada aksi, dia membuat selebaran yang diberikan kepada kenalan para demonstran di luar Hongkong dan Tiongkok untuk disebar via WhatsApp dan Facebook. Menyebar di dalam negeri terlalu berisiko.

Massa juga memiliki forum bernama Lihkg. Di forum itu tugas-tugas demonstran dibagi secara spesifik. Rob, misalnya. Dia bertugas mematikan gas air mata yang ditembakka­n polisi. Biasanya massa menggunaka­n cone lalu lintas untuk menutup kaleng gas air mata sebelum menyiramny­a dengan air. Tim itu wajib memakai sarung tangan tahan panas dan membawa obat anti-iritasi.

 ?? VINCENT THIAN/AP ?? BELUM MENYERAH: Para demonstran menduduki Bandara Hongkong kemarin (9/8). Mereka terus beraksi sampai tuntutan terpenuhi.
VINCENT THIAN/AP BELUM MENYERAH: Para demonstran menduduki Bandara Hongkong kemarin (9/8). Mereka terus beraksi sampai tuntutan terpenuhi.
 ?? CHIANG YING-YING/AP ?? BERTOLAK BELAKANG: Perempuan Jepang berpayung saat menyeberan­g di kawasan Shibuya, Tokyo, agar tidak kepanasan. Foto kanan, payung seorang warga Taipei, Taiwan, rusak diterjang badai Lekima kemarin.
CHIANG YING-YING/AP BERTOLAK BELAKANG: Perempuan Jepang berpayung saat menyeberan­g di kawasan Shibuya, Tokyo, agar tidak kepanasan. Foto kanan, payung seorang warga Taipei, Taiwan, rusak diterjang badai Lekima kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia