Jawa Pos

Sumsel Rebut Tiket Terakhir

- Ultimatum Terakhir Eng Hian

(3 edisi terakhir)

– kalah dari Pusarla V. Sindhu – kalah dari Chen Yu Fei – kalah dari Sun Yu – kalah dari Pai Yu-po – kalah dari Saina Nehwal

JAKARTA, Jawa Pos – Ultimatum yang dilayangka­n Eng Hian kepada Della Destiara Haris/ Rizki Amelia Pradipta bukan isapan jempol. Pelatih ganda putri pelatnas Cipayung itu membuat langkah frontal. Yakni, tidak mendaftark­an pasangan peringkat ke-19 dunia tersebut dalam China Open 2019 di Changzhou, Tiongkok, bulan depan.

Ya, dalam turnamen level super 1000 itu, hanya Greysia Polii/ Apriyani Rahayu yang mengisi skuad sektor ganda putri. Keputusan tersebut cukup mengejutka­n. Sebab, BWF mewajibkan pemain yang masuk peringkat 32 besar dunia untuk mengikuti turnamen BWF Tour berlevel 750 ke atas.

Menurut Didi, sapaan Eng Hian, kelas Della/Rizki diturunkan ke turnamen-turnamen dengan level lebih rendah. Yaitu, super 100 dan 300. ’’Tujuan saya adalah melihat kemampuan mereka. Selama ini level 500 ke atas nggak bisa menembus. Kalau super 100 saja masih nggak bisa juara, apa lagi yang bisa saya harapkan?’’ tegas Didi kemarin (9/8).

Sikap tegas Didi itu bisa dimaklumi. Sebagaiman­a diberitaka­n

TIM tenis beregu putra Sumatera Selatan (Sumsel) menjadi tim terakhir yang lolos ke PON XX/2020 Papua. Itu cukup mengejutka­n. Sebab, mereka tidak diunggulka­n. Dalam laga terakhir Pra-PON di Stadion Tenis Bukit Asam Jakabaring Sports City, Palembang, kemarin, Sumsel mengalahka­n Sumbar dengan skor 2-1.

Pada pelaksanaa­n Pra-PON kali ini, Sumsel diperkuat empat petenis. Yakni, Rafidia Muhammad, Afrizal Ivansevic, Jones Pratama, dan Dimas Riski. Pelatih Sumsel Nugraha Ridwana menyatakan puas atas hasil tersebut.

’’Kami di Pra-PON kali ini memang lebih banyak mengandalk­an pemain muda. Walau sebenarnya menurunkan yang senior bisa juga,’’ jelas Nugraha. ’’Yang jelas, kami bersyukur bisa memenuhi target lolos yang dibebankan pengprov Pelti kami,’’ lanjut dia.

Dia mengatakan, lolosnya tim putra ini memang memberikan hiburan yang menyenangk­an. Sebab, sebelumnya tim putri mereka tersingkir. ’ Pada sektor putri, kami memang kalah materi saat laga penentuan melawan Kalimantan Selatan kemarin. Namun, prospek jangka panjang kami cukup baik,’ ujar Nugraha. sebelumnya, hasil yang diraih Della/Rizki pada tiga turnamen beruntun memang buruk. Sejak dipasangka­n lagi di kejuaraan Asia akhir April lalu hingga sekarang, keduanya belum benarbenar in. Tidak seperti dulu ketika baru berduet pada 2017.

Di Indonesia Open Juli lalu, Della/Rizki hanya bisa bertahan hingga babak 16 besar. Kemudian, di Japan dan Thailand Open, mereka malah tumbang di babak pertama. Hasil itu sangat mengecewak­an mengingat mereka adalah ganda putri kedua di Indonesia. Keduanya diharapkan bisa ikut bersaing dalam perebutan tiket Olimpiade Tokyo 2020. Sayangnya, grafik penampilan Della/Rizki justru merosot.

Didi mengungkap­kan mentalitas anak didiknya saat bertanding. ’’Ada bawaan senang dilihat orang. Jadinya show off di lapangan,’’ jelasnya. ’’Dalam perlombaan, yang dibutuhkan adalah kemenangan. Bukan durasi, bukan keindahan, bukan juga performanc­e. Main jelek nggak apa-apa. Yang penting menang. Daripada main bagus, tapi kalah,’’ tambah Didi geram.

Peraih medali perunggu Olimpiade 2004 itu menyatakan, hunger of winning para atlet dari sektor ganda putri mulai menipis. Tanpa disadari, kualitas latihan ikut menurun. Begitu pula fokus mereka. Semua dijalani hanya demi kewajiban.

Itulah hal-hal yang membuat Didi terpaksa menurunkan kelas Della/Rizki. Dia tidak takut pasangan tersebut dikenai denda. Memperbaik­i prestasi mereka lebih penting. Terdekat, pasangan yang pernah menduduki peringkat ke-9 dunia itu bakal diterjunka­n ke Vietnam Open (super 100) bersama Ni Ketut Mahadewi Istarani/Tania Oktaviani Kusumah.

Turun kelas ini juga diberlakuk­an buat Yulfira Barkah/Jauza Fadhila Sugiarto. Sejak awal tahun hingga kini, progres mereka jalan di tempat. Pasangan peringkat ke-31 dunia tersebut paling mentok hanya bisa merangkak hingga perempat final Malaysia Masters 2019. Lalu, sejak Kejuaraan Asia hingga Thailand Open lalu, Yulfira/Jauza selalu kandas di babak pertama.

Setelah turun kelas, Didi punya ancaman yang lebih mengerikan lagi. Jika tidak juga bisa menjadi juara, dia bakal menghentik­an aliran dana turnamen buat anak buahnya. Kalau mau ikut turnamen, mereka harus pakai biaya sendiri. ’’Soalnya, penampilan jeleknya udah over,’’ kata Didi.

Dia menyatakan sudah mendiskusi­kan opsi tersebut dengan PP PBSI. Namun, pelatih asal Solo, Jawa Tengah, itu tidak menyebut pasangan mana saja yang diberi ancaman.

 ?? HENDRA EKA/JAWA POS GRAFIS: RIZKY/JAWA POS CHANDRA SATWIKA/JAWA POS ?? SADAR DIRI: Gregoria Mariska Tunjung berpotensi jumpa Ratchanok Intanon di babak ketiga Kejuaraan Dunia 2019. Dia harus lebih keras mempersiap­kan diri. Fitriani Babak 2 Gregoria M. Tunjung Babak 2 Lyanny Alessandra Mainaky Babak 2 Maria Febe K. (unggulan 16) Babak 2 Lindaweni Fanetri Babak 2 MEROSOT: Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta bakal lebih banyak diterjunka­n di turnamen berlevel super 100 atau 300.
HENDRA EKA/JAWA POS GRAFIS: RIZKY/JAWA POS CHANDRA SATWIKA/JAWA POS SADAR DIRI: Gregoria Mariska Tunjung berpotensi jumpa Ratchanok Intanon di babak ketiga Kejuaraan Dunia 2019. Dia harus lebih keras mempersiap­kan diri. Fitriani Babak 2 Gregoria M. Tunjung Babak 2 Lyanny Alessandra Mainaky Babak 2 Maria Febe K. (unggulan 16) Babak 2 Lindaweni Fanetri Babak 2 MEROSOT: Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta bakal lebih banyak diterjunka­n di turnamen berlevel super 100 atau 300.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia