Jawa Pos

Diantar Helikopter untuk Ceramah di Trenggalek

Gaya kocak tapi bikin nyes di hati saat dr Agus Ali Fauzi PGD PallMed (ECU) memberikan ceramah kesehatan mental bikin audiens terpukau. Ciri khas itulah yang membuat dia terkenal.

-

Dokter Agus Ali Fauzi PGD PallMed (ECU), Ahli Paliatif RSUD dr Soetomo yang Juga Penceramah

KARTIKA SARI, Jawa Pos

TAMPANG sangat serius. Tatapannya tajam. Kalau berdiskusi dengannya tentang dunia medis, bisa habis waktu seharian. Namun, kalau sudah mendengar dia berceramah tentang kesehatan mental, boom! Semua orang bisa terbahak-bahak karena kelucuanny­a. Mulai tutur kata hingga tingkah lakunya. Dialah dr Agus Ali Fauzi PGD PallMed (ECU), ahli paliatif RSUD dr Soetomo.

Agus dikenal banyak orang dengan sebutan Pak Ustad karena dia sering mengisi ceramah siraman rohani. Bukan hanya orang pada umumnya yang dia beri ceramah. Melainkan juga orangorang yang punya penyakit kanker stadium lanjut. Dia dipercaya banyak orang untuk memberikan dukungan kepada pasien agar termotivas­i untuk sembuh atau meninggal dalam keadaan ikhlas.

”Ini bukan untuk menakut-nakuti orang, tapi memang semua orang akan mati. Dan untuk mati itu kita harus mempersiap­kannya,” tuturnya. Sudah banyak kota yang dia kunjungi untuk mengenalka­n masyarakat pada paliatif. ”Paliatif adalah bagaimana menyembuhk­an pasien yang sakit tapi bukan dari fisiknya, melainkan dari jiwanya,” lanjut Agus.

Kepiawaian Agus memberikan spiritual support bikin orang yang pernah mengikuti kajiannya terpukau. Undangan pun silih berganti

J

Tahun lalu, misalnya, Agus hendak mengisi ceramah untuk bidan dan perawat di Trenggalek. Tapi, sebelumnya dia harus mengisi ceramah di depan para anggota kepolisian di Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur. ”Saat itu Kapolda Machfud Arifin meminta saya langsung. Saya katakan bahwa saya ada agenda lain. Tapi, Kapolda bilang akan diberi tumpangan helikopter ke Trenggalek,” kata Agus.

Dipikirnya itu guyonan. Ternyata, pada hari itu juga, Kapolda benarbenar telah menyiapkan helikopter untuk Agus. Hari itu menjadi pengalaman pertamanya naik helikopter untuk mengisi ceramah di Trenggalek. ’’Kapan lagi bisa dapat fasilitas naik helikopter pribadi?” tuturnya, lantas tertawa.

Pada 2017 dia juga mengalami kejadian yang membuatnya trenyuh. Masih jelas di ingatannya, saat itu dia sedang dalam perjalanan pulang dari visit pasien di RS. Tiba-tiba teleponnya berdering. Di ujung telepon, terdengar temannya berbicara. Istri penelepon tersebut merasa kesakitan karena kanker payudara. Setelah menyelesai­kan urusan pribadinya, Agus pun mendatangi rumah temannya itu.

Benar saja, perempuan berusia lebih dari 60 tahun tersebut menjerit-jerit kesakitan. ”Istrinya itu terlihat duduk sambil mendekap bantal. Lalu, suaminya memegangi istrinya dari belakang,” kata Agus. Setelah memberikan obat antinyeri dan antisesak, Agus membantuny­a dengan spiritual support. ’’Biar tenang, orang kalau panik akan tambah sakit,” ucapnya. Akhirnya perempuan itu bisa tertidur.

Beberapa hari kemudian, Agus mendengar kabar bahwa perempuan tersebut meninggal. ”Mulai saat itu saya merasa kalau ada orang sakit, jangan ditunda untuk ditolong atau dijenguk,” ucapnya. Dia merasa senang perempuan tersebut bisa meninggal dengan kondisi tidak terbebani.

Dia juga pernah mendapatka­n pasien kanker tulang. Masih cukup muda. Empat belas tahun usianya. Setelah melakukan pendekatan, Agus mengetahui bahwa anak itu masih ingin bersekolah. ”Kami juga berusaha membuat dia bisa bersekolah. Kakinya memang diamputasi. Tapi, kami gantikan dengan kaki palsu sehingga dia bisa bersekolah lagi,’’ ucap lakilaki kelahiran Surabaya, 23 Februari 1963, itu.

Menurut Agus, setiap orang sakit tidak boleh merasa terbebani. Apalagi merasa bahwa penyakit yang dideritany­a disebabkan dosadosany­a yang banyak. ”Kalau tidak bisa membawa beban sendiri, ya ceritakan ke orang lain, sharing. Nanti yang cari solusi orang-orang di sekitar pasien,” tutur Agus. Dengan begitu, pasien hanya berfokus pada kesehatann­ya.

Ketika ditanya siapa yang membuat dia mau berkecimpu­ng di dunia paliatif, Agus menyebutka­n deretan nama senior-seniornya. Merekalah yang membuat Agus semangat terus melakukan pendekatan kepadapasi­en,mencobamem­ahami keinginan mereka, dan mengatakan kepada keluarga agar bisa mengabulka­n keinginan tersebut.

Namun, jalan yang ditempuhny­a itu tidak berarti tanpa halangan. Bombardir cercaan dan pertanyaan dari teman-temannya yang silih berganti datang sempat membuatnya risi. ”Saya sering dapat pertanyaan dari teman-teman, ’Kenapa orang yang mau mati kamu tolong?,’” kata Agus yang menirukan ucapan teman-temannya.

 ?? KARTIKA SARI/JAWA POS ?? DENGAN HATI: Dokter Agus mendengark­an pasien yang berkonsult­asi beberapa waktu lalu.
KARTIKA SARI/JAWA POS DENGAN HATI: Dokter Agus mendengark­an pasien yang berkonsult­asi beberapa waktu lalu.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia