Kader Posyandu Berharap Tunai Saja
SURABAYA, Jawa Pos – Masalah yang dialami ibu-ibu kader posyandu dan pemantau jentik terkait dengan pembukaan rekening untuk transfer uang kegiatan belum selesai. Pekan lalu dijanjikan ada kebijakan untuk mengakomodasi mereka yang tak mau membuka rekening. Tetapi, hingga kini, kebijakan itu belum terealisasi. Para ibu-ibu yang menolak kebijakan tersebut malah dikucilkan dari pergaulan.
Ketua Kelurahan Siaga Wonorejo Tegalsari Wihartuti Dwi Rahayu mengungkapkan, pihaknya sebenarnya cukup senang mendengar kabar adanya kebijakan pemkot yang akomodatif. Yakni, bakal menyalurkan uang transportasi secara tunai, bukan transfer melalui rekening bank Jatim kepada perorangan. ”Kebijakan dari Kadinkes itu butuh direalisasikan, tidak hanya disampaikan. Karena di puskesmas masih saja minta rekening,” jelas Wihartuti yang akrab disapa Bu Agus tersebut.
Sebelumnya, Kepala Dinkes Surabaya Febria Rachmanita mengungkapkan bahwa mekanisme pemberian dana transportasi itu memang sedang dicarikan jalan keluar. Dia berharap kader posyandu dan pemantau jentik tersebut tidak khawatir. Sebab, pembayaran itu akan dipusatkan di puskesmas. Jadi, yang belum membuka rekening tak perlu membukanya. Sebab, pembayaran tersebut bisa disalurkan secara langsung.
”Harus membentuk dulu kepala puskesmas sebagai PPK (pejabat pembuat komitmen) pembantu. Sudah pekan ini, tinggal rekening puskesmas sudah diaktifkan atau belum,” ujar Feni, sapaan Febria Rachmanita, pekan lalu.
Pokok persoalan yang dikeluhkan para kader posyandu dan pemantau jentik itu bisa dibilang sepele. Yakni, soal mekanisme pemberian uang transportasi kegiatan. Jumlahnya Rp 30 ribu dipotong pajak. Dalam sebulan, ada dua kegiatan. Jadi yang diterima sekitar Rp 56 ribu. Tetapi, ada kebijakan bahwa penyalurannya melalui transfer ke rekening personal kader. Itulah yang merepotkan. Bukan hanya pembuatan rekening, melainkan juga pengambilannya.
Bahkan, ada yang memberikan tekanan. Jika tak membuka rekening bank, mereka diminta mengundurkan diri sebagai kader posyandu dan bumantik. Padahal, mereka sebenarnya kerja ikhlas untuk masyarakat.
Rahayu Ningsih, ketua tim penggerak PKK Kelurahan Sawunggaling, menuturkan bahwa pada awal pembukaan rekening, kader memang sempat kerepotan. Tetapi, akhirnya, semua kader di wilayahnya mau mengurusnya. Termasuk posyandu lansia, bumantik, dan posyandu balita. ”Semua sudah punya buku rekening. Cuma yang posyandu balita ini sejak April sampai sekarang belum ditransfer,” ungkapnya.
Kebijakan dari Kadinkes itu butuh direalisasikan, tidak hanya disampaikan. Karena di puskesmas masih saja minta rekening.’’
Ketua Kelurahan Siaga Wonorejo Tegalsari