Ajak Umat Jaga Bhinneka Tunggal Ika
SURABAYA, Jawa Pos – Toleransi terus digaungkan berbagai pihak sebagai dasar menjaga persatuan. Hal itu tampak pada talk show di Vihara Buddhayana Dharmawira Center (BDC) Kamis malam (8/8). Dialog kebangsaan tersebut membahas upaya-upaya untuk menjaga nilai-nilai luhur Bhinneka Tunggal Ika.
Talk show itu digelar setiap hari mulai 4–11 Agustus. Saban hari ada pembicara dan tema berbeda yang disajikan. Kemarin (9/8) topik utama yang dibahas adalah Bhinneka Tunggal Ika.
Dua pembicara mengisi diskusi dan pemaparan ke publik tersebut selama dua jam. Yakni, Ketua PBNU KH Said Aqil Siroj dan Ketua Parisadha Buddha Dharma (PBD) Niciren Syosyu Indonesia (NSI) Suhadi Sendjaja.
Kyai Said menceritakan sejarah panjang Islam di Indonesia. Mulai keruntuhan kerajaan non-Islam hingga konsep keberagaman yang terbentuk di Indonesia. ’’Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan. Itu terbukti saat kerajaan Islam muncul tanpa ada peperangan sama sekali,’’ ucapnya di hadapan lebih dari 100 peserta yang hadir.
Dia juga menyinggung pembentukan teks Pancasila. Menurut dia, saat perumusan tersebut, ada salah satu pasal yang diganti. Sebab, pasal itu dianggap terlalu memihak salah satu agama. Karena itu, umat agama lainnya merasa keberatan. ’’Setelah konsultasi dengan ulama Hasyim Asyari, akhirnya pasal tersebut diganti,’’ katanya.
Said mengatakan, yang menjadi pemecah belah sebetulnya bukan keberagaman di Indonesia. ’’Justru dari situlah keragaman muncul sebagai pemersatu,’’ jelasnya.
Sementara itu, Suhadi juga menyinggung persaudaraan yang terbentuk di masyarakat. Ikatan tersebut merupakan jaminan untuk keberlangsungan bangsa. ’’Yang perlu diingat, kita ini negara besar, Negara Kesatuan Republik Indonesia,’’ ujarnya.
Dalam kesempatan itu, seluruh peserta juga berdoa bersama untuk KH Maimoen Zubair yang wafat pada Selasa (6/8) di Makkah, Arab Saudi. Prosesi tersebut dipimpin langsung oleh Bhante Viriyanadi Mahathera.