Empat Hari yang Menentukan
TERIAKAN Djanur Out langsung terdengar nyaring di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, kemarin sore. Chant kekecewaan itu dinyanyikan setelah peluit panjang laga Persebaya Surabaya kontra Madura United ditiupkan.
Kesabaran Bonek memang mulai habis. Saat Green Force melewati lima laga tanpa kemenangan, Bonek masih menahan diri. Tidak ada teriakan Djanur Out. Mereka hanya melakukan aksi mengosongkan tribun. Tapi, hasil imbang 2-2 kontra Madura United di kandang tak bisa ditoleransi lagi.
Pelatih Persebaya Djadjang Nurdjaman sadar dirinya tengah berada dalam tekanan. Namun, dia tetap tenang. ’’Hasil seri memang mengecewakan, apalagi di kandang,’’ katanya.
Djanur memang sudah siap bisa sewaktu-waktu dipecat. ’’Saya serahkan semua ke manajemen. Kalau ada perintah out, ya saya pasti out,’’ tegas pelatih 60 tahun tersebut.
Djadjang Nurdjaman setelah pertandingan sempat bicara soal persiapan ke Malang. Dia menyatakan akan melibatkan tim psikolog agar pemain tetap semangat.
Sejatinya, melakukan pergantian pelatih juga cukup riskan. Sebab, hanya ada waktu empat hari bagi Green Force sebelum bentrok di derbi Jatim. Ini menjadi tantangan ABU tersendiri bagi Bejo Sugiantoro sebagai karteker. Bejo juga pernah menjadi karteker pada musim lalu. Bedanya sekarang Djanur sedang dalam proses mendapatkan lisensi kepelatihan AFC A. Sehingga kemampuannya tentu sudah jauh lebih baik.
Setelah dipecat, Djanur belum memberikan pernyataan kepada media. Jawa Pos berusaha menghubungi namun tidak direspons.
Saat ini belum muncul opsi pelatih kepala baru untuk Persebaya. Pilihan yang ada juga tidak banyak. Tentu kapasitas pelatih batu nanti harus minimal setara dengan Djanur.