Jawa Pos

Momentum Perbaiki Struktur Ekonomi

Oleh PITER ABDULLAH Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core)

-

SECARA teori, perang dagang tak pernah benar-benar memberikan keuntungan. Baik bagi negara besar yang terlibat langsung maupun negara menengah yang terdampak. Jika perang berlanjut, ekonomi secara global akan mengalami perlambata­n. Tapi, Indonesia bisa menjadikan­nya sebagai pelajaran sekaligus momentum untuk memperbaik­i struktur ekonomi agar tak goyah meski global bergejolak

Bukannya tidak mungkin memanfaatk­an kondisi konflik dagang dengan meningkatk­an ekspor seperti yang digaungkan pemerintah. Namun, terus terang, dengan struktur ekonomi Indonesia saat ini, kita belum bisa dalam kapasitas mengambil untung.

Kalaupun Vietnam disebutseb­ut sudah bisa mengambil peluang, misalnya, dengan mengisi permintaan di Amerika Serikat menggantik­an Tiongkok, saya percaya itu hanya sementara. Sebab, Vietnam maupun Indonesia adalah negara berkembang yang kapasitas dan daya saing manufaktur­nya tak sebesar Tiongkok.

Jika perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok terus bergulir, negara menengah sebagai penyuplai bahan baku bakal terdampak. Bukan hanya Indonesia, melainkan semua negara. Vietnam, misalnya, dalam jangka pendek mungkin bisa merasakan manfaat. Tapi, sejatinya, jika perang terjadi terus-menerus, dampaknya tetap negatif.

Lantas, apa Indonesia tidak punya potensi? Punya. Banyak industri yang seharusnya bisa kita andalkan seperti tekstil dan alas kaki. Kita punya kelebihan dari sisi SDM. Namun, lagi-lagi, bicara soal output produk dan daya saing, kita masih kurang.

Berikutnya CPO. Tidak perlu diragukan bahwa kita adalah produsen terbesar CPO di dunia. Tapi, sektor andalan kita yang satu ini juga mendapat berbagai kendala di negara sasaran ekspor. Sebut saja di Eropa. Membuka pasar baru bisa jadi solusi. Namun, akan lebih baik jika Indonesia juga menguatkan pasar domestik.

Mengapa kita tidak memanfaatk­an bahan baku CPO yang melimpah untuk menggarap sektor hilir dari CPO? Selama ini kita belum melakukann­ya. Padahal, ada banyak produk turunan CPO yang bisa dikelola. Dengan basis CPO kita yang kuat, ditambah dengan pengelolaa­n industri dari hulu sampai hilir, kita bisa menjadi raja minyak nabati di dunia.

Maka, yang possible untuk kita lakukan saat ini adalah mengubah dan membenahi struktur ekonomi. Bagaimana supaya kita tidak terlalu bergantung pada impor. Misalnya, dengan cara fokus mengembang­kan industri substitusi impor. Dari situ, kita garap dan penuhi kebutuhan pasar domestik.

Apabila pasar domestik sudah kuat dan dapat dipenuhi secara dominan oleh lokal, baru kita perlahan meningkatk­an daya saing ekspor. Itu adalah cara yang lebih baik untuk ke depan kita bisa lebih tangguh menghadapi isu global seperti perang dagang. Disarikan dari wawancara dengan wartawan Jawa Pos Agfi Sagittian

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia