Jawa Pos

Sejak Awal Sarat Pelanggara­n

-

BUKAN kali ini saja tembok penampunga­n lumpur milik PT Sinar Suri (SS) jebol. Jika kali ini tembok sisi barat, sebelumnya yang jebol ujung utara. Tepatnya sisi yang berdekatan dengan saluran air belakang permukiman warga. Akibatnya, lumpur meluber dan membuat saluran mampet.

”Ini jebol kali kedua dan makan korban. Dulu pernah jebol, tapi tidak besar. Saat itu Albert (owner PT SS, Red) sudah kami protes,” ujar Antoni, ketua RT 02, RW 02, Sukomanung­gal, kemarin (12/8).

Sebelumnya, di tengah-tengah tanggul lumpur itu ada aktivitas pengeboran. Lumpur hasil pengeboran ditampung di dalam area yang ditembok. Awalnya, tembok penampunga­n lumpur itu hanya setinggi 1 meter dengan ketebalan sekitar 10 sentimeter. Tembok tak sanggup menahan beban sehingga jebol. Warga protes.

Namun, perusahaan ekspedisi mobil antardaera­h itu tetap ngotot melanjutka­n pembanguna­n. Tembok ditinggika­n hingga sejajar dengan atap rumah warga. Ketebalann­ya pun ditambah hingga sekitar 60 sentimeter.

Makin hari lumpur dari galian pasak bumi di bangunan depan ternyata juga ditampung di penampunga­n belakang itu. Warga dan pihak RT protes lagi dan menutup gerbang bangunan belakang agar aktivitas penampunga­n lumpur tersebut dihentikan. Sebab, makin tinggi lumpur makin berbahaya.

Bahkan Suprapto, pemilik rumah yang bersebelah­an dengan tembok penampunga­n lumpur itu melayangka­n protes. Lagilagi tidak digubris. Pembanguna­n dan penampunga­n lumpur terus berlanjut hingga insiden nahas terjadi Sabtu siang (10/8).

Suprapto menjelaska­n, kasus perusahaan yang bersinggun­gan dengan warga bukan hanya perkara pembanguna­n tembok lahan belakang. Tapi juga pembanguna­n gedung empat lantai di depannya. Selama peninggian gedung, tidak ada antisipasi ruang keamanan bagi warga sekitar.

Bahkan, jaring atau penahan benda tumpul maupun pecahan beton tidak ada sama sekali. Terlebih, pembanguna­n lantai 2 dan 3 PT SS itu menjorok 0,5 meter ke luar gang. Jika ditarik garis lurus ke bawah gang, ujung tembok lantai atas gedung memakan setengah badan gang. Sisi timur dan utara gedung itu adalah gang, tempat keluar masuknya banyak warga dan lokasi bermain anakanak. ”Kalau jatuh atau ambruk, ya banyak korban lagi,” tegas Suprapto.

Abimanyu, anak Antoni, sempat dilarikan ke rumah sakit. Kepalanya tertimpa material pembanguna­n gedung itu. Usut punya usut, pembanguna­n gedung tersebut ditukangi bukan ahli pembanguna­n. ”Secara legal, tukangnya tidak kompeten dalam bidang itu, hanya bekerja atas pengalaman,” ujar Kapolsek Sukomanung­gal Kompol Muljono di lokasi.

 ?? HISYAM/JAWA POS ?? BERSALAH: Kompol Muljono (kiri) bersama Albert Winarto saat mediasi kemarin.
HISYAM/JAWA POS BERSALAH: Kompol Muljono (kiri) bersama Albert Winarto saat mediasi kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia