Terkendala Persil yang Belum Bebas
Pembangunan Flyover JLLB
SURABAYA, Jawa Pos – Pembangunan proyek jalur lingkar luar barat (JLLB) di Sememi, Benowo, sudah berjalan. Namun, pengerjaannya hanya berlangsung di selatan rel kereta api. Banyak faktor yang jadi penyebabnya. Salah satunya masih terdapat ratusan persil yang belum dibebaskan di sisi utara rel.
JLLB yang dikerjakan pemkot baru dimulai di wilayah Benowo. Tepatnya di Sememi. Pembangunannya sendiri sudah dilangsungkan sekitar Februari. Ada beberapa faktor yang ditengarai jadi penghambat. Misalnya, masalah akses menuju ke lokasi proyek. ’’Jumat (9/8) dirapatkan di kelurahan,’’ ucap Ketua RW IX Sememi Baru Hambali kemarin.
Akses menjadi salah satu yang terpenting dalam pengerjaan proyek. Sebab, proyek tersebut dipisahkan rel kereta api. Salah satu aksesnya nanti melewati permukiman warga di RW 4. Pembahasan terkait kondisi itu masih alot. Cara lainnya melewati salah satu perumahan. Itu pun butuh izin.
Hambali menuturkan, selain masalah akses, tambahan persil yang belum dibebaskan turut jadi hambatan. Akibatnya, pihak proyek tidak bisa melakukan pengerjaan. Sebab, jarak antar-rumah yang belum dibebaskan sangat dekat.
Saat ini terdapat 126 persil yang masuk peta terdampak pembebasan JLLB. Sebelumnya, ratusan rumah itu tidak ikut dibebaskan. Namun, karena jaraknya sangat dekat dengan proyek, pembebasan diperlebar 10 meter, baik ke timur maupun barat. ’’Kalau tidak dibebaskan, rumah mereka juga retak,’’ jelasnya.
Dia menjelaskan, untuk pembebasan persil tambahan tersebut, tidak ada masalah. Semua sudah sepakat. Hanya, pembayaran ganti ruginya dipastikan membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebab, kini ratusan persil itu menunggu pengumuman peta bidang. Belum lagi penaksiran harga dan penyampaian nominal ganti rugi.
UNGKAPAN mencegah lebih baik daripada mengobati ditindaklanjuti Laboratorium Klinik Prodia dengan menghadirkan Prodia Genomik. Yakni, pemeriksaan berdasar gen yang bisa mengidentifikasi potensi penyakit, monitoring, dan pemilihan gaya hidup yang cocok.
Sabtu lalu (10/8), Prodia mengadakan seminar di Gedung Ikatan Dokter Indonesia Surabaya pada Sabtu (10/8) terkait pemeriksaan genomik. Temanya Good Doctor for Better Disease Prevention: Seminar on Disease Prevention Through the Power of Genomic Testing.
Narasumber yang dihadirkan, antara lain, ahli genomik Prof Gerard Pals PhD, spesialis penyakit dalam Dr dr Sony Wibisono SpPD-KEMD FINASIM, spesialis gizi klinik dr Dewa Ayu Liona Dewi SpGK MKes, serta Product Manager Laboratorium Klinik Prodia Dr Trilis Yulianti MKes. Sementara itu, Dr dr Gatot Soegiarto SpPD-KAI FINASIM berperan sebagai moderator.
Menurut Prof Gerard, setiap orang memiliki susunan DNA yang berbeda. Lewat identifikasi gen, pola hidup yang tepat bisa diketahui. ”Perbedaan gen menghasilkan keragaman seperti tinggi badan dan kerentanan terhadap suatu penyakit,” katanya.
Kecenderungan penyakit yang dimiliki seseorang berdasar gen bisa diubah melalui gaya hidup. Seseorang yang didiagnosis berisiko diabetes bisa melakukan usaha preventif dengan mengonsumsi makanan yang tak banyak mengandung kadar gula. ”Pemeriksaan ini adalah usaha preventif sebelum penyakitnya menyerang,” cetus dr Liona.
Kini masyarakat tidak perlu ke luar negeri untuk melakukan pemeriksaan genomik. Sebab, Prodia yang ditunjang peralatan canggih menyediakan layanan tersebut, pertama di Indonesia.
”Lewat pemeriksaan genomik, kita bisa mengetahui kecenderungan penyakit yang bisa dimiliki seseorang, seperti hipertensi atau diabetes,” jelas Dr Gatot.
Jenis pemeriksaan genomik yang tersedia, antara lain, CArisk untuk melihat risiko terhadap beberapa jenis kanker dan DIArisk untuk memperkirakan penyakit diabetes. Segera hadir CVDrisk untuk penyakit kardiovaskular, TENSrisk untuk hipertensi, dan IMMUNErisk untuk cek risiko penyakit autoimun. Pemeriksaan Prodia Nutrigenomics bisa dilakukan untuk mengetahui gaya hidup yang baik berdasar profil genomik.
”Satu jenis pemeriksaan membutuhkan waktu delapan hari hingga keluar hasilnya. Hanya perlu sekali pemeriksaan seumur hidup,” papar Dr Trilis.
Akurasi hasil pemeriksaan lebih dari 99 persen. Metode pemeriksaan genomik yang digunakan Prodia tidak menimbulkan rasa sakit. Pasien juga bakal mendapatkan konsultasi, mulai sebelum hingga setelah pemeriksaan, untuk memberikan pemahaman yang utuh kepada pasien.