Jawa Pos

Gelar Upacara 17 Agustus di Perairan Sontoh Laut

- Diperkirak­an dari Periode 1800-an

SURABAYA, Jawa Pos – Pesona matahari terbit, hutan mangrove, dan kecantikan burung bangau putih menjadi daya pikat kawasan Sontoh Laut di Kecamatan Asemrowo. Sebagai bentuk dukungan program pengembang­an wisata, 10 komunitas di Kota Pahlawan bakal mengadakan upacara di laut pada 17 Agustus mendatang. Mereka bakal naik 21 perahu untuk menyisir sungai.

Rencana aksi itu dimatangka­n kemarin (12/8). Beberapa instansi hadir di Tambat Labuh Sontoh Laut untuk berdiskusi tentang pengembang­an pesisir Asemrowo. Mulai perwakilan Linmas Surabaya, dinas ketahanan pangan dan pertanian (DKPP), kepolisian, TNI, perangkat kecamatan, Badan Perencanaa­n Pembanguna­n Kota (Bappeko) Surabaya, hingga nelayan.

Camat Asemrowo Bambang Udi Ukoro menjelaska­n, diskusi tersebut sengaja digelar untuk sosialisas­i dan menjaring aspirasi nelayan. Mereka diajak berpikir terkait konsep wisata ke depan. Termasuk usulan apa saja yang dimiliki masyarakat.

’’Semua sepakat untuk pengembang­an wisata. Tentu, ada beberapa penataan yang perlu dilakukan,’’ katanya. Menurut dia, kawasan dermaga akan ditata lagi. Terutama terkait parkir perahu milik nelayan.

Dia menuturkan, saat ini ada beberapa infrastruk­tur dan sarana wisata yang masih kurang. Selain perlunya peremajaan kapal, akses masuk ke dermaga perlu diperlebar. ’’Kami tidak saja berkoordin­asi dengan pemkot. Nanti, masyarakat mencoba berkomunik­asi dengan swasta,’’ tambahnya.

Kasubbid Evaluasi Bidang Evaluasi, Penelitian, dan Pengembang­an Bappeko Surabaya Alfian Chasanal menjelaska­n, bappeko telah mempelajar­i keunggulan Sontoh Laut. Sejauh ini, potensi wisatanya memang ada. ’’Soal usulan, kami akan melihat apakah permintaan masyarakat sinkron dengan program pemerintah,’’ katanya.

Rencana menjadikan Dermaga Tambat Labuh Sontoh Laut sebagai destinasi wisata muncul dari keinginan warga setempat. Selain keberadaan­nya yang vital, pengembang­an wisata diharapkan mendorong kehidupan nelayan. Berdasar catatan kelurahan, ada ratusan orang yang sudah mendaftar untuk berkunjung dan menyisir sungai hingga akhir Agustus.

SURABAYA, Jawa Pos – Masih banyak peninggala­n masa lampau di Kota Surabaya yang tercecer dan terancam keberadaan­nya. Untuk itu, pemkot bersama penggiat sejarah gencar mencari benda-benda kuno yang sebagian tak diketahui posisinya. Kawasan utara yang menjadi pusat keramaian masyarakat pada tempo dulu jadi sasaran penelusura­n.

Yang terbaru, penggiat sejarah bersama pemkot mengamanka­n dua benda peninggala­n masa lampau berupa lumpang dan batu pipisan kuno. Keduanya ditemukan di tempat terpisah. ”Untuk lumpang di Jalan Krembangan. Sedangkan batu pipisan di Kapasari Pedukuhan,” kata Ketua Komunitas Laskar Soeroboyo Mochamad Saiful.

Saat ini batu pipisan diserahkan ke Dinas Perpustaka­an dan Arsip (Dispusip) Surabaya. Lumpang diamankan di kantor Kecamatan Krembangan. Saiful menjelaska­n, batu pipisan memiliki panjang sekitar 36 cm. Lebarnya 23 cm dengan tinggi 12 cm. ”Alat penggiling­an biji-bijian itu diduga dibuat pada akhir 1800-an,” katanya.

Mengacu ceritanya, penemuan batu itu berawal dari informasi temannya. Ada benda kuno yang ditemukan saat menggali rumah. Benda tersebut lantas disimpan. Penggiat sejarah bersama pemerintah kemudian mengecek dan meneliti temuan itu.

Lantas, siapa yang membuat batu itu dan dipakai pada zaman kerajaan apa? Belum ada informasi yang jelas terkait pertanyaan tersebut. Saat ini petugas dispusip masih terus menggali data dan mencari literatur. ”Sulit diketahui asal-usulnya. Sebab, tidak ada tanda atau simbol yang jelas,” jelas Saiful.

Seperti batu pipisan, lumpang juga berasal dari batu andesit. Diameterny­a sekitar 50 cm. Batu itu diamankan bersama tempatnya yang juga terbuat dari batu. Pemiliknya bernama Bambang Efendi, warga Krembangan.

Menurut Saiful, lumpang sebelumnya pernah dipakai untuk menumbuk kedelai oleh keluarga Bambang. Setelah itu, peralatan tersebut tidak terpakai. Lumpang diletakkan di pinggir jalan.

Kabid Akuisisi, Deposit, dan Pengolahan Dispusip Surabaya Nanik Pertiwi membenarka­n adanya temuan lumpang dan batu pipisan itu. Menurut dia, dua benda itu diamankan untuk mencegah aksi pencurian dan perusakan. Keduanya akan diteliti lagi.

”Nanti dibuatkan narasi. Tujuannya, masyarakat bisa mengetahui informasi terkait benda tersebut,” kata Nanik. Dia menjelaska­n bahwa saat ini lembaganya memang gencar mengumpulk­an benda-benda peninggala­n bersejarah.

Lantas, bakal diletakkan di mana lumpang dan batu pipisan itu? Nanik menjelaska­n bahwa penempatan akan dibahas dalam rapat. Keduanya bisa disimpan di Museum Surabaya atau tempat penyimpana­n lainnya. ”Nanti dibahas bersamasam­a,” katanya.

 ?? AHMAD KHUSAINI/JAWA POS ?? TITIK AWAL: Dermaga Tambat Labuh Sontoh Laut yang diproyeksi­kan menjadi destinasi wisata.
AHMAD KHUSAINI/JAWA POS TITIK AWAL: Dermaga Tambat Labuh Sontoh Laut yang diproyeksi­kan menjadi destinasi wisata.
 ?? ALLEX QOMARULLA/JAWA POS ?? PENINGGALA­N: Petugas menunjukka­n lumpang kuno yang disimpan di kantor Kecamatan Krembangan.
ALLEX QOMARULLA/JAWA POS PENINGGALA­N: Petugas menunjukka­n lumpang kuno yang disimpan di kantor Kecamatan Krembangan.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia