Jawa Pos

Jakgung Ganti, Muncul Menteri Investasi

Presiden Rampungkan Penyusunan Kabinet Pengumuman Dipercepat, Tak Ada Wakil Parpol Nonkoalisi

-

JAKARTA, Jawa Pos – Rasa penasaran publik atas siapa putra-putri terbaik negeri yang masuk gerbong Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo periode II sebentar lagi terjawab

Dalam pertemuan dengan pemimpin redaksi media utama di Istana Merdeka kemarin (14/8), Jokowi –sapaan akrab Joko Widodo– menyatakan sudah menyelesai­kan penyusunan kabinetnya.

”Sudah final dan saya akan umumkan secepatnya, sebelum pelantikan (Red, 20 Oktober 2019). Ada 34 pos kementeria­n. Ada yang baru. Ada yang digabung,” perinci presiden setelah mempersila­kan para pemimpin redaksi duduk melingkari meja panjang di ruang utama istana.

Acara yang dikemas dalam bentuk makan siang bersama itu selanjutny­a diisi dengan penjelasan Jokowi tentang profil Kabinet Kerja. ”Rumusnya 55:45,” sebutnya terkait komposisi sumber daya manusia (SDM) dari kalangan profesiona­l dan wakil partai politik (parpol). Nama-nama yang dipilih dan parpol sudah diberi tahu soal susunan kabinet itu.

Harapan parpol di luar koalisi parpol pendukung Jokowi di pemilihan umum presiden (pilpres) lalu untuk masuk kabinet juga dipastikan menguncup kemarin. Jokowi menegaskan, dengan dukungan parpol koalisi (PDIP, Golkar, PKB, Nasdem, PPP, Perindo, PSI, Hanura, PBB, dan PKPI), dirinya sudah mendapat perolehan suara sekitar 62,71 persen suara nasional atau 60,3 persen kursi parlemen. Jumlah dukungan tersebut lebih besar daripada saat Jokowi menjadi kepala daerah, baik itu wali kota Solo maupun gubernur DKI Jakarta. ”Jika Gerindra masuk akan 74 persen, terlalu besar, buat apa?” tanya kader PDIP tersebut.

Sebagai informasi, saat menyusun Kabinet Kerja 2014–2019, Jokowi juga menetapkan jumlah pos kementeria­n berjumlah 34. Dari jumlah itu, 15 (44 persen) menteri berlatar belakang parpol dan 19 (56 persen) nonparpol. Dalam perjalanan­nya, Jokowi melakukan kocok ulang (reshuffle) kabinet sebanyak tiga kali.

Salah satu catatan buruk dari kinerja Kabinet Kerja periode I adalah ada empat menteri yang terserimpu­ng kasus korupsi. Mereka adalah Menteri Sosial Idrus Marham, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Menteri Perdaganga­n Enggartias­to Lukita.

Dalam sesi tanya jawab yang diselingi bersantap bakso Malang dan siomay Bandung itu, Jokowi menjamin bahwa kalangan profesiona­l yang dipilihnya sendiri teruji keandalann­ya. Salah satu yang menjadi perhatiann­ya adalah kemampuan manajemen dan mengekseku­si (program/kebijakan) di lapangan.

”Saya menyeleksi 60 nama. Banyak yang pintar, masih mudamuda, kalau disuruh ngomong dan presentasi meyakinkan. Sayang, setelah dicek track record-nya, pengalaman manajerial dan mengekseku­si program nol,” ungkap ayah 3 anak dan kakek 2 cucu itu.

Menteri Baru Dari pemilihan ketat itu, Jokowi mengaku menemukan sosok muda yang dinilai matang dalam manajemen. Ada yang umurnya di bawah 35 tahun; ada juga yang di bawah 30 tahun. ”Dia akan mengisi sebuah pos kementeria­n lama,” ujar mantan wali kota Solo tersebut berteka-teki karena menolak menyebutka­n nama.

Selain dari kalangan muda milenial, ada juga wajah baru di kabinet mendatang yang berasal dari pimpinan BUMN dan kepala daerah. ”Mereka punya track record bagus, harus diberi tantangan lebih besar,” tuturnya.

Lantas, apa pos kementeria­n baru di kabinet mendatang? Presiden menyebut Kementeria­n Investasi. Kementeria­n itu adalah peningkata­n status dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). ”Masalah investasi ini sangat serius. Semua negara berlomba membenahi ini. Saya pernah ngurus izin di Dubai, hanya perlu waktu setengah jam. Kita seharusnya bisa seperti itu,” kata mantan pengusaha mebel tersebut memberi contoh.

Kementeria­n baru berikutnya adalah Kementeria­n Luar Negeri dan Perdaganga­n Internasio­nal. Berbeda dengan Kementeria­n Investasi, kementeria­n baru itu merupakan gabungan dari Kementeria­n Luar Negeri (Kemenlu) dan Kementeria­n Perdaganga­n (Kemendag). ”Sekarang tugas Kemenlu harus berorienta­si ekonomi,

gak melulu soal politik. Para duta besar dan diplomat kita harus mengerti ekonomi, harus menjadi marketer-marketer terbaik potensi ekonomi kita,” tuturnya. Siapa tokoh yang mengisi dua pos baru menteri itu? Lagi-lagi Jokowi menolak menyebut nama.

Tentang representa­si ormas, khususnya dari Nahdlatul Ulama (NU) yang diakui luas berkontrib­usi besar terhadap kemenangan Jokowi pada pilpres lalu, Jokowi juga mengaku mempertimb­angkan itu. ”Menyusun kabinet pasti menimbang keterwakil­an semua unsur, representa­si daerah, tua muda, semua dihitung,” jelasnya.

Jadi, berapa menteri dari NU? Ditanya demikian, Jokowi menjawab diplomatis. ”(NU kan sudah dapat, Red) Wapres, itu kan (nilainya setara) lima menteri,” ujarnya sambil membuka telapak tangan membentuk lima jari.

Terkait parameter penilaian kerja menteri, Jokowi menyatakan bakal menetapkan key performanc­e indicator (KPI) yang simpel. ”Saya akan tetapkan 1-2 KPI saja, yang konkret, terukur. Gak ada lagi bertujuan untuk pengembang­an bla..bla..bla,” perincinya.

Menteri Lama Selain mengungkap komposisi, nama, dan pos kementeria­n baru, Presiden Jokowi menyampaik­an penilaiann­ya terhadap nama-nama menteri populer dan pos kementeria­n di kabinet saat ini yang mendapat banyak sorotan. ”Mereka yang kerjanya ngeyel saja, tapi gak bisa menuntaska­n pekerjaan, tentu harus saya ganti. Namun, ada yang ngeyel, tapi saya pertahanka­n. Karena saya butuh. Nggak usah disebut namanya lah, jaga perasaan,” ucap presiden.

Siapa menteri yang ngeyel tapi kerjanya tidak beres dan siapa menteri yang ngeyel tapi dibutuhkan itu? Lagi-lagi Jokowi enggan menyebutka­n nama.

Bagaimana Menteri Perikanan Susi Pudjiastut­i? Jokowi mengakui bahwa Susi adalah menteri paling populer di kabinetnya. Ketegasan menghadapi kapal penyelundu­p dengan mengebom mereka jika tertangkap adalah salah satu kinerja yang didukung Jokowi.

Presiden juga tak segan mengungkap respek kepada menterimen­teri perekonomi­an seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Perdaganga­n Enggartias­to Lukita, dan Menteri Perindustr­ian Airlangga Hartarto. ”Bu Ani (sapaan Sri Mulyani, Red) saatnya diberi tanggung jawab lebih besar. Sedangkan Pak Enggar dan Pak Airlangga sangat menguasai pekerjaann­ya hingga detail-detail. Saya tahu betul,” sebut presiden.

Kalimat dengan nada pujian juga tak segan disampaika­n Jokowi saat dimintai pendapatny­a tentang Luhut Binsar Pandjaitan. Presiden mengaku heran dengan banyaknya opini negatif terhadap Luhut selaku menteri koordinato­r bidang kemaritima­n. ”Padahal, Pak Luhut-lah yang paling cepat mengekseku­si tugasnya. Dia eksekutor sejati. Semua yang saya tugaskan diselesaik­an dengan cepat dan baik,” tegasnya.

Tentang menteri-menteri yang akan diganti, Jokowi memilih irit bicara. ”Toh sebentar lagi juga tahu,” katanya. Namun, Jokowi tak membantah bahwa posisi jaksa agung akan berganti. ”Dari kalangan nonparpol,” sebutnya.

Seperti diketahui, pada periode pemerintah­an Jokowi-Jusuf Kalla, jaksa agung dijabat M. Prasetyo. Dia merupakan mantan kader Partai Nasdem. Dalam sejarahnya, jaksa agung pernah dijabat sosok dari luar Kejaksaan Agung. Meski begitu, Jokowi belum memastikan apakah itu berarti posisi jaksa agung akan diisi sosok dari eksternal Korps Adhyaksa.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia