Selamat Bertugas (Kembali) Satgas
Harapan pencinta bola di tanah air untuk menikmati kompetisi yang fair kembali menggelora. Harapan itu tumbuh seiring dibentuknya Satgas Antimafia Bola Jilid II. Selain menuntaskan sejumlah perkara yang belum selesai pada masa tugas satgas di jilid I, untuk edisi kedua ini, satgas akan lebih memaksimalkan pengawasan sekaligus pencegahan terhadap praktik kotor mafia bola. Terutama di pentas Liga 1.
Jangkauan pengawasan satgas jilid II ini memang sangat luas. Karena itu, dibentuklah subsatgas yang disebar di 13 wilayah tempat bergulirnya Liga 1 2019. Nah, hadirnya satgas jilid II tersebut tentu disambut gembira oleh para penikmat sepak bola di tanah air. Bahkan, Manajer Madura FC Yanuar Herwanto sempat menyebut kehadiran satgas bak oase di tengah hiruk pikuknya praktik kotor di lapangan hijau.
Sebab, meski sejumlah oknum anggota exco, pengurus PSSI, wasit, dan bahkan PLT ketua umum telah diamankan, praktik kotor match fixing dan match setting ditengarai masih ada. Dan, sangat sulit mengharapkan federasi untuk membongkar praktik kotor yang menodai kompetisi.
Dengan demikian, keterlibatan negara yang diwakili institusi Polri untuk memberantas kejahatan di lapangan hijau itu perlu didukung banyak pihak. Sebab, pada kenyataannya memang hanya Polri yang punya kemampuan untuk melakukan penyelidikan, penyidikan, hingga investigasi mendalam untuk kasuskasus yang dibekingi mafia.
Kehadiran satgas sangat diperlukan. Pasalnya, kepercayaan publik terhadap federasi untuk memerangi praktik kotor di lapangan hijau sudah menurun. Publik tak lagi percaya dengan model penyelesaian kasus di lapangan hijau lewat mekanisme football family.
Sayangnya, Satgas Antimafia Bola Jilid II ini hanya fokus pada laga-laga di Liga 1. Padahal,
match fixing justru paling rawan terjadi di Liga 2 dan Liga 3 karena jarangnya tayangan
live. Ya, jika di Liga 1 yang sering ditayangkan televisi nasional saja sering dipertontonkan keputusan-keputusan janggal di lapangan, bagaimana pula wajah kompetisi di Liga 2 dan Liga 3? Padahal, musim lalu banyak pelaku
match fixing dan match setting yang bergentayangan di Liga 2. (*)