Jawa Pos

Jadi Identitas di Setiap Kesempatan

Ramai-ramai pakai kebaya sambil di Monas? Bisa! Ke kampus pakai kebaya? Boleh! Bagi komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI), kebaya bukan adalah kebanggaan dan identitas. Mereka merayakan keanggunan dan ciri perempuan Indonesia dalam busana warisan

-

selfie Kebaya memang identik dengan gaya feminin perempuan Nusantara sejak zaman silam. Biasanya yang memakai adalah para bangsawan.

Siluetnya yang membentuk tubuh tapi tetap tertutup membuat Anda tampak berkelas serta tetap santun.

Memakai kebaya langsung memberi kesan etnik yang kuat.

Ini buat yang pede ya. ”Saya kalau pakai kebaya pasti diliatin dan ditanya ’mau kondangan?’ Hahaha. Tak apa, yang penting menarik,” kata Rahmi.

LIMA tahun lalu, founder PBI Rahmi Hidayati bermaksud reuni dengan teman-temannya. Mereka sepakat dress code-nya kebaya. ”Biar beda aja gitu,” kata perempuan 51 tahun itu saat dijumpai di Museum Nasional pekan lalu.

Setelah berfoto, mereka merasa lebih anggun, cantik, dan lebih Indonesia ketika berkebaya. Mantan wartawati itu berpikir bahwa ketika berkebaya, penampilan memang tampak lebih menarik daripada berpakaian biasa. Dari situ, dia mengajak perempuan lain untuk sering-sering mengenakan kebaya. Rahmi dan teman-temannya pun mendirikan komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia.

Keinginan melestarik­an kebaya semakin kuat ketika Rahmi mendengar cerita dari temannya yang ikut acara di Malaysia. ”Dia dikasih tahu bahwa kebaya itu asli sana, padahal kan sejarah kebaya dari Indonesia,” ceritanya.

Ketika anggota mulai banyak, kegiatan yang diadakan semakin variatif. Salah satunya, Seribu Perempuan Berkebaya pada 2017. Acara yang diadakan di kantor Kemendikbu­d Jakarta itu dihadiri lebih dari seribu perempuan. Salah seorang di antaranya istri bupati Pekalongan. Beberapa minggu kemudian, acara serupa diadakan di Pekalongan.

Bulan lalu, PBI mengadakan diskusi dan seminar di Museum Nasional. Bertajuk #IndonesiaB­erkebaya, acara tersebut melibatkan desainer kebaya Musa Widyatmodj­o.

PBI aktif mengampany­ekan Selasa Berkebaya. Sesuai namanya, para anggota komunitas di mana pun berada akan mengenakan kebaya setiap Selasa. Baik di tempat kerja, kuliah, maupun sekadar belanja. ”Berima, Selasa Berkebaya. Jadi lebih indah didengar,” ujar konsultan public relation tersebut. Suatu kali, saat Selasa Berkebaya, member PBI membawa pamflet ajakan berkebaya di Monas, stasiun, dan MRT Jakarta. Mereka sukses menarik perhatian.

PBI sudah melanglang buana. Rahmi pernah diundang ke Konjen Indonesia di New York, AS, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo, Jepang. Di sana, ibu dua anak itu menjadi pembicara tentang kebaya.

Soal keanggotaa­n, PBI pun menyambut kaum milenial. Ribka Malise, 21, mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Universita­s Pelita Harapan Jakarta, misalnya. Dia kini aktif mengelola Instagram PBI. Awalnya, Ribka magang sebagai tugas kuliah. ”Dulu sih malu karena sering dibilang mau kondangan. Sekarang malah bangga karena tampak anggun dan Indonesia banget pas di kampus,” ungkapnya.

 ?? IMAM HUSEIN/JAWA POS ?? WARNA-WARNI: Sebagian penggiat komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia saat ditemui di Museum Nasional. Mereka mengenakan kebaya untuk aktivitas sehari-hari.
IMAM HUSEIN/JAWA POS WARNA-WARNI: Sebagian penggiat komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia saat ditemui di Museum Nasional. Mereka mengenakan kebaya untuk aktivitas sehari-hari.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia