Banyuwangi Perwujudan Mosaic of Indonesia
Meriahkan Banyuwangi Festival, 72 Pemuda dari 40 Negara Pentaskan Indonesia Channel 2019
KEGIGIHAN Kabupaten Banyuwangi menempatkan seni dan budaya di garda terdepan promosi daerah kembali menuai hasil positif. Yang terbaru, Banyuwangi dipilih sebagai tuan rumah pergelaran seni Indonesia Channel (Inchan) 2019 yang dihelat Kementerian Luar Negeri. Inchan 2019 yang diadakan pada Selasa (13/8) di Taman Blambangan itu berlangsung meriah.
Taman Blambangan yang merupakan episentrum pertunjukan seni dan budaya di Banyuwangi itu menjadi panggung bagi 72 pemuda dari 40 negara sahabat. Para pemuda itu merupakan peserta program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) yang digagas Kemenlu. Mereka menampilkan seni dan tari khas Nusantara seperti Makassar, Banyuwangi, dan Padang dengan sangat baik.
Inchan 2019 dihadiri langsung Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Menurutnya, Banyuwangi dipilih karena mempresentasikan keharmonisan tradisi, toleransi, dan kemajuan. Hal itu sangat sesuai dengan tema Mosaic
of Indonesia yang diusung Inchan 2019. Menggambarkan Indonesia yang beraneka warna, tapi tetap satu.
”Seluruh yang hadir dalam acara ini disatukan oleh kecintaan pada seni, budaya, serta semangat kita mempromosikan perdamaian, toleransi, dan harmoni,” ujar Retno saat membuka Inchan 2019. ”Wajah kerja sama, wajah kebersamaan dan persatuan harus menjadi wajah kita, wajah Indonesia dan wajah dunia. You are not only friends of Indonesia but you are also friends of the world,” lanjutnya. Acara itu juga dihadiri tujuh duta besar dan enam perwakilan diplomatik. Di antaranya Dubes Rusia, Filipina, dan Jordania. Retno menyebutkan
bahwa Indonesia ingin terhubung, membuat ikatan, dan membangun jaringan Friends of
Indonesia lewat program itu. Misi mempererat persatuan dan perdamaian lewat BSBI itu mendapat
apresiasi positif para peserta. Mereka mengaku senang mengikuti program tersebut. Salah seorangnya adalah Jeffrey Junior Maesala dari Kepulauan Solomon. Maesala belajar beberapa kesenian Banyuwangi seperti tari Gandrung Marsan, Kuntulan Hadrah, gamelan, angklung paglak, dan tari kreasi baru Mapag Dayoh.
”Banyuwangi sudah seperti rumah kedua. Saya merasa seperti tinggal dalam keluarga sendiri. Masyarakatnya penuh
cinta dan hangat. Makanannya enak semua, meski rasa masakan berbeda tapi masih bisa saya terima,” ujar Maesala.
Hal serupa dilakukan para peserta BSBI yang lain. Dari 72 peserta, mereka terbagi di enam lokasi berbeda. Selain Banyuwangi dan Padang, mereka juga belajar di Bali, Jogjakarta, Kutai Kartanegara, dan Makassar.
”Untuk penampilan di Indonesia Channel ini, kami belajar bersama lagi selama empat hari. Memadukan berbagai kesenian dari beberapa daerah yang telah dipelajari,” ungkap Fifonsi Malvina dari Benin, Afrika.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas merasa tersanjung menjadi salah satu tuan rumah peserta BSBI. Apalagi Banyuwangi menjadi tempat pelaksanaan Indonesia Channel 2019. Sebab, selama ini budaya telah menjadi bagian integral dalam kemajuan Banyuwangi. Di balik perkembangan dan raihan prestasi, Banyuwangi tidak meninggalkan budaya dan tradisi.
”Terima kasih Bu Menteri yang telah mempercayakan Banyuwangi. Biasanya hanya ditempatkan di kota-kota besar yang mapan di seni budaya. Namun, berkat kepercayaan Bu Menteri, Banyuwangi sebagai kota yang sedang tumbuh ini pun bisa merasakan peluang yang sama,” urai Anas.
Anas berharap program BSBI terus bisa ditempatkan di Banyuwangi pada tahun-tahun mendatang. ”Pastinya, mereka akan juga turut mempromosikan Banyuwangi ke negaranya masing-masing,” kata Anas. Akrabkan Seni dan Budaya Khas Indonesia ke Generasi Muda Mancanegara
Inchan 2019 dibuka lewat penampilan para peserta BSBI memainkan musik daerah. Dari angklung Banyuwangi, gendang tabuik khas Padang, gamelan Bali, dan musik petik khas Bugis, Makassar. Pertunjukan itu dipadu dengan beragam tarian dan lagu-lagu daerah sebagai pengiring.
Penampilan tari Gandrung dari 12 peserta BSBI juga mendapat sambutan meriah. Mereka mampu dengan sangat baik membawakan tarian yang kini menjadi simbol kesenian Banyuwangi tersebut. Apresiasi juga mengalir saat penampilan tari barong, tari topeng, hingga tari piring khas Sumatera Barat.