Jawa Pos

Tuntaskan Problem Kesehatan hingga Ingin Kepala Daerah Dokter

Problem kota semakin rumit seiring semakin padatnya penduduk Surabaya. Karena itulah, sosok penerus Wali Kota Tri Rismaharin­i kelak punya tugas mengurai kompleksit­as persoalan tersebut.

-

PAKAR kependuduk­an dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Lutfi Agus Salim mengatakan bahwa setiap hari ada 124 pertambaha­n penduduk di Surabaya. Sementara itu, angka kematian hanya 40 orang per hari. ”Dua puluh tahun lalu Masjid Al Akbar dibangun supaya mengembang­kan daerah sana. Dan sekarang terlihat begitu padatnya,” kata alumnus FKM Unair angkatan 1990 itu.

Kepadatan kota menimbulka­n berbagai persoalan. Mulai kemacetan, problem kesehatan, permukiman kumuh, hingga akses pendidikan. Lutfi menghubung­kan persoalan kepadatan penduduk itu dengan penerapan sistem zonasi pada pendaftara­n sekolah negeri dua bulan lalu

J

Banyak yang melayangka­n protes karena wali murid tinggal di kelurahan atau kecamatan yang belum mendapatka­n sekolah negeri untuk anaknya. ”Sampai ada titip kartu keluarga (KK) untuk zonasi,” ujar Lutfi.

Dalam era kepemimpin­an Risma, sudah terbangun pendataan kepadatan penduduk secara mendetail. Biasanya kota-kota lain menyusun data per kecamatan, Surabaya sudah per kelurahan. Menurut dia, wali kota selanjutny­a hanya perlu melanjutka­n apa yang sudah dikerjakan pemkot itu.

Itu menjadi modal wali kota selanjutny­a untuk menjalanka­n rencana kerja. Modal lainnya adalah indeks pembanguna­n manusia (IPM) Surabaya yang sudah mencapai 81,74. Tak sampai 10 kota di Indonesia yang memiliki IPM di atas 80.

Namun, angka IPM tersebut tak berbanding lurus dengan indeks pembanguna­n kesehatan masyarakat (IPKM) yang dirilis Kementeria­n Kesehatan tahun lalu. Nilai yang dicapai Surabaya hanya 0,6459. ”Surabaya tidak ada di 10 besar. Justru Blitar masuk. Nah, mungkin ini PR wali kota selanjutny­a,” kata dosen FKM Dr dr Santi Martini.

Skor IPKM Surabaya sebenarnya sudah meningkat pesat bila dibandingk­an dengan 2013. Yakni, 0,5610. Ada perbaikan peringkat secara nasional dari urutan ke156 menjadi ke-108. Namun, peringkat Surabaya di Jatim masih sama, yaitu ke-19.

Santi mengatakan bahwa penyebab kematian tertinggi saat ini bukan lagi penyakit menular. Melainkan penyakit tidak menular. Stroke misalnya. Untuk Surabaya, ada 27 pasien stroke yang baru mendapatka­n penanganan setelah 12 jam. Padahal, penanganan cepat sangat diperlukan. ”Dan di Surabaya ini hampir tidak ada daerah tanpa listrik. Ketersedia­an informasi berkaitan pencegahan sangat penting. Wali kota ke depan harus mampu memecahkan itu,” katanya.

Dosen Fakultas Kedokteran Dr dr Gadis Meinar Sari menambahka­n, persoalan kesehatan dan kepadatan penduduk sangat terkait erat. Saat dia melintasi kawasan Surabaya Utara, masih banyak permukiman kumuh. ”Itu juga masuk wilayah kota. Dilihat dari jauh saja sudah kelihatan banyak problem kesehatan di sana,” ujarnya.

Angka kematian ibu dan bayi pun dirasa masih tinggi. Tak perlu di kawasan kumuh tersebut. Gadis mendapati angka itu juga masih tinggi di lingkungan permukiman sekitar kampus Unair.

Dia melihat sudah banyak perubahan yang dilakukan Risma. Namun, masih banyak pekerjaan yang perlu dilanjutka­n. Urusan kesehatan perlu mendapat prioritas penanganan karena melihat besarnya permasalah­an yang ada. Sampai-sampai Gadis mengeluark­an candaan. ”Bisa enggak sih wali kotanya nanti dokter,” selorohnya. PKB mengutus Laila Mufidah yang mendapat suara terbanyak. Sedangkan internal PKS belum memutuskan. Namun, santer terdengar Reni Astuti yang akan diberi penugasan.

Dari total 50 kursi di DPRD Surabaya itu, ada tiga partai yang belum utuh membentuk fraksi. Yakni, PAN dan Nasdem yang masing-masing hanya mengirimka­n tiga anggota terpilih. Serta, PPP yang hanya satu anggota terpilih.

Buchori Imron, anggota terpilih dari PPP, agaknya santai saja melihat situasi yang dihadapi. Buchori menyebutka­n, karena hanya sendiri, dirinya bisa bergabung dengan fraksi mana saja. ”Kan satu itu ke mana saja bisa. Ke PDIP bisa, ke Golkar bisa, ke PKB bisa. Siji kintir ae lah,” kata Buchori dengan logat khasnya.

Kabar yang beredar, PPP sudah menjalin komunikasi intens dengan PAN sehingga total menjadi empat orang dan sudah bisa membentuk satu fraksi.

Menurut Juliana Eva Wati, caleg PAN yang lolos ke DPRD Surabaya, bisa jadi tiga partai, yakni PAN, PPP, dan Nasdem, bergabung. Tak ada salahnya mereka bersinergi membentuk kekuatan sehingga berisi tujuh orang. Jumlah tersebut hanya kalah oleh PDIP.

Pembagian kursi-kursi untuk DPRD Surabaya itu tinggal menunggu waktu kurang dari 10 hari. Pada 23 Agustus, masa bakti anggota DPRD yang lama berakhir. Diganti anggota baru. Komposisin­ya, 21 nama baru dan 29 orang lama.

 ?? RIANA/JAWA POS ?? DARI AKADEMISI: Dr Lutfi Agus Salim, Dr Santi Martini, dan Dr Gadis Meinar Sari membeberka­n pemikiran mereka tentang pemimpin Surabaya ke depan.
RIANA/JAWA POS DARI AKADEMISI: Dr Lutfi Agus Salim, Dr Santi Martini, dan Dr Gadis Meinar Sari membeberka­n pemikiran mereka tentang pemimpin Surabaya ke depan.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia