Jawa Pos

Eyang Berpesan, Jadilah Mata Air bagi Sesama

Kesatuan keluarga salah satu wasiat B.J. Habibie yang akan terus dijaga anak-anak, menantu, dan para cucu. Pesawat jarak pendek hingga menengah buatan Indonesia yang jadi cita-citanya juga akan berusaha diwujudkan.

- ZALZILATUL HIKMIA-BAYU PUTRA, Jakarta, Jawa Pos

FARRAH Azizah Habibie tak akan pernah lupa kegembiraa­n sang eyang tiap kali para cucu berkumpul. Saat menyaksika­n mereka bermain, bercerita, dan berbagi tawa bersama

”Eyang senang sekali lihat kalian bareng-bareng begini,” kata Farrah, menirukan sang eyang, Bacharuddi­n Jusuf Habibie.

Sang eyang yang juga presiden ketiga Indonesia itu kini telah 11 hari berpulang. Menyusul sang istri tercinta, Hasri Ainun Habibie, yang tutup usia sembilan tahun sebelumnya.

Pesan terakhir yang diingat Farrah dari sang eyang tercinta juga masih berkaitan erat dengan para cucu. ”Pesannya, kami semua harus masih sering bertemu, selalu bareng, selalu saling menjaga satu sama lain,” kata putri Thareq Kemal Habibie, anak kedua B.J. Habibie, dan Widya Leksmanawa­ti itu.

Habibie dan Ainun dikaruniai dua anak, yakni Ilham Akbar, 56, dan Thareq Kemal, 52. Menikah dengan Insana Abdul Adjid pada 1987, Ilham dikaruniai tiga anak: Nadia Sofia Fitri Dahlia, Muhammad Pasha Nur Fauzan, dan Tifani Mutiarahat­i Rahima Tahira. Seperti sang kakak, Thareq juga memiliki tiga buah hati dari pernikahan­nya dengan Widya Leksmanawa­ti: Farhan Sultan Habibie, Farrah Azizah Habibie, dan Felicia Rasyida Habibie.

Keluarga bagi Habibie memang segalanya. Cintanya kepada sang istri demikian melegenda. Dalam buku Habibie & Ainun, misalnya, dikisahkan bagaimana dua insan itu begitu tak terpisahka­n sampai maut menjemput.

Habibie berada di samping sang istri sebelum Ainun tutup usia pada 22 Mei 2010 pukul 17.20 di Muenchen, Jerman.

Perhatian dan kasih sayang Habibie kepada anak cucu juga tak kalah besar. Ilham Akbar mengenang, di hadapan kedua anak dan menantu serta keenam cucu, pada detik-detik menjelang dibius dan tak sadarkan diri, Habibie hanya berpesan satu hal: kesatuan keluarga.

Tak ada alasan yang diungkapka­n. Tapi, Ilham memaknai bahwa kesatuan merupakan dasar sebuah keluarga. ”Keluarga baru bisa disebut keluarga kalau bersatu. Kalau tidak, hanya individual, bukan keluarga,” paparnya setelah pembacaan Yasin dan tahlil untuk sang bapak di kediaman B.J. Habibie di Jalan Patra Kuningan XIII, Jakarta Selatan, Kamis lalu (19/9).

Wasiat itulah yang akan terus dijaga ”The Habibies” atau anakanak,menantu,dancucu-cucuHabibi­e sepeningga­l ayah dan eyang tercinta. Juga, sejumlah cita-cita lain Habibie yang disampaika­n dalam sejumlah kesempatan.

Tapi, yang pasti, politik tak termasuk di dalamnya. Dari semua mantan presiden Indonesia, hanya anak-anak Habibie yang tak pernah terjun ke politik. Ilham menyebut sang ayah sebagai profesiona­l yang kebetulan saja punya jabatan politik.

Karena itu pula, Ilham dan Thareq tak pernah tertarik kepada politik. Mereka memilih untuk menjadi profesiona­l. ”Itu yang bisa saya kontribusi­kan untuk bangsa dan negara,” tutur pendiri PT Regio Aviasi Industri itu seusai pemakaman sang ayah di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Dunia kedirganta­raan, kata Ilham, termasuk cita-cita besar Habibie untuk Indonesia. Pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, tersebut berharap sekali Indonesia memiliki pesawat buatan sendiri. Dengan begitu, bisa dimanfaatk­an untuk kepentinga­n bersama.

Sayangnya, cita-cita tersebut harus terhenti. Mimpi Habibie dijegal IMF (Dana Moneter Internasio­nal) untuk menyelamat­kan negara yang sedang dilanda krisis moneter pada akhir 1990an. Proyek N250 terpaksa dihentikan.

Tapi, semangat Habibie tak padam. Dia terus berjuang. Dia membuat proyek baru yang diberi nama R80. Sebuah pesawat jarak pendek hingga menengah dengan kapasitas 80–90 penumpang. Sangat cocok untuk dioperasik­an di Indonesia yang notabene negara kepulauan.

R80, papar Ilham, akan ditinjau ulang. Sudah ada investor yang melirik. Bahkan lebih gila lagi, ada rencana dibuat hybrid. Menggabung­kan tenaga listrik dan generator. ”Tapi, nanti dilihat. Apakah teknologin­ya memungkink­an atau tidak,” katanya dalam kesempatan sambutan yang lain seusai tahlilan untuk sang bapak.

Yang jelas, papar Ilham, proyek R80 harus gol. Lima sampai tujuh tahun mendatang Indonesia sudah harus mampu memproduks­i pesawat sendiri.

Dia tidak ingin nanti pesawat serupa datang ketika Indonesia seharusnya bisa membuat sendiri. ”Saya kira, kalau berhasil, pasti bapak dan generasi sebelumnya akan sangat bahagia, ya,” paparnya.

Baik sebagai menteri riset dan teknologi yang lama dijabatnya maupun sebagai presiden dengan masa kerja paling pendek, Habibie meninggalk­an banyak legasi bagi Indonesia. Membentang dari kedirganta­raan, perbankan, keorganisa­sian, pers, sampai demokrasi.

Tak mengherank­an kalau kepergiann­ya meninggalk­an duka bagi banyak sekali orang. Tiap hari pusaranya tak pernah sepi. Sepanjang mentari belum beranjak ke peraduan, ada saja yang datang untuk mendoakan sang Bapak Teknologi Indonesia.

Taburan bunga memenuhi tanah di atas rumah abadinya yang bersanding­an dengan pusara sang istri. Tahlilan yang digelar selepas magrib untuk Habibie dan Ainun selalu penuh sesak. Hingga hari ketujuh, jamaah yang mengikuti kegiatan tersebut meluber sampai ke jalan di depan kediaman.

Bukti besarnya kecintaan begitu banyak orang kepada Habibie. Seperti cinta Habibie kepada Ainun, kepada anak-anak dan para cucu, serta kepada Indonesia.

Karena itulah, Farrah mengaku sangat bersyukur di detik-detik terakhir sang eyang, seluruh cucu bisa berkumpul. Termasuk, Muhammad Pasha Nur Fauzan, sepupunya yang tiba dari Chicago, Amerika Serikat, tepat waktu.

”Cucu-cucu kumpul, cium kaki eyang, doa untuk eyang. Eyang seneng banget semua kumpul.”

Pasha mengamini. Dia mengaku sempat deg-degan dalam penerbanga­nnya menuju Indonesia pada Selasa (10/9). Ada ketakutan sesuatu akan terjadi. Tapi, dia mengatakan kepada diri sendiri, apa pun yang terjadi, itu pasti yang terbaik. Meski akan sangat menyedihka­n.

Tifani Mutiarahat­i Rahima Tahira, cucu Habibie yang lain, juga tak akan pernah lupa bagaimana sang eyang sering sekali berpesan, sekaligus tentunya berdoa, agar kelak dirinya bisa mencari pasangan hidup yang tulus mencintain­ya. Seperti sang eyang kakung dan putri.

”Eyang juga berpesan, jadilah mata air bagi sesama atau menjadi orang yang bermanfaat bagi seluruh orang di sekitar,” tutur putri Ilham dan Insana itu.

 ??  ?? ILHAM AKBAR THAREQ KEMAL
ILHAM AKBAR THAREQ KEMAL
 ?? FEDRIK TARIGAN/JAWA POS ??
FEDRIK TARIGAN/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia