Jawa Pos

Cegah Stunting, Bagi Bahan Pokok

-

SURABAYA, Jawa Pos – Kasus stunting masih ditemukan di Surabaya. Menurut ahli gizi Universita­s Airlangga Qonita Rachmah, angka stunting di Surabaya di bawah rata-rata nasional. Yakni, kurang dari 30 persen. ’’Setelah disurvei, tidak banyak orang tua yang memberi anaknya ASI eksklusif. Selain itu, jenis makanan yang diberikan tidak memenuhi standar gizi yang baik,’’ katanya.

Hal tersebut diungkap saat acara Rise Againts Hunger 2019 di Hotel Wyndham Surabaya kemarin (21/9). Qonita menjelaska­n, banyak orang tua yang abai terhadap kebutuhan gizi anak. Sejak awal, anak tidak dibiasakan mengonsums­i makanan bergizi seimbang. Yakni, yang mengandung sumber karbohidra­t, serat, vitamin, dan mineral. ’’Porsinya harus seimbang. Jadi, kalau makan nasi dan sayur, porsinya harus sama,’’ ungkap alumnus Universita­s Indonesia itu.

Qonita sering menemukan orang tua memberi anaknya makanan instan yang tidak diimbangi dengan sayuran dan buahbuahan. Antara lain, mi dan daging olahan instan. ’’Ketika dikasih yang instan-instan saja, ini membuat anak tidak suka sayur dan buah. Dalihnya agar anak tetap makan,’’ tuturnya.

Dhedy Adi Nugroho, penyelengg­ara acara, membenarka­n hal tersebut. Keprihatin­an itulah yang menggerakk­an pihak swasta untuk ikut memerangi gizi buruk. Caranya, mengemas beberapa bahan kebutuhan pokok. Antara lain, beras, kacang hijau, dan sayuran. Terdapat 260 ribu paket bahan pokok yang akan dibagikan. Itu terdiri atas 6 ton beras, 4 ton kacang hijau, 150 kilogram sayur kering, dan 26 ribu saset vitamin.

’’Sasarannya lebih ke masyarakat daerah terpinggir dan yang terkena bencana alam beberapa waktu silam,’’ ujar manajer Corporate Affairs PT Heinz ABC Indonesia tersebut. Proses pengemasan berlangsun­g tiga jam.

Kegiatan itu kali kedua diadakan di Surabaya. Harapannya, penyelengg­ara bisa menjangkau sekitar 130 ribu orang.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia