Suarakan Kegelisahan Warga Sekitar Semburan Lumpur
SIDOARJO, Jawa Pos – MTSN 4 Sidoarjo menggelar apel khusus kemarin pagi. Seluruh siswa dikumpulkan. Tujuannya, memberikan apresiasi kepada dua pelajar yang berprestasi. Mereka adalah Aljizah Jahrotul Jannah dan Diah Suci Lestari. Keduanya berhasil menjadi juara nasional berkat penelitian mereka tentang kondisi masyarakat yang hidup di sekitar semburan lumpur di Porong.
Apel baru digelar karena kemarin menjadi hari pertama mereka sekolah. Sebelumnya, keduanya masih berkompetisi di Manado. Mereka mengikuti Madrasah Young Reasearcher Supercamp (Myres) Hasilnya, Aljizah dan Diah menyabet juara bidang sosial humaniora. Hasil karya mereka mengalahkan lebih dari seribu peserta. ”Setiap kali ada yang juara, kami selalu beri apresiasi. Biar jadi penyemangat siswa tersebut, juga siswa lainnya,” kata Kepala MTSN 4 Sidoarjo Jumakir.
Menurut Aljizah, untuk orang Sidoarjo, kondisi lumpur Porong mungkin biasa saja. Namun, orang luar Sidoarjo menganggapnya sangat menarik. Asumsi itu yang membuat dia dan Diah pada awal tahun lalu menyusun penelitian tentang warga yang tinggal sangat dekat dengan lokasi lumpur. Mereka meneliti RT 11, RW 3, Dusun Pologunting, Desa Gempolsari, Kecamatan Tanggulangin.
Mereka ingin melihat apa yang dilakukan warga setelah musibah semburan lumpur. Sebab, jarak rumah warga dengan lokasi lumpur paling dekat hanya 10 meter dan paling jauh hanya 50 meter. ”Ternyata ya miris, banyak yang sampai punya utang,” kata Aljizah.
Bahkan, untuk menanam sesuatu, mereka harus membeli media tanam berupa tanah. Sebab, tanah di sana sudah tidak bagus lagi untuk ditanami. Tingkat kesuburannya sangat rendah. Padahal, dulu sebelum lumpur melanda, rata-rata warganya adalah petani. ”Ada 249 orang di RT itu, rata-rata petani,” kata perempuan kelahiran 12 November 2004 tersebut.
Kemudian, mereka beralih profesi pedagang rengkek atau pedagang perlengkapan rumah tangga. ”Bahkan, dari 2016 sampai 2017, ada kenaikan 67 persen warga yang dapat kartu keluarga sejahtera,” tambah Diah.
Mereka berharap ada perhatian lebih untuk warga yang tinggal dekat lumpur tersebut. Misalnya, pemberian air bersih gratis. Atau pengobatan gratis. ”Bahkan, kalau bisa, ya dibeli saja tanahnya,” sarannya.