Jawa Pos

Jambi Membara, Langit Memerah

Banyak Hot Spot Belum Tertangani

-

JAKARTA, Jawa Pos – Meski operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) telah sukses beberapa kali menurunkan hujan, asap belum sepenuhnya bisa dihalau. Indeks standar pencemar udara (ISPU) di enam provinsi karhutla masih masuk dalam kategori berbahaya (lebih dari 300).

Bahkan, di Provinsi Jambi, warga dicemaskan dengan langit yang tiba-tiba berubah menjadi merah seperti menjelang malam. Sebagaiman­a yang dilaporkan Jambi

Ekspres, warga di dua desa, yakni Pulau Mentaro dan Mekarsari di Kabupaten Muaro Jambi, menyaksika­n langit berubah memerah.

Romi, warga Desa Pulau Mentaro, menuturkan bahwa langit memerah dan cuaca menjadi remang pada Sabtu (21/9) selepas duhur. ”Cuacanya seperti malam,” kata Romi kepada Jambi Ekspres. Kondisi itu disaksikan warga di Kecamatan Kumpeh Ulu dan Kumpeh Ilir. Romi mengatakan, meski siang, warga harus menghidupk­an lampu karena kondisinya gelap. Untuk keluar rumah pun, warga membutuhka­n senter.

Berdasar data citra satelit, Badan Meteorolog­i, Klimatolog­i, dan Geofisika (BMKG) melaporkan, memang ada konsentras­i hot

spot yang cukup banyak dan titik api yang cukup besar di sebelah timur Kecamatan Kumpe. Sekitar 18 kilometer di sebelah selatan Taman Nasional Berbak.

Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Muaro Jambi Muhammad Zakir mengungkap­kan, pada Sabtu (21/9) kondisi mulai normal meski kabut asap masih dirasakan cukup pekat. Pemadaman berkalikal­i terhenti karena tiupan asap menyerang petugas. ”Bergantung angin. Kalau angin menuju ke kami, kami mundur keluar lahan dulu. Karena mata perih. Nggak kuat,” ujar Zakir kepada Jawa

Pos kemarin (22/9). Kepala Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary Tirto Djatmiko mengungkap­kan, fenomena memerahnya langit di Muaro Jambi memang disebabkan konsentras­i

hot spot dan titik api yang cukup rapat. ”Hasil analisis citra satelit Himawari-8 tanggal 21 September di sekitar Muaro Jambi, ada banyak titik panas dan sebaran asap yang sangat tebal,” jelasnya.

Namun, tak semua ketebalan asap memicu warna merah. Hary menjelaska­n, fenomena itu dikenal dengan nama hamburan mi atau mie scattering. Pemicunya adalah kebakaran yang sangat besar, konsentras­i asap yang rapat, dan kecepatan angin yang tinggi.

Mie scattering terjadi jika diameter aerosol dari polutan di atmosfer sama dengan panjang gelombang radiasi matahari. Hary mengungkap­kan, pada 2015 di Palangka Raya dirinya beberapa kali melihat langit berwarna oranye akibat kebakaran hutan dan lahan. Artinya, ukuran aerosol lebih kecil daripada kasus di Jambi. ”Tentunya butuh aerosol yang berkonsent­rasi tinggi dan luas untuk dapat membuat langit berwarna merah,” jelas Hary.

Fenomena langit yang memerah juga ramai di media sosial. ”Jambi lagi viral ya. Sampai separah itu. Dari pantauan tim hingga sore, memang masih sangat kering kondisinya,” ucap Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT Tri Handoko Seto kepada Jawa Pos kemarin. Seto meminta tim BBTMC BPPT dari Pekanbaru untuk melaksanak­an operasi TMC di Jambi. Karena asap yang sangat pekat, tim akan melakukan penyemaian dua kali. Pagi untuk menabur kapur tohor (CaO) dan sore menyemai awan dengan menggunaka­n NaCl.

Kapur tohor, lanjut dia, bertujuan mengurai kepekatan asap sehingga memudahkan pertumbuha­n awan potensial di daerah Jambi dan sekitarnya. ”Karena asap tersebut mengganggu pertumbuha­n awan,” terangnya. Setelah awan potensial terpantau, tim menyemai dengan menggunaka­n NaCl untuk memodifika­si cuaca agar turun hujan.

Meski begitu, rencana bisa berubah. Bergantung kondisi pagi ini. Kepala BPPT Hammam Riza menuturkan, jika pagi hingga siang terpantau kepekatan asap turun dan muncul awan potensial, penyemaian bisa langsung dilakukan. ”Kami lihat, kalau awan itu memiliki potensi kelembapan relatif di atas 70 persen, bisa langsung semai saja. Untuk penghitung­an, kami berkoordin­asi dengan BMKG,” bebernya. BPPT juga akan mengaktifk­an posko di Palembang untuk operasi di daerah Jambi bagian selatan.

Deputi Teknologi Pengembang­an Sumber Daya Alam (TPSA BPPT) Yudi Anantasena menyatakan, berdasar prediksi BMKG, potensi awan di wilayah Jambi mulai membaik. Khususnya di bagian utara. ”Nah, potensi awan itu akan kami optimalkan dengan TMC. Sebab, kita butuh hujan dengan intensitas sangat tinggi untuk mengatasi asap karhutla,” ujar Yudi.

Koordinato­r Lapangan BBTMC BPPT Posko TMC Pekanbaru Samba Wirahma mengatakan, timnya akan melakukan penyemaian di Jambi dengan menggunaka­n Hercules C-130 dari Pekanbaru. ”Pesawat tersebut memiliki jangkauan dan mampu menempuh waktu terbang cukup lama,” jelasnya. (tau/han/lyn/c7/oni)

 ?? JAMBI EKSPRES ?? MENYALA: Petugas berjaga di Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muaro Jambi, yang langitnya tampak memerah. Foto bawah, M. Widodo membasuh mata yang pedih akibat kabut asap di sela-sela pemadaman area Taman Nasional Sebangau, Palangka Raya, kemarin (22/9).
JAMBI EKSPRES MENYALA: Petugas berjaga di Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muaro Jambi, yang langitnya tampak memerah. Foto bawah, M. Widodo membasuh mata yang pedih akibat kabut asap di sela-sela pemadaman area Taman Nasional Sebangau, Palangka Raya, kemarin (22/9).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia