Tuntut Ciptakan Keadilan, Tak Minta Jokowi Mundur
Unjuk rasa mahasiswa menolak pengesahan revisi UU kontroversial merupakan gerakan moral. Aksi mereka tidak diboncengi kepentingan lain. Berikut wawancara wartawan
Jawa Pos Radar Jogja
Sevtia Eka Novarita dengan Raihan Ibrahim Annas, koordinator umum mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang juga ketua pimpinan cabang IMM AR Fachruddin, Senin (30/9). Apa tanggapan Anda atas tudingan adanya penumpang gelap dalam aksi mahasiswa?
Hal-hal yang berkaitan dengan tunggangmenunggangi dan klaim adanya donor saya pastikan tidak ada pada aksi #GejayanMemanggil. Dari jauh-jauh hari, kami sudah mengonsolidasikan bahwa massa aksi yang ada solid dan paham bahwasannya tidak boleh ada penokohan. Adapun oknumoknum yang merepresentasikan melalui #GejayanMemanggil, itu di luar kendali massa aksi.
Banyak peserta aksi yang kurang memahami tuntutan yang disuarakan, bagaimana tanggapan Anda?
Tidak masalah jika ada massa yang kemudian hanya ikut atau sekadar diajak. Yang terpenting, mereka mau bersolidaritas dan bergabung dengan teman lain yang sadar bahwa Indonesia saat ini tidak baik-baik saja. Sebab, semua orang membutuhkan proses panjang untuk mendidik massa agar sadar bahwa isu yang jadi tuntutan saat ini adalah isu yang krusial.
Mengapa memilih turun ke jalan?
Meskipun ada jalur lain, kami tidak bisa langsung percaya 100 persen. Misalnya, warga Kendeng yang pernah mengambil jalur litigasi dan menuntut pemerintah Jateng untuk menganulir SK dan proyek terkait pabrik semen. Namun, kenyataannya jalur hukum saat ini hanya menjadi macan ompong. Saat ini saya yakin, bukan hukum lagi yang menjadi panglima, melainkan politik. Jalur jalanan diambil massa rakyat maupun mahasiswa sebagai salah satu jalan yang efektif untuk memperjuangkan kepentingan rakyat.
Gerakan moral seperti apa yang bisa mengawal kebijakan pemerintah?
Gerakan moral tentang penyadaran melalui forum diskusi dan platform media yang dimiliki. Meskipun tuntutan ini dipenuhi, mencapai Indonesia yang adil masih harus melalui jalan yang panjang.
Ada beberapa aktivis ’98 yang saat ini pro kekuasaan. Apa tanggapan Anda?
Hal itu adalah salah satu bencana bagi saya dalam dunia aktivisme. Sebab, pada aktivis ’98, dalam tatarannya mereka tidak mampu lagi membendung arus dan pengaruh pragmatis serta politik praktis yang sangat rawan dengan masalah kepentingan. Baik kepentingan parpol maupun pemodal yang kemudian tidak peka dengan kepentingan rakyat. Dan, ini adalah pukulan mundur bagi dunia aktivis. Yang mana dahulu sudah ada yang memperjuangkan reformasi, tapi sebagian di antara mereka menjadi pengkhianat reformasi.
Apa tujuan utama aksi mahasiswa? Apa aksi terkait pelantikan Jokowi?
Kami tidak pernah menuntut Jokowi mundur. Namun, menuntut Jokowi menciptakan keadilan untuk mempunyai visi kerakyatan, kemanusiaan, dan segera menuntaskan pelanggaran HAM masa lalu yang sekarang menjadi beban masa pemerintahan Jokowi dan Ma’ruf Amin.