Jawa Pos

Tantangan Nomor Combined

-

SURABAYA, Jawa Pos – Dua provinsi berbagi emas pada hari terakhir Kejurnas Panjat Tebing Pra PON XX/2020 zona II kemarin (1/10). Rindi Sufriyanto dari Jawa Timur merebut emas nomor combined (kombinasi) perorangan di sektor putra. Sementara itu, emas sektor putri menjadi milik Salsabila asal Jawa Barat.

Bagi Rindi, yang sebenarnya sudah senior, turun di nomor

combined adalah pengalaman baru. Selama ini, climber 28 tahun itu merupakan spesialis speed dan lead. Dia kerap berprestas­i di level nasional maupun internasio­nal untuk dua nomor tersebut. Namun, ketika harus turun di nomor combined, dia tetap mengalami kesulitan.

’’Yang paling susah jelas waktu main di boulder. Selama ini, saya nggak pernah menekuni divisi itu,’’ ungkap Rindi setelah pengalunga­n medali. ’’Waktu diminta bermain di

combined, saya tidak memikirkan hasil sama sekali di awal. Hanya berusaha yang terbaik,’’ lanjutnya.

Selain itu, faktor fisik jadi tantangan tersendiri. Nomor

combined yang merupakan gabungan dari speed, lead, dan

boulder memerlukan waktu

Kontingen

lumayan lama. Di final kemarin saja, para finalis berjuang sejak pukul 08.30 WIB. Lomba baru tuntas pukul 15.30 WIB.

’’Tantangann­ya yang jelas tekanan dari diri sendiri ya. Pagi sampai sore, nggak bisa keluar ke mana-mana. Lelah menunggu juga,’’ ucap Rindi.

Hasil itu sekali lagi harus menjadi catatan PP FPTI, bahwa menciptaka­n climber dengan skill menyeluruh sangat sulit. Bahkan, bintang Asian Games 2018 seperti Aries Susanti Rahayu dan Aspar Jaelolo belum bisa bersinar di nomor kombinasi. Padahal, nomor tersebut bakal dilombakan di Olimpiade Tokyo 2020.

Di sisi lain, Jatim makin kukuh di puncak klasemen. Hingga hari terakhir, tuan rumah mengemas 10 emas, 2 perak, dan 4 perunggu. Ketua Umum

Pengprov FPTI Jatim Danu Iswara menuturkan, hasil itu melebihi target. Sejatinya mereka tak terlalu memusingka­n jumlah medali. Yang penting, kuota penuh bisa diamankan untuk PON XX/2020.

’’Ini di luar ekspektasi kami. Kuota Jatim sepertinya juga full. Ada 15 yang lolos, tujuh putri dan delapan putra,’’ terang Danu. Namun, kesuksesan di Pra-PON tak bisa dijadikan patokan. Sebab, pada cabor panjat tebing, nama climber juga menjadi pertimbang­an.

’’Kalau dia lolos di perorangan dan beregu, namanya yang di beregu bisa diganti,’’ jelas Danu. ’’Karena itu, kami belum bisa melihat peta kekuatan daerah lain secara utuh. Nanti kami lihat bagaimana pelatih mengatur strategi terbaiknya,’’ imbuhnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia