Risma Jadi Warga Kehormatan Busan
BUSAN, Jawa Pos – Hubungan sister city antara Surabaya dan Busan, Korea Selatan (Korsel), yang berusia seperempat abad kian erat. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menerima penghargaan sebagai warga kehormatan Busan. Berdasar laporan wartawan Jawa Pos Juneka Subaihul Mufid dari Busan, Korsel, penghargaan itu diberikan saat perayaan 25 tahun persahabatan dua kota pelabuhan tersebut di rumah dinas Wali Kota Busan Oh Keo-don pada Senin malam (30/9).
RismatampilberbedadenganmengenakanbajuadatKorsel, hanbok. Wali Kota Oh Keo-don memakai baju yang biasa dikenakan cak Suroboyo. Risma bersama kepala organisasi perangkatdaerah(OPD)jugamemainkanangklungsebagai salah satu kejutan untuk Wali Kota Oh Keo-don J
Empat lagu yang dibawakan berjudul Arirang, Surabaya oh Surabaya, Rek Ayo Rek, dan lagu tentang Busan. Wali Kota Oh Keodon sampai ikut menyanyi bersama diiringi tepuk tangan dari hadirin.
Pria itu begitu ramah dan suka melemparkan guyonan ketika memberikan pidato sambutan. Termasuk tentang bajunya yang baru datang pada hari itu. Dia menyatakan bahwa Risma sudah pantas menjadi warga Busan dengan mengenakanhanbok. Oh Keo-don menilai kecintaan Risma pada Busan juga terlihat dari tetap menghadiri perayaan tersebut meski kondisinya tidak sepenuhnya fit. ’’Apalagi, katanya kondisi Ibu Risma kurang bagus, bahkan sampai ke RS. Meski begitu, Ibu Risma ke sini. Terima kasih sekali,’’ ujar Oh Keo-don.
Risma memang sempat dibawa ke RS pada Minggu malam (29/9) karena nyeri pada kakinya yang sudah tidak tertahankan. Pada acara peringatan hubungan Surabaya dan Busan itu, Risma bisa sesekali berdiri dan berjalan meski tidak terlalu lama. Dia harus naik kursi roda.
’’Rumah sakit di sini juga cocok dengan Bu Risma. Jadi, lebih baik Ibu tinggal di Korea saja,’’ canda Oh Keo-don. Mendengar pernyataan tersebut, Risma tertawa lebar. Begitu pula hadirin yang datang. Mayoritas tamu dari Korea adalah pengusaha yang memiliki pabrik atau usaha di Indonesia. Dubes Indonesia untuk Korea Selatan Umar Hadi juga tampak dalam pertemuan tersebut.
Oh Keo-don menceritakan, saat datang ke Surabaya pada Mei lalu, dirinya disambut begitu hangat dan meriah. Dia juga diberi kalung untaian bunga berukuran besar. ’’Sebenarnya saya ingin memberikan bunga yang lebih besar lagi. Tapi, karena kondisi Bu Risma kurang baik, ya sudah segini saja,’’ kata Oh Keo-don. Pernyataan itu juga membuat hadirin tertawa.
Atas semua yang telah dilakukan demihubunganbaikBusan-Surabaya tersebut, Risma diberi penghargaan sebagai warga kehormatan. Penghargaan itu ditandai dengan pemberian semacam plakat. Mereka juga bertukar kenang-kenangan. Dari Surabaya, Risma membawakan seperangkat angklung dan meja kecil. Sementara itu, wali kota Busan menyerahkan lukisan ikon-ikon Kota Busan.
Risma terkesan dengan pidato Oh Keo-don yang dipenuhi candaan. Dia juga mengakui kalah dari wali kota Busan tersebut. ’’Pak Wali Kota ini bisa jadi pelawak kalau di Surabaya. Saya bisanya marahmarah saja,’’ canda Risma.
Risma menuturkan, hubungan dua kota itu akan makin erat. Surabaya belajar banyak dari Busan. Misalnya, terkait dengan nasionalisme. Dulu lagu Indonesia Raya dinyanyikan setiap Senin saja saat upacara. Namun, dari pengalaman guru Surabaya yang berkunjung ke Busan, akhirnya lagu kebangsaan itu dinyanyikan setiap hari sebelum kegiatan belajar-mengajar dimulai.