Jawa Pos

Hampir Ingin Balas Menikam, tapi Ingat Yang Kuasa

Kenangan 17 Agustus 2019 masih menempel di kepala Agus Sumarsono. Petugas Polsek Wonokromo itu dibacok teroris saat berjaga. Tapi, tidak ada kata trauma.

- C. DENNY MAHARDIKA, Jawa Pos

KONDISI pria yang tinggal enam bulan lagi pensiun itu berangsur pulih. Saat ditemui di rumahnya di Bringin Bendo, Taman, Sidoarjo, Agus semringah. Dia mempersila­kan masuk. Tidak ada yang berbeda dari polisi biasanya. Badan tegap dan kumis tebal juga tidak berubah. ”Wes sembuh titik lah, Mas,” katanya.

Dia masih menjalani perawatan rutin di Rumah Sakit Bhayangkar­a H.S. Samsoeri Mertojoso Polda Jatim. Seminggu dua kali, Agus memeriksak­an beberapa bagian tubuhnya. Tangan kiri dan pipi kiri mengalami cedera yang cukup serius. Jari manisnya juga melengkung tak normal.

Ada pula jahitan di antara pergelanga­n tangan kiri. Namun, kata Agus, semua itu sudah tidak terasa sakit lagi. Hanya, perlu kontrol. ”Ini di telapak tangan dikasih pen dua. Tapi, sudah dicopot tanggal 25 September lalu,” terang dia.

Menurut Agus, ada tiga pen yang ditancapka­n di bagian tubuhnya. Sebab, saat teroris menyerang, pria kelahiran Madiun tersebut refleks menangkis. Saat itu, telapak tangan kiri terkena sabetan pisau. ”Refleks waktu itu, pelakunya cepat,” ujarnya sambil menirukan gerakan saat menangkis senjata tajam tersebut.

Padahal, kata Agus, dia sudah mempersila­kan duduk, bahkan melayani pelaku. Eh, lanjut dia, justru penyeranga­n yang terjadi J

”Saya hampir mau ganti menikam, Mas. Untung, saya ingat Yang Kuasa. Saya singkirkan saja pisaunya,” ucap dia.

Menurut pria 57 tahun tersebut, dia sebenarnya emosional. Namun, melihat pelaku sudah terkapar karena dilumpuhka­n dan senjata telah disingkirk­an, dia urung untuk menyerang balik. Namun, ternyata pelaku masih menyimpan senjata. ”Kena kepala saya meski sudah ditahan tangan,” jelasnya. Luka yang sudah dijahit itu pun ditunjukka­n. Juga dua pergelanga­n tangan Agus.

Meski begitu, Agus tetap bersyukur karena masih diberi umur panjang. Selain itu, dia mendapat kenaikan pangkat luar biasa dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Kapolda Irjen Pol Luki Hermawan, dan Kapolresta­bes Surabaya Kombespol Sandi Nugroho. Menurut dia, kenaikan pangkat dari aiptu ke ipda merupakan hal yang membanggak­an. Dia tak sabar untuk kembali bertugas.

Dia juga enggan pindah tugas dari Polsek Wonokromo. Alasannya, jangka waktu untuk pensiun tinggal hitungan bulan. ”Saya mengabdi lama di sana, satuan itu. Jadi, saya memilih tetap meski ada jabatan yang dipilihkan lebih tinggi,” ucap Agus.

Polisi yang telah mengabdi 38 tahun itu mengingat banyak kejadian. Terutama saat momen dokter memvonis jari manisnya harus diamputasi. Waktu itu, dia masih ingat dan sadar. Meski, dokter menjahit luka di kepalanya. ”Saya ndredeg, Mas. Jariku ilang mene,” katanya ketika mengingat kejadian tersebut. Namun, dia tahu risikonya. Memang saat penyeranga­n itu, lukanya cukup parah dengan beberapa luka sabetan.

Beruntung, lanjut Agus, jarinya tidak jadi diamputasi. Dokter memiliki cara lain untuk menyembuhk­an luka itu. Meski demikian, tiga pen harus menyangga jari manis kiri dan lengan kanan.

Selain itu, luka sobek di pipi kiri membuat saraf bibir sedikit mengalami masalah. Meski begitu, dia yakin sarafnya bisa berangsur pulih. Dia tak sabar untuk masuk kembali ke satuannya di Polsek Wonokromo Surabaya. ”Bisa bertemu dengan Kapolsek, Wakapolsek, serta arek-arek personel yang lain,” katanya.

Personel Polsek Wonokromo itu menjadi salah satu korban serangan Imam Musthofa. Dalam penyeranga­n dengan senjata tajam tersebut, dua rekannya yang lain juga melawan.

 ?? HARIYANTO TENG/JAWA POS ?? PANGKAT BARU: Ipda Agus Sumarsono telah sembuh dan siap kembali menjalanka­n tugas per Oktober ini.
HARIYANTO TENG/JAWA POS PANGKAT BARU: Ipda Agus Sumarsono telah sembuh dan siap kembali menjalanka­n tugas per Oktober ini.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia