Pengeroyokan Direkam Pelaku Perempuan
DN Diduga Kabur ke Luar Kota
SURABAYA, Jawa Pos – Jejak DN belum terendus. Buron kasus penyanderaan disertai penganiayaan yang dilakukan bersama gengnya itu masih berkeliaran hingga kemarin (1/10). Dia diduga kabur ke luar kota. ”Indikasinya begitu,” tutur Kanit Jatanras Polrestabes Surabaya Iptu Giadi Nugraha kepada Jawa Pos. Sejauh ini, DN menjadi satu-satunya anggota Geng Kampung Jawara yang belum tertangkap. Dia lebih beruntung daripada sembilan temannya yang ditangkap polisi lantaran menyekap FN, 16.
Giadi menuturkan, tempat tinggal DN sejatinya sudah diketahui. Namun, dia tidak berada di rumah. DN disebutsebut keluarga selama ini memang jarang pulang.
”Ikut gerombolan anak jalanan,” ungkapnya. Giadi mengaku sudah mencoba berbagai cara untuk mengendus jejak DN. Namun, upaya tersebut masih buntu.
Tidak hanya memburu satu buron tersisa. Giadi saat ini juga berfokus untuk mendalami keterangan para pelaku yang sudah tertangkap. Terlebih tujuh pelaku anak yang kini dititipkan di penampungan anak berhadapan dengan hukum di Jalan Balongsari. ”Masih kecil-kecil, tetapi ulahnya sudah seperti gangster,” ujar alumnus Akpol 2012 itu.
Dia memaparkan, salah satu anggota geng tersebut adalah perempuan. ZR, inisial bocah itu, masih 15 tahun. Dia tinggal di Menganti, Gresik. Dekat dengan tempat korban disandera. ”Ironis, ada perempuan yang sampai ikut geng itu,” katanya. ZR, lanjut dia, ikut geng karena merasa nyaman. Dia kerap nongkrong bersama anggota geng yang lain J
Geng Kampung Jawara tidak terorganisasi. Geng itu tidak punya ketua. Tetapi, anggotanya puluhan orang. Mereka tidak berasal dari satu tempat saja. Markasnya tidak jelas.” IPTU GIADI NUGRAHA
Kanit Jatanras Polrestabes Surabaya
”Awal kenal geng ya di jalan,” sambungnya.
Dalam pemeriksaan, kata Giadi, delapan pelaku pria yang sudah tertangkap terbukti menganiaya korban. Ada yang memukul. Ada yang menendang. ”Yang perempuan tidak ikut mengeroyok,” sebutnya. Giadi mengatakan, ZR adalah orang yang merekam aksi penganiayaan itu. Video tersebut selanjutnya disebar ke grup media sosial (medsos) gengnya.
Menurut perwira dengan dua balok di pundak tersebut, Geng Kampung Jawara tidak terorganisasi. Geng itu tidak punya ketua. Tetapi, anggotanya puluhan orang. Mereka tidak berasal dari satu tempat saja. ”Daerah tempat tinggalnya itu berpencar,” terangnya. Bukan hanya dari Surabaya. Geng itu juga beranggota pemuda
ndablek dari Gresik. ”Markasnya tidak jelas,” katanya.
Geng tersebut, lanjut dia, muncul karena kebiasaan kumpul beberapa anggotanya. Mayoritas tinggal di Banyu Urip. Mereka biasanya
ngamen bareng. ”Anggota geng lama-lama bertambah,” paparnya. ”Koordinasinya lewat grup di
Facebook,” sebutnya.
Giadi menerangkan, kelompok itu punya lawan. Namanya Geng All Star. Mayoritas anggota geng itu tinggal di Surabaya Utara. Sama dengan Kampung Jawara, All Star berisi pemuda yang sebagian besar putus sekolah. ”Faktor pemicu perselisihan geng itu hanya ledekledekan di media sosial. Akhirnya janjian tawuran,” paparnya.
Jika ditarik benang merah, kata Giadi, simpul permasalahannya adalaheksistensi.Duagengitusamasama ingin terlihat di masyarakat. ”Mau namanya ditakuti,” ujarnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, polisi menyelamatkan bocah yang disandera sebuah geng. Yakni, NF, korban yang disekap dan dianiaya sejumlah orang. Insiden yang dialaminya berawal pada Jumat malam (20/9). NF mendatangi tempat nongkrong Geng Kampung Jawara di Krembangan Bakti. Dia menduga handphonenya yang hilang dibawa salah satu anggota geng itu. Bukannya mendapat handphone. NF justru babak belur dikeroyok.
Dia tidak menyangka saat itu yang nongkrong belasan anggota Geng Kampung Jawara. Diketahui, aksi penganiayaan tersebut tidak hanya terjadi karena salah paham masalah handphone. Namun, pengeroyokan itu juga disebabkan NF merupakan anggota Geng All Star. Geng itu selama ini kerap berselisih paham dengan Kampung Jawara.
NF tidak hanya dihajar di satu lokasi. Tetapi, di tiga tempat sekaligus. Setelah dihajar di tempat pertama, NF dibawa para pelaku ke Simogunung, Banyu Urip.
NF selanjutnya disekap karena masih hidup. Dia sesekali kembali dipukuli. Kasus itu terbongkar berkat rekaman penganiayaan yang tersebar di medsos.