Terampil Membatik dengan Canting Tradisional
SURABAYA, Jawa Pos – Peringatan Hari Batik Nasional sangat terasa di Universitas Dinamika (Undika) kemarin (2/10). Para mahasiswa dan staf bersama-sama membatik dengan menggunakan canting di Ruang Expo. Selain membatik, mereka belajar sejarah batik.
Mahasiswa Program Studi (Prodi) Desain Produk Undika Nabila Ali mengatakan, kegiatan membatik dengan cara tradisional memiliki keunikan. Mencanting benar-benar melatih kesabaran. ’’Susah sih, tapi seru,’’ katanya.
Nabila menyatakan sudah beberapa kali belajar mencanting. Terlebih, terdapat mata kuliah desain produk Nusantara di prodinya. Di dalamnya juga mempelajari batik. ’’Kami diajari membuat motif batik, mencanting, hingga mendesain sebagai produk fashion,’’ katanya.
Para peserta kemarin tidak hanya berasal dari internal kampus. Tetapi juga masyarakat umum yang ingin belajar membatik. Sebelumnya, para peserta harus menggambar motif yang disiapkan di atas kertas. Kemudian, dipindah ke kertas kalkir, lantas ke kain. ’’Setelah itu baru dicanting,’’ kata Nabila.
Wakil Dekan Fakultas Teknologi dan Informatika Undika Karsam mengatakan, kegiatan belajar membatik dengan menggunakan canting tersebut merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Batik Nasional. Tidak sekadar membatik, peserta juga diajarkan tentang filosofi membatik. ’’Membatik itu pekerjaan yang rumit. Tidak semua mengerti cara membatik yang baik,’’ ungkapnya.
Pria yang juga dikenal sebagai doktor batik itu menuturkan, para peserta dikenalkan alat-alat yang kerap digunakan dalam membatik. Mulai canting, kain untuk membatik, malam, sampai kompor. ’’Kami juga mengajarkan cara memilih alat-alat membatik yang tepat agar menghasilkan produk yang berkualitas,’’ jelasnya.
Alat canting, lanjut dia, lebih baik menggunakan canting tradisional daripada listrik. Canting yang digunakan juga khusus sehingga malam yang dipakai tidak tembus ke kain.
Hari Batik Nasional juga diperingati di Kedung Asem. Sekumpulan warga lanjut usia (lansia) Kedung Asem berkumpul di rumah seorang warga. Mereka mengadakan praktik membuat batik tulis khas kampung Buah Naga Kedung Asem (Bunakem).
Sri Hartatik, 72, penggagas pelatihan batik Bunakem, mengatakan bahwa batik yang dibuat memiliki motif khas Suroboyo. Terutama tanaman buah naga yang merupakan ciri khas kampung itu.
Dia mengatakan, hari batik harus dijadikan momen untuk melestarikan batik lokal. ’’Ini kan kreasi warga Surabaya. Produksi batik lokal perlu ditingkatkan selain pemasarannya,’’ paparnya.
SURABAYA, Jawa Pos – Banyak fasilitas pendukung di Middle East Ring Road (MERR) II-C seksi Gunung Anyar yang belum rampung. Meski badan jalan dianggap sudah selesai, masih butuh banyak kelengkapan untuk membuat nyaman pemakai jalan. Dinas kebersihan dan ruang terbuka hijau (DKRTH) juga berencana membangun tetenger untuk gerbang baru Surabaya tersebut.
Pengaspalan jalan tampak sudah rampung kemarin (2/10). Hanya terlihat pekerja yang menuntaskan pembuatan guardrail jalan. Dalam waktu dekat, jalan selebar 42 meter tersebut bisa dilalui.
Kasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) DKRTH Surabaya Rochim Yuliadi menyatakan, saat ini pembangunan ikon tersebut tengah dibahas. Selain memperindah jalan lingkar dalam itu, pembangunan tersebut jadi tetenger masuk kawasan kota. Alternatif lanskap yang akan terealisasi bergantung kesepakatan. ’’Bisa jadi air mancur atau yang lain. Desainnya masih dalam proses,’’ katanya.
Selain itu, upaya penghijauan terus dilakukan. Salah satunya penanaman pohon di sepanjang jalur pedestrian. Nanti model jalur pejalan kaki yang dibangun dilengkapi taman.
Rochim mengatakan, selain tanaman untuk jalur pedestrian dan median jalan, pohon peneduh ditanam di sepanjang jalur itu. Sebagian besar sudah selesai ditanam. ’’Jenisnya banyak yang kami tanam,’’ paparnya.
Namun, kondisi trotoar di jalur MERR II-C kini mendapat banyak keluhan dari warga. Dari total 1,6 kilometer jalan yang dibangun, baru 200 meter yang sudah terdapat sarana pejalan kaki. Itu pun dikerjakan salah satu pengembang di kawasan tersebut.
Sementara itu, jalur pedestrian dibangun di atas box culvert. Sayangnya, saluran tersebut menyisakan banyak lubang ukuran 40 x 40 sentimeter yang tidak tertutup. Rawan mengakibatkan kecelakaan.
M. Ikhsan, salah seorang warga, khawatir ketika banyak anak yang bermain di sekitar lubang itu. Selain lebar, lubangnya cukup dalam, sekitar 2 meter. ’’Kalau ada yang bermain, sering saya usir. Kalau njlungup kan ya susah,’’ ucapnya.
Terlebih, musim hujan sebentar lagi tiba. Dengan diameter sebesar itu, dia khawatir arusnya deras. ’’Kalau bisa, ditutup dulu dengan papan atau dipasang garis kuning. Sambil menunggu pembangunan jalur pedestrian,’’ jelasnya.
Karena itu, pihak kelurahan juga rutin berpatroli di sekitar area tersebut. ’’Tiap hari kami keliling antisipasi saja agar tidak beraktivitas di sekitar lubang-lubang itu,’’ ujar Kasi Trantibum Kelurahan Gunung Anyar Imam Nur Hidayat.
Memang, MERR diprediksi mampu memecah kepadatan jalur masuk di tengah kota. Saat jalur sisi timur dioperasikan, pengaruhnya sangat terlihat. Dari survei yang dilakukan dinas perhubungan, volume kendaraan yang menuju ke luar kota melalui Jalan Ahmad Yani berkurang saat sore. Dari 5.671 kendaraan per jam menjadi 5.124 kendaraan.
Soal kapan akses itu dibuka penuh, Kepala Dishub Irvan Wahyudrajad belum bisa memastikannya. Menurut dia, akan ada pembahasan bersama dengan dinas pekerjaan umum bina marga dan pematusan (DPUBMP). Mulai fisik hingga perlengkapan lain. ’’Pembahasan juga melibatkan kepolisian, kecamatan, dan instansi terkait lain,’’ paparnya.