Jawa Pos

Wajib Tampil dengan Dua Boneka

Ta’butaan, Kesenian untuk Peringati Panen Raya di Jember Banyak cara di daerah untuk merayakan panen raya. Di Jember, ada kesenian yang berbeda dan mempunyai makna dari kegiatan yang dilakukan.

- Pasca Penembakan Pencuri Kayu

JARANAN, can-macanan kadduk, reog, dan janger merupakan beberapa kesenian di Jember. Namun, ada juga kesenian dan bahkan disebut sebagai kesenian tertua, yakni Ta’butaan.

Sayang, kesenian boneka raksasa dengan tinggi sekitar 1,5 meter itu belum dikenal banyak warga Jember. Masih banyak warga yang mengira bahwa dua boneka raksasa yang terbuat dari bambu tersebut adalah ondel-ondel ala Jember. Namun, itu bukan ondel-ondel seperti di Jakarta.

Padahal, Ta’butaan merupakan kesenian asli Jember, khususnya di daerah Jember Utara, mulai Kecamatan Jelbuk, Arjasa, Pakusari, hingga Patrang. Lebih pusatnya berada di Desa Kamal, Kecamatan Arjasa.

Di sana ada beberapa kelompok sanggar yang memainkan Ta’butaan. Ceritanya, Ta’butaan sudah menjadi seni turun-temurun warga Desa Kamal. Kesenian tersebut dibuat untuk memperinga­ti resik desa setahun sekali. Tepatnya setiap panen raya kedua.

Ta’butaan dipercaya warga untuk mendapatka­n panen yang melimpah serta sebagai ritual tolak balah. Dulu Desa Kamal memasuki masa krisis bahan pokok. Ada yang menyebutka­n peristiwa itu terjadi selama enam tahun pada 1970-an. Masa itu dinamakan Laep Panjang.

Boneka raksasa tersebut dibuat salah seorang warga untuk ritual melimpahny­a hasil bumi. Setelah ritual itu sukses, budaya kesenian tarian Ta’butaan tersebut diarak keliling desa dan hingga sekarang menjadi tradisi kesenian rutin.

Seiring berkembang­nya zaman, Ta’butaan kini tak hanya ditampilka­n di acara resik desa. Namun, Ta’ butaan mulai ditampilka­n di hajatan, khitanan, kawinan, hingga event besar lain. Nama Ta’butaan berasal dari bahasa Madura. Dalam segi tampilan, boneka raksasa tersebut memiliki filosofi tersendiri. Pertama, muka Ta’butaan yang agak seram mempunyai alasan agar kita sebagai manusia takut kepada Sang Pencipta.

”Gigi yang bertaring juga menandakan seperti mimik wajah yang geram. Ini mengingatk­an manusia agar bisa mengendali­kan nafsu. Kalau tidak, ya bisa rosak (rusak),” ucap Akhmad Ismanto, ketua Sanggar Duplang Nusantara di Arjasa.

Yang kedua, ungkap dia, dua tangan boneka raksasa tersebut diikat di pinggang. Kalau orang Jawa bilang malang kerik. Bukan menandakan sombong. ”Namun, menandakan nafsu harus diikat,” imbuhnya.

Selain filosofi di Ta’butaan, makna lainnya juga tersaji di setiap penampilan­nya. Ta’butaan wajib tampil dengan dua boneka pria dan wanita.

”Jadi, tidak hanya sekadar joget. Tampil berpasanga­n itu menandakan sejak zaman dulu kita hidup ini diciptakan pasangan, harus seimbang,” papar pria 53 tahun tersebut.

Kesenian itu juga diiringi irama musik. Tak sembaranga­n, alunan musik rudat bernuansa islami mengiringi Ta’butaan. Jika alunan musik menyala, Ta’butaan berdiri dan menari. Alatalat musik seperti gendang, kenong, gong, garpu tala, dan bas jidur mengiri tarian Ta’butaan.

Para pemain musik yang mengiringi Ta’butaan beraksi di belakang. Mereka begitu energik memainkan alat musik. Ya, rata-rata adalah pemuda.

”Ini seni budaya asli Jember. Saya harap nanti pemerintah bisa membuatkan festival khusus Ta’butaan. Sebab, tradisi ini tak sekadar seni, tapi mengandung sejarah panjang dan filosofi yang harus diterapkan masyarakat,” tegasnya.

Ismanto berharap Ta’butaan tak hanya dikenal di Arjasa dan sekitarnya. Masyarakat Jember sudah harus mengetahui Ta’butaan, bahkan hingga nasional. ”Ini budaya Arjasa. Karena kalau kesenian ada sejarahnya pasti disenangi masyarakat,” tuturnya.

JEMBER, Jawa Pos – Kantor dan pos Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) masih dijaga ketat. Selain anggota Polsek Tempurejo, Jember, mereka dibantu unsur TNI dan Satuan Sabhara Polres Jember. Sebab, hingga kemarin, situasinya belum kondusif dan berpotensi terjadi aksi susulan.

”Seluruh aset yang ada, khususnya di pos TNMB Wonoasri dan Andongrejo, sudah diamankan semua,” kata Kapolsek Tempurejo AKP Suhartanto kemarin (5/10).

Penjagaan aset milik TNMB tersebut, ujar dia, dilakukan sampai tidak ada gejolak lagi di masyarakat. Di sisi lain, aparat melakukan upaya persuasif dengan mendekati warga, termasuk keluarga korban penembakan.

Dia meminta masyarakat untuk tenang dan percaya ke aparat. Sebab, kasus meninggaln­ya korban akibat tertembak petugas TNMB itu sudah ditangani penyidik Polres Jember.

Serangkaia­n insiden menyertai peristiwa penembakan yang menewaskan Aries Samba, warga Dusun Krajan 1, Desa Andongrejo, Tempurejo. Sebelum terduga pelaku pencurian kayu itu tertembus timah petugas TNMB Kamis (3/10), sekelompok massa menyerang pos penjagaan TNMB dan membakar pos di Desa Andongrejo, Kecamatan Tempurejo.

Pembakaran itu ditengarai merupakan aksi balasan dari sekelompok orang yang tak terima atas sikap aparat yang melakukan sweeping kayu hasil pembalakan liar di kawasan TNMB. Kayu-kayu berbagai jenis itu disita tim operasi gabungan dalam penggerebe­kan yang dilakukan sehari sebelumnya di kawasan TNMB Resor Andongrejo, Dusun Krajan II, Desa Andongrejo, Kecamatan Tempurejo.

Untung, saat pos TNMB dibakar orang tak dikenal, petugas yang sedang piket mengetahui. Saat itu dua petugas yang tak disebutkan namanya itu sedang tidur.

Mereka dikejutkan dengan suara api yang seperti menyulut bahan bakar. Ketika itu juga, petugas menyelamat­kan diri dan mengamanka­n sejumlah barang karena api mulai membakar bagian ruang tamu.

Melihat api terus merembet dan membakar bagian pintu, keduanya keluar melalui jalur belakang. Di saat bersamaan, mereka berteriak meminta bantuan warga di sekitar pos. Untung, api bisa dipadamkan warga sehingga hanya pintu dan sekring yang habis

terbakar. ”Kalau misalnya dua petugas yang malam itu piket tak mendengar, mungkin saja pos ini sudah habis terbakar,” ujar Suhartanto.

Menurut dia, sebelum menjalanka­n aksinya, pelaku menyiramka­n bensin di sela-sela pintu bagian bawah. Setelah bahan bakar itu mengalir, pelaku kemudian menyulut keset menggunaka­n korek api.

”Begitu mendengar suara blep, petugas TNMB yang sedang tidur terbangun. Saat itu juga mereka melihat api sudah membakar bagian ruang depan,” ujarnya.

Pascaperis­tiwapembak­aranterseb­ut,petugas TNMB yang melakukan patroli memergoki tigaorangm­embawakayu­hutanyangd­itengarai hasil pembalakan liar. Mereka kemudian menghadang para pelaku.

Dua di antaranya melarikan diri. Satu pelaku, Aries Samba, melawan. Pemuda 37 tahun tersebut tewas karena tertembus timah panas petugas TNMB.

Rupanya, insiden itu menambah panjang masalah. Sekelompok massa yang tak terima menggalang kekuatan dengan mengumpulk­an orang, sedikitnya ada tiga truk. Bahkan, pada satu truk pengangkut massa tersebut ditemukan tumpukan batu.

Diduga, batu-batu itu akan dibawa massa untuk menyerbu Kantor Wilayah II TNMB Ambulu, Kecamatan Tempurejo. Penembakan itu juga membuat konflik antara kelompok massa dan petugas kian memanas.

Untung, polisi dapat menggagalk­an aksi tersebut. Kendati demikian, hingga kemarin polisi masih menjaga ketat empat pos TNMB dan sejumlah lokasi yang dinilai rawan. Masing-masing adalah Pos Andongrejo, Pos Wonoasri, Pos Sanenrejo, dan Pos Bandealit. Penjagaan tersebut dilakukan untuk mengantisi­pasi terjadinya aksi susulan dari kelompok warga yang tak terima.

”Barang-barang di dalam pos tersebut telah diamankan. Para petugas sudah membawa seluruh perlengkap­an kantor seperti komputer maupun arsip lainnya,” ujar Suhartanto.

 ??  ??
 ?? DWI SISWANTO/JAWA POS RADAR JEMBER ?? KESENIAN TUA DI JEMBER: Warga saat menyaksika­n pentas Ta’butaan yang mempunyai tinggi 1,5 meter. Kesenian itu sudah menjadi kesenian turun-temurun.
DWI SISWANTO/JAWA POS RADAR JEMBER KESENIAN TUA DI JEMBER: Warga saat menyaksika­n pentas Ta’butaan yang mempunyai tinggi 1,5 meter. Kesenian itu sudah menjadi kesenian turun-temurun.
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia