Bicarakan Indonesia via Beragam Media
SURABAYA, Jawa Pos – Deretan foto yang berisi lokasi wisata di Indonesia dan kekayaan budaya daerah menyambut pengunjung pameran Nuswantara yang dibuka kemarin (5/10). Foto-foto tersebut merupakan hasil karya fotografer Jawa Pos Group (JPG). Bersama House of Sampoerna, media Jawa Pos turut mengajak pengunjung untuk mengenal lebih jauh kekayaan yang dimiliki Indonesia melalui momen yang tertangkap kamera.
Koordinator Fotografer Jawa Pos Group Becky Subechi menyatakan, 60 foto yang dipajang mewakili cakupan wawasan Nusantara bidang poleksosbudhankam (politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan).
Foto dari fotografer JPG bukan satu-satunya pengisi pameran. Saat memasuki ruangan pertama di The Residence, House of Sampoerna, pengunjung akan melihat miniatur pulau-pulau di Indonesia. Setiap pulau dilengkapi miniatur lokasi terkenal atau hasil alam khas daerah tersebut. Semua dibuat dari kardus oleh komunitas Dus Duk Duk.
Pameran yang dihelat untuk merayakan Hari Museum Indonesia itu berlangsung hingga 24 November. Tema yang diangkat mencakup aspek sejarah budaya, hasil alam, hingga keberagaman manusianya yang berkaitan dengan Indonesia sebagai negara kepulauan. Total ada 150 koleksi yang ditampilkan untuk mengelaborasikan sejarah Nusantara.
Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMIDA) Jatim Dwi Cahyono mengatakan, dirinya ingin pameran kali ini menghadirkan suasana yang tidak membosankan. ’’Masalah utama museum sekarang ada di packaging. Bagaimana agar tidak bosan lihat pajangan artefak saja,’’ ucapnya. Karena itu, dalam pameran yang membicarakan kekayaan Indonesia tersebut, beragam media digunakan.
Ada artefak, arsip sejarah, kain-kain batik, parade foto, dan karya seni instalasi yang disumbangkan sesama museum dari Asosiasi Museum Indonesia (AMIDA) Jatim, kantor arsip, media, serta seniman. ’’Kami berusaha menggandeng banyak pihak karena Hari Museum Indonesia harus dirayakan semuanya,’’ tutur Manager House of Sampoerna Rani Anggraini.
Pameran tersebut juga terselenggara berkat sumbangan koleksi dari Museum Mpu Tantular, Museum Kambang Putih Tuban, Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian FISIP Universitas Airlangga, Museum Panji Malang, serta Balai Pelestarian Cagar Budaya Jatim.