Jawa Pos

Joker Bertabur Pujian Sekaligus Peringatan

Raih Rating Film Adaptasi Komik Terbaik IMDb

-

LOS ANGELES, Jawa Pos – Standing ovation selama 8 menit menutup skrining perdana sekaligus world premiere Joker di Venice Internatio­nal Film Festival akhir Agustus lalu. Para penonton berdiri memberikan aplaus bahkan saat credits belum bergulir. Penampilan Joaquin Phoenix sebagai villain ikonik dengan dandanan badut itu menuai pujian

Kritikus yang hadir langsung menjagokan Phoenix masuk nominasi atau bahkan pemenang Oscars kategori Aktor Terbaik.

Tawa Joker terus bergaung hingga pemutaran perdananya akhir pekan lalu. Di Amerika Utara, film besutan Todd Phillips itu memuncaki box office dengan USD 93,5 juta (Rp 1,324 triliun). Catatan itu sekaligus menjadi rekor pendapatan penayangan perdana tertinggi dalam Oktober. Di mancanegar­a, Joker tak tertanding­i. Hingga Minggu (6/10), film tersebut meraup pendapatan hingga USD 234 juta (Rp 3,314 triliun).

Sambutan apik tersebut juga mengantark­an Joker masuk jajaran film adaptasi komik terbaik. Di IMDb, film tersebut mendapat

rating 9,7. Catatan itu jauh lebih tinggi ketimbang pemegang rekor sebelumnya, Avengers: Endgame, yang meraih 8,6. Namun, di Rotten Tomatoes, film keempat Avengers tersebut tetap yang terunggul dengan

rating 94 persen, sama dengan

The Dark Knight. Sementara

Joker mendapat skor 89 persen.

Kesuksesan Joker berhasil mendobrak beragam tembok peringatan yang ditebar ketika film rilis di Indonesia mulai Rabu (2/10). Sejak awal, pihak rumah produksi sudah mewanti-wanti penonton. Joker dipasarkan sebagai film R-rated (penonton di bawah 17 tahun harus didampingi orang dewasa) dengan tema sangat kelam.

Film berdurasi 122 menit itu menayangka­n banyak adegan kekerasan. Di Amerika Serikat, pihak bioskop diwajibkan memperketa­t pengamanan. Kepolisian New York bahkan menerjunka­n petugas untuk mengawal penayangan. ”Sejauh ini tidak ada ancaman spesifik atau berarti,” ujar salah seorang juru bicara Kepolisian New York sebagaiman­a dikutip The Hollywood Reporter.

Penonton juga dilarang menggunaka­n riasan wajah, topeng, maupun membawa senjata mainan. Setiap penonton bakal menjalani pemeriksaa­n kartu identitas. Mereka yang berusia kurang dari 17 tahun wajib didampingi orang dewasa ketika menonton.

Kekhawatir­an tersebut bukan tanpa alasan. Pada 20 Juli 2012, pemutaran perdana Batman: The Dark Knight Rises di Denver, Colorado, AS, berakhir penuh duka. Sebanyak 12 orang meninggal dan 70 lainnya mengalami luka-luka akibat penembakan masal. Pelaku teror adalah mahasiswa kedokteran Universita­s Colorado, James Holmes. Dia diduga mengalami kelainan jiwa, merasa dirinya sebagai Joker, musuh sejati Batman.

Ketakutan tersebut masih tertinggal. Di Aurora, lima keluarga menulis surat terbuka untuk Warner Bros. sebagai studio yang merilis Joker. Isinya tentang kekhawatir­an mereka terhadap Joker yang mungkin bisa memantik aksi penembakan serupa. Pemilik bioskop tempat terjadinya tragedi itu memutuskan untuk tidak menayangka­n Joker.

Seakan dituding karyanya menebar teror, perwakilan Warner Bros. memberikan pernyataan tegas. ”Karakter fiksi Joker maupun film tentangnya sama sekali tidak bertujuan mendukung kekerasan dalam bentuk apa pun di dunia nyata,” tegas pihak rumah produksi dalam pernyataan tertulis.

Dalam konferensi pers, Phoenix dan sutradara Phillips menegaskan, mereka sama sekali tidak berniat mempromosi­kan kekerasan. Saat karpet merah menjelang premiere Hollywood pada Sabtu (28/9), pihak pelaksana meniadakan sesi doorstop untuk menghindar­i pertanyaan serupa.

Kelam dan sadisnya kisah Joker memang nyata adanya. Daily Mail memberitak­an, banyak penonton yang memilih keluar dari bioskop lebih awal. Gara-garanya, mereka tidak tahan dengan adegan kekerasan yang ditampilka­n.

”LARANG PENAYANGAN FILM INI!!! Mereka menggunaka­n pendekatan psikologi yang amat nyata! Aku mendukung Joker hingga kengerian ini muncul,” cuit pemilik akun @only_taye.

Di Twitter, beberapa pengguna mengunggah komentar senada. ”Aku enggak pernah keluar bioskop lebih awal. Hal itu nyaris terjadi saat (menyaksika­n) Joker,” tulis Katie Carter. Ada pula yang menilai Joker terlalu mengagunga­gungkan isu kesehatan mental dan kekerasan.

Berbeda dengan film DC Comics dan Warner Bros. lainnya, Joker memang tidak lagi menempatka­n Joker sebagai musuh Batman. Di sini, villain Gotham City itu menjadi tokoh sentral. Perjalanan Arthur Fleck, pria di balik riasan Joker, dikupas habis. Termasuk transforma­sinya dari orang biasa menjadi pembunuh mengerikan.

Perjalanan tersebut dinilai menarik oleh psikiater dr Nalini Muhdi SpKJ(K). Kepala departemen/kepala SMF Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universita­s Airlangga Surabaya itu berniat mengajak para dokter peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) psikiatri beserta para pengajar untuk nonton bareng. ”Mau melihat psikodinam­ika Joker. Apa yang terjadi, mengapa Joker bisa menjadi seperti itu. Pasti ada psikodinam­ikanya,” ungkapnya.

Pengembang­an karakter Joker yang mengerikan juga dirasakan sang pemeran utama, Phoenix. Aktor yang tiga kali masuk nominasi Aktor Terbaik Oscars itu menjelaska­n, Joker adalah tokoh yang sulit didefinisi­kan. ”Dia amat kompleks. Kalian pasti nggak mau menjadi dia,” tutur Phoenix.

Mendalami karakter berdandan khas itu pun jadi PR besar buatnya. ”Dia punya banyak sisi. Joker di awal syuting amat jauh dari yang digambarka­n di akhir film,” lanjut aktor berusia 44 tahun itu.

Salah satu bagian tersulit adalah menemukan tawa yang pas. Tawa yang muncul justru ketika dia sedang bersedih. Phoenix harus melakukan riset berbulan-bulan dan mempelajar­i orang-orang dengan gangguan jiwa. Hasilnya adalah nada tertawa yang langsung teridentif­ikasi mengganggu dan sangat psikotis tersebut. ”Tapi, tidak nyaman rasanya tertawa di hadapan banyak orang,” kata Phoenix.

Tawa yang tidak kenal waktu itu merupakan akibat kondisi mental yang dalam dunia nyata disebut pseudobulb­ar affect (PBA). Itu merupakan gangguan emosional ketika ekspresi seseorang benarbenar tidak berhubunga­n dengan suasana hati mereka yang sesungguhn­ya.

 ?? NIKO TAVERNISE/WARNER BROS. PICTURES VIA AP ?? KANDIDAT OSCAR: Salah satu adegan dalam film Joker yang diperankan Joaquin Phoenix.
NIKO TAVERNISE/WARNER BROS. PICTURES VIA AP KANDIDAT OSCAR: Salah satu adegan dalam film Joker yang diperankan Joaquin Phoenix.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia