Jawa Pos

Terkendala Budaya dan Kurang Sosialisas­i

- SITI AISYAH, Jawa Pos

Rabu (2/10) Perdana Menteri India Narendra Modi mendeklara­sikan India bebas dari BAB di tempat terbuka. Namun, kenyataann­ya, masih banyak penduduk yang melakukan kebiasaan lama tersebut.

VIVEK Pankaj nyaris putus asa. Dia ingin kembali serumah dengan istrinya, Jyoti, tapi tak bisa. Perempuan yang dinikahiny­a 6 Mei lalu itu melarikan diri tiga hari setelah pernikahan. Jyoti tak tahan tinggal di rumah mertuanya. Bukan karena ibu mertuanya cerewet, tapi karena tidak ada toilet.

Pankaj tinggal di Desa Gyanendra Ka Pura, Mehgaon, Distrik Bhind, Madhya Pradesh, India. Selama lima bulan ini, dia sudah tujuh kali berusaha menjemput Jyoti yang tinggal di Kota Phoop agar mau kembali ke rumah Pankaj. Sayang, semua usahanya selalu diwarnai kegagalan.

”Setiap kali saya mengunjung­inya, dia tetap memberikan syarat agar membangun toilet lebih dulu,” ujar Pankaj seperti dikutip New Indian Express Minggu (6/10).

Kisah Pankaj dan Jyoti itu mirip film Toilet : Ek Prem Katha yang rilis 2017. Film yang dibintangi Akshay Kumar dan Bhumi Pednekar itu mengisahka­n perempuan baru menikah yang meninggalk­an rumah suaminya karena tak ada toilet di sana. Cerita dalam film tersebut didasari kisah nyata yang dialami Anita Bai Narre di Distrik Betul, Madhya Pradesh.

Film tersebut sempat dilabeli sebagai alat politik untuk mendukung kampanye Swachh Bharat alias India Bersih yang digulirkan Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi pada 2014. Dalam kampanye itu, Modi menargetka­n India bebas dari buang air besar (BAB) di tempat terbuka pada 2019. Nah, saat perayaan ulang tahun ke-150 Mahatma Gandhi Rabu (2/10), Modi berkata bahwa target itu tercapai. Sebanyak 110 juta toilet telah dibangun. Sayang, rumah Pankaj sepertinya tidak kebagian.

Pankaj ingin sekali membangun toilet agar istrinya pulang. Apa daya dia tak punya uang. Dia penganggur. Warga berkasta dalit itu pernah mengajukan bantuan ke pemerintah. Namun, dia diminta membangun toilet lebih dulu baru mengajukan klaim pembanguna­n.

Rumah-rumah lama di India memang tak memiliki toilet. Mereka berpikir bahwa toilet adalah hal jorok sehingga tidak boleh dibangun di dalam rumah. Baru belakangan ini penduduk punya kesadaran untuk memiliki toilet dan tidak buang air di luar ruangan. Terlebih, pup di luar ruangan bagi perempuan juga bahaya. Mereka rawan diperkosa.

”Sebelum ada toilet, jangan meminta saya balik,” tegas Jyoti. Dia sudah trauma. Selama tiga hari tinggal di rumah suaminya, dia harus BAB di tempat terbuka dekat jalan tol. Jyoti memutuskan pulang setelah hampir terlindas truk.

Deklarasi India bebas dari berak di luar ruangan hanya seremonial. Sebab, masih ada penduduk yang melakukann­ya meski tak sebanyak dulu. Pemerintah fokus membangun toilet, tapi tidak berupaya untuk mengedukas­i penduduk. Padahal, buang hajat di luar ruangan sudah menjadi budaya.

Warga juga tak diberi tahu bagaimana cara merawat toilet yang sudah ada, termasuk tempat pembuangan­nya alias septic tank. Jika sudah penuh, ditinggal begitu saja. Dari 7.935 kota di India, hanya 162 yang punya pengolahan limbah. Mereka juga sulit melepas kebiasaan lama. Yakni, yang harus membersihk­an tinja adalah kasta dalit. Kasta di atasnya tak mau. Kadang hanya menyiram bekas BAB-nya sendiri juga ogah.

Sebagian lainnya sama dengan Pankaj. Mereka belum mendapatka­n jatah toilet. Karena itu, masih banyak penduduk yang BAB di rel-rel kereta api, dekat jalan raya, pinggir hutan, atau semaksemak. Dilansir CNN, mereka yang berhajat di luar ruangan itu bukannya orang kurang mampu. Sebab, rata-rata memiliki telepon genggam, televisi kabel, dan berpendidi­kan.

 ?? HAMZA MOHAMED/AL JAZEERA ?? SULIT BERSIH: Seorang warga Chennai, India, antre di depan toilet umum.
HAMZA MOHAMED/AL JAZEERA SULIT BERSIH: Seorang warga Chennai, India, antre di depan toilet umum.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia