Andalkan Kecerdasan Buatan, Garap Kesehatan hingga Pertahanan
Beragam teknologi terkini dipajang dalam Taiwan Innotech Expo (TIE) 2019 di Taipei World Trade Center Hall 1 akhir September lalu. Wartawan
Jawa Pos
Retno Dyah meliput langsung yang menonjolkan (AI) tersebut.
event artificial intelligence
PADA masa mendatang, makin banyak industri yang mengadopsi kecerdasan buatan (AI). Misalnya, dua proyek Industrial Technology Research Institute (ITRI) Taiwan yang dipajang dalam TIE. Institusi nonprofit yang mewadahi riset dan perkembangan teknologi itu mengembangkan aplikasi AI baru di bidang kesehatan dan pertahanan.
’’Bisa digunakan mendiagnosis diabetic retinopathy dan mobile video system untuk penegakan hukum melalui penangkapan karakteristik wajah di area keramaian,’’ jelas Project Manager OfficeofMarketingCommunication ITRI Chloe Chen.
Presiden ITRI Edwin Liu menyatakan, perkembangan AI memang menjadi salah satu perhatian penting. Pada setahun terakhir, salah satu strategi ITRI adalah membangun kerja sama dengan lebih dari 50 perusahaan dalam bidang cip AI. Banyak pebisnis asal Taiwan yanag akhirnya memilih kembali ke negaranya untuk berinvestasi terkait dengan prospek AI.
Dalam pameran tersebut, pengunjung bisa menikmati hingga 1.000 teknologi baru yang sudah dipatenkan. Teknologi itu dibagi dalam tiga tema besar. Yakni,
future technology, innovation invention, dan sustainability. Setidaknya ada 580 exhibitor yang membuat TIE menjadi pameran dagang terbesar untuk inovasi teknologi berpaten di Asia.
Salah satu yang mencuri perhatian adalah robot pintar Robelf.
’’Hey, Robelf,’’ ucap Nick Chang. Robot dengan bodi berwarna putih tersebut sekejap membuka mata dan melirik ke sisi kirinya. Di sanalah sales representative Robelf itu berdiri. Robot yang dilengkapi kamera di kepalanya tersebut memang memiliki fitur facial recognition. Fitur itu memungkinkan Robelf bekerja sebagai pengasuh anak dan pendamping lansia.
Robelf juga memungkinkan komunikasi panggilan video. Dengan tubuh yang dilengkapi tangan dan wajah dari layar besar, komunikasi jarak jauh terasa mendekatkan kedua pihak. Perintah panggilan bisa dilakukan dengan suara atau bantuan aplikasi dari jarak jauh. ’’Call dad,’’ kata Chang. Dalam sekejap, muncul suara nada sambung dan layar Robelf menampilkan nama kontak ’’Dad’.’
Orang tua yang bekerja di luar lebih bebas memastikan kondisi anak atau lansia yang berada di rumah melalui tampilan video live. Robelf dibangun dengan beberapa titik sensor di bagian samping dan bawah untuk menghindari tabrakan saat berjalan mengelilingi rumah.
Linfon Chen, founder Robelf, mulai memikirkan konsep Robelf saat melihat teknologi mobile device yang terus berkembang. ’’Biaya untuk peralatan high digital juga makin menurun,’’ ujarnya. Selanjutnya, pria asal Taipei itu berpikir untuk menggunakan tablet sebagai interface robot. Hasilnya diharapkan lebih humanis dan harganya bisa lebih murah bagi pengguna.
Selain bertugas sebagai penjaga, Robelf dilengkapi fitur cerita-cerita anak. ’’Fitur ini bisa digunakan guru TK untuk membantu proses belajar,’’ jelas Chang. Hingga saat ini, Robelf sudah dipasarkan di Taiwan dan Korea Selatan.