Tambah Bibit dan Fasum untuk Hutan Mangrove
SURABAYA, Jawa Pos – Semakin menurunnya populasi burung liar di kawasan pantai timur Surabaya (pamurbaya) mendapat perhatian dari para pakar ekologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Sebab, kondisi itu bisa memengaruhi ekosistem lain di dalamnya. Terlebih, pamurbaya berstatus important bird area (IBA) oleh Birdlife International.
Penemuan buruan yang sengaja digantung dan ditinggalkan di kawasan konservasi mangrove Wonorejo pada Minggu (6/10) menjadi perhatian para pengamat burung. Keberadaan laboratorium alami tersebut tentu membuat eksistensinya harus diperhatikan. Mereka berharap kawasan itu tidak hanya dikembangkan dari sisi ekonomi, tetapi juga ekologinya.
Tercatat ada lebih dari 140 spesies burung di kawasan pamurbaya. Bahkan, beberapa titik kawasan itu sudah menjadi sarang tetap. Misalnya, burung kuntul yang banyak ditemui di muara. Dosen biologi ITS Iska Desmawati pernah meneliti distribusi burung di Wonorejo pada 2010 dan 2013. Sejumlah fakta ditemukan bahwa ada beberapa spesies burung di Wonorejo yang hilang.
Fakta-fakta tersebut:
Pada 2010, ditemukan 24 spesies. Semua berjenis kingfisher. Termasuk jenis Alcedo coerulescent (raja udang biru) yang hanya ditemukan di Indonesia. Pada 2013, ditemukan 20 spesies atau empat spesies tidak ditemukan lagi.
Spesies yang hilang meliputi Anhinga melanogaster (pecuk ular asia), Egreta eulophotus (kuntul cina), elang laut perut putih, dan kuntul karang. Pada 2019, penelitian terbaru berfokus pada persebaran burung migran di Surabaya. Dalam satu petak sawah atau tambak, terjadi penurunan 400–500 individu. (Penelitian masih berlangsung).
Pengamat burung Surabaya Iwan Londo menuturkan, sekitar 20 persen dari jumlah tersebut masuk status dilindungi. Artinya, hutan mangrove menjadi laboratorium hidup. Dia menyebut kejadian matinya satwa dilindungi tersebut baru pertama ditemui. Padahal, dia melakukan pengamatan dan blusukan ke tempat itu sejak 1998.
Pengembangan wilayah tersebut jadi kawasan konservasi seperti kebun raya memang positif. Namun, ada yang perlu diingat Pemkot Surabaya. Yakni, pengembangan tidak hanya berfokus pada dampak ekonominya. Tetapi juga ekologinya. ’’Harus seimbang, jangan sampai malah dieksploitasi,’’ paparnya.
Iwan mengatakan, burung bukan satu-satunya satwa di sana. Berdasar pengamatan yang pernah dilakukan, terdapat spesies berang-berang atau otter dan kucing hutan. Bahkan, diduga ada kucing bakau di sana.
’’Keragaman itu membuktikan bahwa kawasan pamurbaya masih terjaga,’’ katanya. Iska Desmawati, dosen Laboratorium Ekologi Departemen Biologi Fakultas Sains ITS, mengatakan bahwa tim ITS sering memonitor kawasan pantai timur Surabaya. ’’Tahun ini kami lebih melihat distribusi burungnya. Burung-burung migran,’’ jelasnya.
Terkait dengan kasus burung yang ditemukan mati berjenis Alcedo coerulescent, lanjut dia, pihaknya masih harus mempelajarinya lebih jauh. Khususnya terkait penyebab burung-burung itu mati. ’’Informasi yang saya terima baru satu jenis spesies, alcedo,’’ lanjutnya.
Iska menjelaskan, pihaknya juga melakukan monitoring secara berkala. Baik ketika musim migrasi burung, kemarau, maupun hujan.
DEMI meningkatkan kepedulian pada bumi di masa mendatang, ribuan orang dari berbagai elemen seperti Korps Marinir Koarmada II, Koramil Rungkut, Polsek Rungkut, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jatim, dan LPMK Medokan Ayu menanam bibit mangrove di Pantai Medokan Sawah kemarin (7/10). Kegiatan yang dilaksanakan pukul 07.00 itu diadakan dalam rangka memperingati HUT Ke-74 TNI yang jatuh pada Sabtu (5/10).
Berlatar di area mangrove, Komandan Pasmar (Pasukan Korps Marinir) Koarmada II Brigadir Jenderal TNI (Mar) Ipung Purwadi MM membuka kegiatan tersebut secara simbolis. Setelah itu, dengan didampingi anggota muspika, satu per satu bibit bakau ditancapkan ke tanah. ’’Jumlahnya 4.000 batang. Disebar dari sisi utara ke timur,’’ katanya.
Menurut Ipung, penanaman itu sangat diperlukan sebagai investasi masa depan. Fungsinya melestarikan hutan menuju kedaulatan pangan, air, dan energi terbarukan. Bahkan, untuk jangka panjang, kehadiran bibit baru itu juga mewujudkan Indonesia sebagai negara poros maritim. ’’Tidak gampang. Tapi juga tidak mustahil. Pasti bisa,’’ jelasnya.
Lurah Medokan Ayu Ahmad Yardo Wifaqo mengungkapkan, aktivitas itu sekaligus menopang ekowisata di area tersebut. Dia menjelaskan, semakin banyak mangrove yang tumbuh membuat kawasan semakin asri. ’’Pembangunan masih digencarkan. Terutama penambahan fasilitas,’’ ungkapnya.
Fasilitas di Ekowisata Mangrove Gunung Anyar juga ditambah. Kemarin pemkot melalui DPUBMP Surabaya membangun jogging track (JT) di sisi selatan jalan.
Lintasan yang dipasang sepanjang 8 meter. Bahannya terbuat dari bambu. Koordinator Ekowisata Mangrove Gunung Anyar Ahmad Yani menuturkan pemkot berniat membuat kawasan terpadu. ’’Medokan Ayu dan Gunung Anyar kan ingin disambungkan lewat jembatan gantung. Penyambung ke jembatan itu ya dengan JT ini,’’ jelasnya.