Kenalkan UU Pesantren kepada Santri
JAKARTA, Jawa Pos – PDI Perjuangan (PDIP) terus berupaya menepis tuduhan sebagai parpol yang memusuhi Islam. Kemarin (8/10) Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto berkunjung ke Pesantren Luhur Al-Tsaqafah,Ciganjur, Jakarta Selatan. Di ponpes yang diasuh Ketua Umum PB NU Said Aqil Siroj itu, Hasto mengenalkan UU Pesantren kepada para santri.
Hasto menyatakan, PDIP tidak bisa dipisahkan dari santri. Menurut dia, Presiden Pertama RI Soekarno adalah santri. ”Bung Karno sangat dekat dengan Islam,” terangnya. Sampai sekarang, partainya juga tetap dekat dengan umat Islam, khususnya warga Nahdlatul Ulama (NU).
Menurut dia, pasangan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin adalah bentuk kedekatan antara kaum nasionalis dan umat Islam. Jokowi dari unsur nasionalis, sedangkan Ma’ruf dari kalangan religius. Sejak awal, kata dia, Jokowi sangat memberikan perhatian kepada warga kecil yang merupakan warga NU. ”Presiden berupaya menyejahterakan wong cilik,” ucapnya.
Hasto membantah jika partainya dikatakan anti-Islam. Itu dibuktikan dengan banyaknya kader PDIP dari NU. Salah satunya Nabil Haroen, ketua umum PP Pagar Nusa yang merupakan anggota DPR dari PDIP.
Alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut juga menegaskan bahwa PDIP punya andil dalam memperjuangkan UU Pesantren yang baru-baru ini disahkan DPR dan pemerintah. UU baru itu sebagai bentuk kepedulian terhadap pesantren yang selama ini mempunyai andil besar dalam memajukan bangsa.
Sementara itu, Said Aqil menyatakan, hubungan antara santri dan kaum nasionalis seperti PDIP harus terus dijaga. Sejak awal, kata dia, NU dengan kaum nasionalis juga sudah bersatu melawan penjajah. Saat ini, pemerintah juga sudah memberikan perhatian besar kepada kaum santri. ”Hubungan itu sangat penting,” terangnya.