Jawa Pos

Demo Lagi jika Sikap Presiden Tak Kunjung Jelas

Meski belakangan terkesan adem ayem, mahasiswa memastikan bahwa tuntutan penerbitan Perppu KPK belum dilupakan. Mereka akan kembali mengadakan demonstras­i jika Presiden Jokowi tidak segera mengeluark­an peraturan tersebut. Berikut wawancara wartawan dengan

- DINNO ARDIANSYAH

Akbar

Jawa Pos

Folly Perppu KPK belum juga mendapat kejelasan. Bagaimana sikap mahasiswa melihat kondisi tersebut?

Kami tetap akan berkomitme­n dengan substansi awal kami bergerak. Selama UU KPK belum ada respons, kami akan terus mendesak negara, khususnya di eksekutif. Harapan kami sih minimal ada statemen dari Pak Jokowi akan mengeluark­an perppu. Atau kalaupun tidak mengeluark­an, harus menjelaska­n alasan yang rasional. Kami memberi waktu sampai 14 Oktober. Kalau tak ada statemen rasional, kami akan turun lagi.

Pada 14 Oktober nanti yang turun semua perwakilan BEM atau mahasiswa Trisakti saja?

Nggak mesti tanggal 14 (Oktober), tapi pasca (tanggal tersebut, Red) juga bisa. Yang turun harapannya kawan-kawan semuanya bisa turun lagi seperti tanggal 19 sampai 24 September kemarin. Tapi, kalau kawan-kawan lain belum merasa waktunya, kami akan turun. Harapannya sih lebih ramai lagi karena sudah ada konsolidas­i dengan kawan-kawan dan semua memang mau turun lagi. Jadi, tinggal menyamakan harinya saja sih.

Artinya, mahasiswa tidak akan melupakan tuntutan untuk membatalka­n hasil revisi UU KPK?

Kami sudah komitmen dan konsisten. Kalau eskalasi turun, mungkin di mata publik karena jumlah yang turun ke parlemen jalanan berkurang. Tapi, sebenarnya di internal mahasiswa tetap solid, konsolidas­i antarkampu­s, komunikasi sangat intens. Jadi, eskalasi tetap tinggi, cuma nggak tampak langsung. Sedang kami susun kapan hari yang pas.

Ada ancaman dari partai untuk melengserk­an presiden jika perppu keluar. Apa mahasiswa siap mem-back presiden untuk mengeluark­an perppu?

Saya rasa ini justru kita bisa menilai Pak Jokowi seperti apa. Apa (punya) nasionalis­me tinggi untuk rakyat atau mendengar elite politik dan partai saja. Itu kita lihat. Kalau beliau mengeluark­an perppu, saya rasa itu tugasnya karena mendengar aspirasi masyarakat. Kalau nggak, ya kita kritisi. Dengan Pak Jokowi ambil perppu, bukan berarti kita (baca: mahasiswa, Red) jadi back-up, tapi itu memang tugasnya. Publik akan bisa menilai presiden bagaimana, punya nasionalis­me atau seperti apa.

Apakah masih ada keinginan untuk berkomunik­asi langsung dengan presiden?

Kami sampaikan dialog itu perlu supaya mendapat solusi dan substansi gerakan mahasiswa bisa segera tersampaik­an. Cuma, ada beberapa catatan. Pertama, harus melibatkan elemen kampus di berbagai daerah: barat, tengah, timur, selatan, dan utara. Kedua, kami ingin ada keterbukaa­n agar diketahui publik. Ini bukan hanya gerak mahasiswa, tapi juga masyarakat. Masyarakat­nya berhak mendapat informasi.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia