Harus Ngotot demi Olimpiade
DI tengah segala kesulitan, cabor-cabor Olimpiade Tokyo 2020 harus tetap berlatih keras. Bagi mereka, SEA Games masuk event kualifikasi Olimpiade. Ini, misalnya, berlaku buat angkat besi. Dari 10 lifter yang dikirim ke Filipina, ada empat yang dibebani target istimewa. Tidak hanya meraih emas, tapi juga mengejar poin kualifikasi.
Mereka adalah Eko Yuli Irawan (kelas 61 kg), Deni (67 kg), Rahmat Erwin Abdullah (73 kg), dan Windy Cantika Aisah (49 kg). Triyatno, peraih perak Olimpiade London 2012, tidak bisa ambil bagian lantaran kalah angkatan oleh Erwin saat seleksi nasional.
Angkat besi punya target juara umum. Tapi, jumlah medali masih dirahasiakan. Yang pasti, melebihi 2 emas dan 2 perak yang diperoleh pada SEA Games 2017. Dari hasil Kejuaraan Dunia 2019, PB PABBSI optimistis dengan target yang mereka pancang. ’’Sektor putra punya peluang maksimal untuk merebut banyak emas,’’ jelas Dirdja Wihardja, pelatih kepala pelatnas angkat besi.
Peluang yang disebut itu mungkin datang dari Eko dan Deni. Sedangkan Rahmat bisa jadi kuda hitam. Di sektor putri, jelas harapan utama berada di pundak Cantika yang terus mencatat progres angkatan. Masih ditambah Lisa Setiawati (kelas 45 kg) yang baru saja meraih emas di Kejuaraan Dunia.
PB PABBSI tidak mengalami kendala berarti untuk mengatasi persaingan di tingkat Asia Tenggara. Sebab, mayoritas lawan terberat untuk kualifikasi Olimpiade berasal dari Tiongkok dan Korea Selatan. Untuk kelas 61 kg, bisa jadi Vietnam yang jadi penantang utama.
Hal sebaliknya dialami cabor bulu tangkis. Dalam kalender BWF, SEA Games tidak masuk agenda kualifikasi Olimpiade 2020. Karena itu, SEA Games malah ’’mengganggu’’ kans para pemain untuk lolos ke Olimpiade.
Prestasi gilang-gemilang di Asian Games 2018 ternyata benar-benar memabukkan. Bikin lupa segalanya. Termasuk persiapan SEA Games 2019 Filipina. Digarap dengan setengah hati, sungguh tidak banyak yang bisa kita harapkan ....
PASCA-Asian Games 2018, pelatnas memang seperti mati suri. Pendanaan dari Kemenpora macet. Proposal pengajuan anggaran bolak-balik direvisi. Alasannya macam-macam. Tidak detail lah, tidak realistis lah. Alhasil, cabor tidak berani memanggil atlet untuk dilatih secara terpusat di Jakarta (atau daerah lain yang ditunjuk). Hanya pelatnas bulu tangkis, atletik, dan angkat besi yang bisa berjalan berkat dukungan sponsor.
Cabor baru berani memanggil atlet setelah dana dicairkan Kemenpora. Itu terjadi sekitar pertengahan tahun ini. Padahal, event dua tahunan tersebut digelar mulai 30 November nanti. Jika dihitung dari pencairan dana, pelatnas baru digelar intensif dua bulan terakhir. Nah, saat pelatnas baru berjalan, badai menyerang.
Menpora Imam Nahrawi ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi oleh KPK pada 18 September lalu. Padahal, banyak detail pelaksanaan yang harus diurus oleh menteri asal Bangkalan, Madura, tersebut. Misalnya, penunjukan chef de mission (CdM ) alias kepala kontingen. Juga finalisasi cabor.
Sesmenpora Gatot S. Dewa Broto mengakui persiapan SEA Games 2019 sangat jauh dari ideal. Secara tersirat, dia menyampaikan bahwa prestasi Indonesia tahun ini tidak mungkin melebihi edisi 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia. Kala itu, kita terperosok di peringkat kelima. Di bawah Malaysia, Thailand, Vietnam, bahkan negara mungil Singapura.
’’SEA Games kurang dari dua bulan, golden moon-nya sebetulnya sudah lewat,’’ ucap Gatot kemarin. ’’Makanya bisa peringkat kelima itu sudah bagus. Peringkat keempat lebih bagus lagi. Jangan bayangkan kita menjadi juara umum. Siapa sih yang tidak mau juara umum? Tapi, kita harus realistis,’’ tutur dia.
Kemarin Kemenpora merilis daftar cabor yang akan diikuti Indonesia. Kita bakal terjun dalam 45 cabor dengan target 45 emas. Total atlet yang diberangkatkan 673 orang. Lebih ba-nyak daripada kontingen Indonesia dalam SEA Games 2017 yang hanya 534 orang dari 36 cabor. Idealnya, dengan jumlah atlet lebih banyak, kita bisa meraih lebih banyak emas daripada dua tahun lalu. Saat itu kita mengumpulkan 38 emas, 63 perak, dan 90 perunggu.
Ketua KOI Erick Thohir beranggapan jumlah tersebut sudah pas. Tidak terlalu gemuk. Apalagi, ada aturan skuad dengan komposisi 60-40. Yakni, 60 persen atlet muda dan 40 persen senior. Jadi, kalau kontingen SEA Games kali ini banyak diisi atlet muda, bagi Erick, tidak ada masalah. ’’Kalau memang dananya ada, saya rasa juga bukan masalah sedikit dan kurang. Tapi, ini kesempatan mereka (atlet) berlatih tanding,’’ lanjut dia.
Masalahnya, tidak semua cabor siap dengan komposisi itu. Apalagi jika mereka dibebani target tinggi. Seperti atletik dan bulu tangkis. Juga angkat besi. Sebagai cabor andalan, mereka menerjunkan lebih banyak atlet senior daripada junior.
Sekjen PB PASI Tigor Tanjung mengatakan, dari 35 atlet yang dikirim ke Filipina nanti, lebih separonya sudah berpengalaman di event internasional.
’’Pada dasarnya, kami setuju banget SEA Games diberikan kepada atlet muda sebagai batu loncatan. Namun, proses tidak bisa seketika,’’ kata Tigor kemarin. ’’Bisa saja sih kebijakan itu kami berlakukan. Tapi, tidak dapat medali ya kurang elok,’’ lanjut dia.
Kemenpora menargetkan induk segala cabang olahraga itu bisa meraih lebih dari empat emas. Apakah itu memungkinkan? Tigor tidak menjawab gamblang.
’’Susah pasang target. Dengan suasana seperti ini, saya rasa tidak pada tempatnya kami pasang target,’’ ucap Tigor. ’’Biar hasilnya nanti bagaimana. Yang jelas, siap melakukan yang terbaik,’’ tambah dia. Atletik Akuatik Panahan Bulu tangkis Sofbol Basket Biliar Bowling Tinju Kano/kayak/TBR Catur Balap sepeda Dansa (dance sports) Sepak bola Golf Senam
Hoki indoor Hoki es
Ice skating Judo Karate Pentathlon Sepak takraw Muay thai Rugby seven Skateboarding Dayung Menembak Soft tennis Squash Surfing Taekwondo Tenis
Voli Angkat besi Wushu E-sports Jujitsu Kickboxing Kurash Petanque Sambo Wakeboarding Polo Pencak silat