Disangka Hilang, Dua Mahasiswa Dicari Orang Sekampung
Universitas Narotama kembali meluluskan mahasiswa asing penerima beasiswa. Banyak cerita selama para WNA tersebut menempuh studi. Mulai proses adaptasi hingga prestasi yang mereka raih.
GALIH ADI PRASETYO, Jawa Pos
IJAZAH belum ada di tangan. Namun, Dircia Dos Santos Ricardo sudah mendapat kepastian ke mana dirinya bekerja setelah menyelesaikan kuliah.
Karir di Banco Central de Timor Leste (BCTL) sudah menanti. Dia berhasil menyisihkan 2.000 pesaing yang berpendidikan S-2. ”Hanya saya yang masih S-1, belum lulus lagi,” ujar perempuan 24 tahun itu saat ditemui di Universitas Narotama (Unnar) pada 25 September lalu.
Ya, anak bungsu empat bersaudara itu merupakan satu di antara sembilan penerima beasiswa In-House Unnar. Nekat sekaligus pengalaman yang dia miliki mendorongnya untuk meraih beasiswa dari perguruan tinggi tersebut.
Perempuan kelahiran Dili, Timor Leste, itu ingat betul saat memutuskan melanjutkan kuliah di Surabaya, dirinya mendapat penolakan. Ayahnya, Juliao Ricardo, tidak mengizinkan perempuan penghobi novel tersebut pergi jauh. ”Saya berusaha meyakinkan ayah agar tetap bisa berangkat,” katanya. Apalagi, saat itu kondisi keuangan keluarganya sedang sulit. Tawaran beasiswa tersebut tentu tidak disia-siakan.
Tahun 2015 menjadi awal Dircia menginjakkan kaki di Kota Pahlawan. Dia mengambil program studi manajemen. Dia mengikuti berbagai kegiatan untuk bisa membaur. Mulai klub bahasa Prancis, Mandarin, karawitan, hingga membatik. Juga, kompetisi nasional dan internasional. Salah satunya, ikut pertukaran pelajar ke Taiwan.
Saat hendak lulus, Dircia juga mendapat tawaran
J
Ada peluang melanjutkan program magister di National University of Kaohsiung (NUK) dan mengikuti program Singapore Youth World Peace. Namun, dia tidak menerima tawaran itu. Keinginannya untuk mengabdi di negara sendiri dirasa lebih penting. ”Saya merasa negara berkembang seperti Timor Leste butuh orang seperti saya. Saya ingin mengabdi dulu,” katanya.
Selain Dircia, ada Armilah Dimadi dan Aneesa Madeng dari Thailand. Duo penghobi traveling tersebut menempuh program studi jurusan teknik. Mereka sering lupa waktu kalau sudah jalanjalan. Bahkan sempat dikira hilang. Orang sekampung bingung mencari mereka.
Kejadian itu berawal saat mereka diajak ke Pacitan oleh ibu kos. Memang, area persawahan dan gunung menjadi pemandangan yang menggelapkan mata. Mereka pun meminta izin untuk berkeliling. Namun, sampai magrib, mereka tak kunjung kembali. ”Ibu kos sampai nangis, orang-orang di kampung itu berkeliling mencari kami,” ujar Aneesa tanpa bisa menahan tawa. Namun, hal tersebut tidak membuat mereka kapok. Justru penjelajahan dan target keliling dunia sudah mereka pasang. Terdapat koreksi berita berjudul Bolak-balik Kelurahan-Dinkes demi Selembar SKM yang terbit di Metropolis Jawa Pos pada Sabtu (5/10). Dalam berita tersebut tertulis, bagi Astrid Dwi Wahyuningtyas, selembar surat keterangan miskin (SKM) begitu bernilai. Kalimat tersebut dirasa kurang tepat. Astrid merasa SKM tidak sepenting itu. Untuk penyakit, disebutkan dysfunctional uterine bleeding (DUB). Yang tepat adalah anomali uterus bleeding (AUB). Selain itu, pernyataan berbunyi selama empat hari Astrid rela bolak-balik Kelurahan Simomulyo Baru-dinkes demi mengurus SKM. Yang benar datang sekali ke dinkes. Dalam berita juga tercantum bahwa Astrid harus cepat-cepat kembali ke RS untuk bertemu dengan dokter dan membuat jadwal ulang operasi. Kalimat itu kurang tepat. Sebab, tujuan ke dokter untuk kontrol. Terakhir, pada paragraf kelima disebutkan, SKM baru tuntas sekitar pukul 16.00. Yang betul adalah pukul 15.30. Demikian koreksi ini. Redaksi memohon maaf.