Jawa Pos

Uji Kualitas Udara dengan Dua Alat

-

SURABAYA, Jawa Pos – Kualitas udara di tiap kecamatan dimonitor. Salah satunya di Kecamatan Jambangan. Menurut Kasi Pemantauan Kualitas Lingkungan dan Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya Ulviani Ekasari, pemantauan tersebut bertujuan untuk menilai seberapa tinggi polusi di setiap kecamatan. ’’Surabaya Selatan jadi wilayah pertama tempat uji kualitas udara,’’ ujarnya.

Ada dua jenis polusi yang diuji di setiap wilayah. Yakni, gas dan partikel udara dari beberapa ukuran. Mulai PM 1.0 hingga PM 10. Berbagai jenis partikel udara tersebut bisa mengakibat­kan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jika masuk ke saluran pernapasan terus-menerus.

DLH juga memantau kandungan gas di tiap wilayah. Misalnya, SO2, NOx, O3, dan CO. Ulvi, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa monitoring kandungan gas saat ini belum bisa dilakukan. ’’Alatnya masih trouble karena digunakan terus-menerus,’’ ucapnya.

Ulvi menuturkan, terdapat dua alat yang digunakan untuk menguji kualitas udara. Yaitu, particulat­e matter dan gas monitoring kit. Dua alat tersebut memiliki fungsi yang berbeda. ’’Sudah ada empat kecamatan yang diuji. Tiga di antaranya di Surabaya Selatan dan satunya di wilayah Surabaya Timur,’’ paparnya. Saat ini gas monitoring kit masih bermasalah. ’’Kalau sudah bisa, akan dimonitor ulang sehingga kondisi gas dan partikel semua wilayah bisa diketahui,’’ paparnya.

Teknisnya, Ulvi menjelaska­n bahwa dua alat tersebut dipasang secara mobile di seluruh kecamatan selama 24 jam. Dalam durasi itu, alat akan merekam kondisi udara setiap setengah jam sekali. Data tersebut akan dihimpun dan dilihat selama sehari. ’’Hasilnya masih kami kumpulkan dulu per kecamatan,’’ katanya.

Selain itu, beberapa titik di Surabaya Pusat turut melakukan monitoring. Salah satunya Taman Bungkul. Khusus area tersebut, monitoring dilangsung­kan saat car free day saja. Teknisnya sama. Alat itu akan dipasang di titik yang dianggap aman, kemudian dibiarkan selama 24 jam. ’’Agar bisa membanding­kan perbedaan kualitas udara pada CFD dengan hari biasa,’’ tambahnya.

Hasil pengujian tersebut juga jadi bahan kajian efektivita­s ruang terbuka hijau (RTH) di setiap kawasan. Juga, melihat seberapa bagus udara jika dilihat dari pola ruangnya. Jika kurang, upaya lain seperti penambahan RTH bisa dilakukan. ’’Hasil ini juga jadi bahan rekayasa lalin di Surabaya. Misalnya, di satu titik gas buang emisnya tinggi, lalin di lokasi itu bisa direkayasa untuk menurunkan polusi,’’ paparnya.

Sebenarnya, lanjut Ulvi, Surabaya Selatan sudah memiliki fix station yang dipasang di Kelurahan Kebonsari. Fungsinya sama, yakni mengontrol kualitas udara. ’’Hanya, fix station ini tidak bisa dibawa secara mobile,’’ jelasnya. Karena itu, untuk bisa melihat secara detail per wilayah, particulat­e matter dan gas monitoring kit akan dibawa keliling ke seluruh kecamatan.

 ??  ??
 ?? DIPTA WAHYU/JAWA POS ?? DI SEMUA KECAMATAN: Dua petugas DLH Surabaya mengecek kualitas udara di Kecamatan Jambangan menggunaka­n particulat­e matter kemarin.
DIPTA WAHYU/JAWA POS DI SEMUA KECAMATAN: Dua petugas DLH Surabaya mengecek kualitas udara di Kecamatan Jambangan menggunaka­n particulat­e matter kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia