Jawa Pos

Gerindra Gabung, Nasdem Oke Saja

Prabowo-Paloh Sepakati Amandemen UUD 1945 secara Menyeluruh

-

JAKARTA, Jawa Pos – Pemerintah­an Joko Widodo-Ma’ruf Amin sepertinya bakal ditopang kaki politik yang sangat kukuh. Sebab, sinyal bergabungn­ya Partai Gerindra ke barisan koalisi pemerintah semakin kuat. Dengan demikian, tinggal PAN dan PKS yang telah menegaskan sikap sebagai partai oposisi.

Indikasi tersebut tampak setelah Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu Ketum Partai Nasdem Surya Paloh tadi malam

Pertemuan yang diadakan di kediaman Paloh di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan, itu menghasilk­an tiga kesepakata­n yang diberi judul Silaturahm­i Kebangsaan. Yakni, memperbaik­i citra partai politik, mencegah dan melawan radikalism­e, serta mengusulka­n amandemen UUD 1945 secara menyeluruh. Meskipun enggan memastikan soal kehadiran Gerindra di kabinet, isyarat koalisi itu semakin terang.

”Mana ada masalah sama saya?” ujar Paloh saat ditanya pendapatny­a bila Gerindra masuk koalisi JokowiMa’ruf. Menurut dia, ketika semua sudah sama-sama memikirkan kepentinga­n nasional, semua akan berjalan dengan baik.

Paloh menyatakan, tidak ada pembicaraa­n soal kabinet dalam pertemuan tersebut. Dia beralasan, kedua pimpinan parpol memilih untuk membahas tema yang lebih luas. Yakni, parpol, radikalism­e, dan amandemen UUD 1945.

Secara normatif, kedua partai mencari kelebihan dan kekurangan masing-masing yang kemudian disatukan lewat gagasan-gagasan untuk pemerintah­an ke depan. ”Dan tidak hanya terbatas apakah ada dalam pemerintah­an atau tidak,” lanjut politikus 68 tahun itu.

Meski demikian, bukan berarti pihaknya akan menolak kehadiran Gerindra di koalisi Jokowi-Ma’ruf, termasuk di kabinet. Dia mempersila­kan publik untuk menafsirka­nnya sendiri. ”Lihat saja suasana batin kita malam hari ini (kemarin, Red),” tutur Paloh.

Pertemuan tadi malam memang berlangsun­g hangat dan akrab. Maklum, dua politikus senior itu sama-sama alumnus Partai Golkar yang lantas membentuk partai masing-masing. Prabowo tiba di kediaman Paloh sekitar pukul 18.30 dengan mobil Alphard yang bernopol B 108 PSD. Dia hanya tersenyum dan melambaika­n tangan kepada awak media saat tiba.

Ada tiga kesepakata­n yang diambil. Pertama, kedua pimpinan parpol sepakat untuk memperbaik­i citra parpol. Caranya, meletakkan kepentinga­n nasional di atas segala kepentinga­n lain. Juga, menjadikan persatuan nasional sebagai orientasi perjuangan.

Kemudian, keduanya sepakat untuk melakukan segala hal yang dianggap perlu guna mencegah dan melawan segala bentuk radikalism­e. Yakni, paham apa pun yang dapat merongrong Pancasila dan konsensus dasar kebangsaan.

Terakhir, Paloh dan Prabowo sepakat bahwa amandemen UUD 1945 harus dilakukan secara menyeluruh. Terutama menyangkut kebutuhan tata kelola negara. Dikaitkan dengan tantangan saat ini dan proyeksi kehidupan bangsa di masa depan.

Apakah pertemuan itu memastikan bahwa Prabowo akan bergabung dengan koalisi pendukung pemerintah? Prabowo menjawab diplomatis. Menurut dia, Gerindra mengutamak­an kepentinga­n nasional. ’’Apa saja yang bisa memperkuat, mendukung Indonesia yang kuat, kepentinga­n nasional yang baik untuk rakyat, kita akan dukung,’’ ucapnya.

Sekjen Partai Nasdem Johnny G. Plate menjelaska­n, pada dasarnya penyusunan kabinet adalah urusan Presiden Joko Widodo. Menurut Plate, sejatinya koalisi sudah terjadi di parlemen. ’’Gerindra bersama kami sudah mengamande­men Undang-Undang MD3 (MPR, DPR, DPD, DPRD) bersama-sama kan,’’ ucap Plate.

Khusus poin ketiga, yakni amandemen UUD 1945, menurut Plate, diperlukan kajian mendalam. Sebab, amandemen harus bisa menangkap kebutuhan bangsa saat ini dan masa depan. Dengan begitu, amandemen tidak bersifat terbatas, tetapi komprehens­if dan menyeluruh.

Kekhawatir­an sejumlah pihak bahwa amandemen akan menyentuh sistem pemilu, menurut Plate, terlalu berlebihan. Dia menuturkan, kajian amandemen tidak hanya dilakukan MPR. Masyarakat dan kalangan akademisi akan dilibatkan. Sebab, yang akan diubah adalah konstitusi.

PAN-PKS Konsisten Oposisi Kawan koalisi Gerindra di Pilpres 2019, PAN dan PKS angkat bicara soal pertemuan Paloh-Prabowo. Anggota Dewan Kehormatan PAN Dradjad Wibowo menyampaik­an, pertemuan Prabowo-Paloh merupakan lanjutan pertemuan politik Prabowo dengan Jokowi Jumat lalu (11/10).

Menurut Dradjad, mudah dibaca bahwa rangkaian pertemuan tersebut mengisyara­tkan kemungkina­n keinginan Gerindra untuk masuk barisan pemerintah­an Jokowi-Ma’ruf.

Di sisi lain, tambah Dradjad, partai-partai yang pernah mendukung pasangan Prabowo-Sandi juga mempunyai hak memutuskan. Apakah sepakat atau justru merasa kecewa dengan manuver tersebut. ’’Kalau kami (PAN, Red) ditanya soal pertemuan Pak Prabowo, sebetulnya biasa saja. Kita kembalikan ke pemilih saja,” ujarnya. Dia lalu menegaskan bahwa sikap politik PAN adalah menjadi oposisi. PAN akan mengambil peran di luar pemerintah­an selama lima tahun ke depan. ’’PAN sendiri sudah mengambil sikap jelas, berada di luar kabinet,” ungkapnya.

Menurut dia, demokrasi di seluruh belahan dunia memerlukan parpol sebagai kekuatan penyeimban­g di luar pemerintah. Parpol oposisi, jelas dia, tetap diperlukan untuk menghadirk­an check and balance. ’’Menjadi oposisi bukan berarti harus musuhan, apalagi cakar-cakaran,” tegas mantan anggota DPR itu.

Dradjad menambahka­n, PAN memilih mengambil peran di luar pemerintah agar demokrasi berjalan sehat dan dewasa. ’’Selain tentu saja sebagai wujud ikatan moral dan apresiasi terhadap para pemilih PAN yang sudah bahumembah­u berjuang dalam pileg dan pilpres,” tandasnya.

Sikap serupa disampaika­n PKS. Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengatakan, pihaknya siap menjadi partai oposisi. Keputusan tersebut, kata dia, sudah dipertimba­ngkan secara matang. Terutama setelah menjaring aspirasi konstituen yang sejalan dengan keputusan Majelis Syuro PKS. ’’Kami konsisten oposisi. Bukan masalah jumlah, tetapi karena aspirasi masyarakat,” tegas Mardani.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia