Fokus Garap Segmen Entry-Level
SURABAYA, Jawa Pos – Pasar motor matik di segmen entry-level masih punya potensi besar untuk digarap. Marcomm and Development Division Head PT Mitra Pinasthika Mulia (MPM) Suhari mengatakan, di tengah perlambatan ekonomi seperti sekarang, konsumen cenderung memilih motor dengan harga terjangkau. Disesuaikan dengan daya belinya.
’’Penjualan di segmen entry-level selalu naik tiap bulannya. Kami rasa, market di segmen bawah berpeluang besar untuk terus dikembangkan,’’ ujarnya saat Genio Custom Playground di Pakuwon Mall Surabaya, Sabtu (12/10). Dia mencontohkan, penjualan Honda Beat di Jatim dalam sebulan selalu mencapai 20 ribu unit. Kemudian, Scoopy berada di kisaran 17 ribu unit per bulan. Sementara itu, Genio berhasil terjual sekitar 5 ribu unit tiap bulan.
’’Khusus Genio, lonjakannya cukup drastis sejak di-launching Juni lalu. Bulan pertama, sales-nya hanya 2.500 unit per bulan. Sekarang sudah 5 ribu unit,’’ terang Suhari. Selama ini, motor matik memang jadi penyumbang terbesar penjualan MPM selaku main dealer motor Honda di wilayah Jatim dan NTT. Kontribusinya 90 persen. Disusul motor sport 6 persen dan motor bebek 4 persen.
Menurut dia, meskipun Honda punya banyak produk di segmen motor murah, tiap varian memiliki desain dan menyasar konsumen yang berbeda-beda. Tidak saling memakan pasar atau kanibalisme.
JAKARTA, Jawa Pos – Pertumbuhan ekonomi tahun ini diyakini masih berada di atas 5 persen. Meski berbagai tantangan dari sentimen eksternal harus terus membayangi ekonomi dalam negeri. ’’Perkiraan kami 5,08 persen. Ya sama dengan pertimbangan kami yang lalu, melihat kondisi ekonomi dunia yang sedang turun,’’ ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara akhir pekan lalu.
Proyeksi itu juga tak jauh dari level yang dipatok Bank Dunia. Menurut laporan East Asia and Pacific Economic Update October 2019: Weathering Growing Risk, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 tetap berada di angka 5 persen. Level tersebut turun dari proyeksi sebelumnya 5,1 persen.
Suahasil melanjutkan, proyeksi itu sejalan dengan aktivitas perdagangan yang mengalami kontraksi. Nilai ekspor disebutnya masih menurun. ’’Penurunan ekspor akan memengaruhi sektor-sektor lain seperti manufaktur. Perkiraan yang dikeluarkan Bank Dunia tidak berbeda jauh dengan angka kami,’’ tambahnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor Indonesia sepanjang periode Januari–Agustus 2019 hanya USD 110,07 miliar atau merosot 8,28 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Padahal, ekspor merupakan salah satu komponen penyokong pertumbuhan ekonomi selain konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, impor, dan penanaman modal tetap bruto (PMTB).
Perang dagang AS-Tiongkok memang berdampak pada permintaan dan penawaran di pasar global. Dampaknya, hal itu ikut memukul kinerja ekspor dan impor Indonesia karena Tiongkok merupakan pasar ekspor utama Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menambahkan, pihaknya terus mencermati kinerja ekspor. Terutama dampak kinerja ekspor pada pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga tahun ini. ’’Kami menganggap ada beberapa faktor yangmasihjadiperhatian,terutama dari sisi ekspor. Kami akan lihat apakah investasi juga bisa distimulasi dari berbagai kebijakan maupun dunia usaha,’’ jelasnya.
Menko Perekonomian Darmin Nasution juga optimistis kondisi ekonomi di Indonesia masih bisa tumbuh. Darmin mengakui, ketidakpastian global berupa perang dagang memang akan menekan ekspor. Namun, kondisi tersebut disebutnya tidak akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
’’Karena memang kita bergantung pada demand dalam negeri daripada ekspor.”