Jawa Pos

Pioli-Ranieri

-

MILAN, Jawa Pos – Menelan 4 dan 6 kekalahan dari 7 giornata. Itulah performa AC Milan dan Sampdoria menjelang giornata kedelapan. ”Prestasi” itulah yang jadi faktor utama dipecatnya Marco Giampaolo dan Eusebio Di Francesco.

Sebagai pengganti Giampaolo, Pioli bakal diuji tim promosi Lecce dini hari nanti (siaran langsung beIN Sports

pukul untuk mengatrol Milan dari posisi ke-13 saat ini. Tre punti alias tiga poin jadi harga mati karena laga dihelat di San Siro. Sedangkan Ranieri bakal away melawan AS Roma (siaran langsung beIN Sports 2 pukul 20.00 WIB).

Pertanyaan­nya, apa yang baru dari dua pelatih itu? Formasi yang diusung Pioli diyakini tidak akan banyak berubah dari Giampaolo yang sempat menjajal 4-3-1-2, 4-3-3, dan 4-2-3-1.

Giampaolo sempat banjir kritik saat menerapkan 4-3-1-2 dalam tiga giornata melawan Udinese (25/8), Inter Milan (22/9), dan Torino (27/9). Hasilnya? Rossoneri –julukan Milan– selalu kalah. Sedangkan saat menerapkan formasi 4-33 melawan Fiorentina (30/9) dan Genoa (6/10), Milan sekali kalah dan sekali menang.

Sejumlah catatan itulah yang membuat formasi 4-3-3 disinyalir bakal jadi pilihan Pioli. Faktor lain, formasi tersebut sudah dipakai allenatore Milan musim lalu Gennaro Gattuso dan tidak banyak waktu untuk bereksperi­men.

”Yang penting, kami punya ide untuk pertanding­an besok meski kami tidak punya banyak waktu untuk bekerja sama (Pioli jadi pelatih Milan per 9 Oktober 2019, Red). Secara garis besar, metode saya difokuskan pada detail, mulai recovery hingga diet yang bisa membawa keuntungan di lapangan (jika dilakukan dengan tepat, Red),” ucap Pioli seperti dilansir Football Italia.

Eks pelatih Lazio, Inter Milan, dan Fiorentina itu juga menerapkan aturan baru bagi Alessio Romagnoli dkk. Dia meniadakan kegiatan menginap di kamp latihan pada H-1 pertanding­an untuk memberi tanggung jawab pemain atas pendekatan profesiona­l mereka.

Pioli juga memperketa­t aturan penggunaan gadget bagi para pemain. Tujuannya, komunikasi antar pemain lebih intens sehingga bisa menular di lapangan.

Pekerjaan lebih berat berada di pundak Ranieri. Il Samp

–julukan Sampdoria– saat ini mengendap di posisi juru kunci dengan baru mengoleksi 3 poin dari 7 giornata.

Seperti dilansir Corriere dello Sport tadi malam, pelatih yang membawa Leicester City menjadi kampiun Premier League 2015–2016 itu mengatakan bak menjalani peran ganda di Sampdoria. Yakni, psikolog dan pelatih. Sebab, pelatih berjuluk Tinkerman tersebut dituntut untuk bisa membenahi kondisi psikis Fabio Quagliarel­la dkk.

Apesnya, Ranieri bakal bersua Roma yang baru menelan satu kekalahan hingga giornata ketujuh. Poin plus Ranieri, dirinya paham kondisi Gialloross­i karena sempat menjadi pelatih karteker Roma pada putaran kedua musim lalu.

”Saya tidak ingin melihat pemain sedih atau membiarkan kepala terus tertunduk. Tim mulai membaik. Saya berharap Quagliarel­la bisa mencetak gol besok (malam nanti, Red),” ucap Ranieri, merujuk Quagliarel­la yang jadi capocannon­iere musim lalu dengan 26 gol. Apalagi, laga nanti dihelat di kandang Sampdoria, Stadio Luigi Ferraris. Tetapi, debut Ranieri terancam tertunda.Sebab,cuacadiKot­aGenoa memburuk.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia