Terapkan Pancasila di Kehidupan Sehari-hari
SIDOARJO, Jawa Pos – Pancasila sebagai dasar negara tidak bisa diganggu gugat. Warga negara Indonesia pun harus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Itu yang menjadi pembahasan diskusi di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida). Fokusnya adalah darul ahdi wasy syahadah.
Apa itu? Yakni, negeri yang didirikan dan dibangun berdasar perjanjian. Negeri yang dibangun atas dasar kesepakatan. Yakni, sepakat tentang dasar negara adalah Pancasila.
Apa implikasi logisnya? ”Seluruh sila-sila itu harus bisa diimplementasikan dalam berbangsa,” ucap Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas mengawali diskusi kemarin.
Misalnya, sila pertama dikaitkan dengan bisnis. Baik sebagai produsen, konsumen, maupun distributor. Maka, pelaku tersebut tidak boleh melakukan hal tercela dan dilarang agama sesuai sila pertama. ’’Tidak terlibat praktik ribawi, ghahar, khamar, judi. Karena itu, sebagai muslim yang pancasilais, harus membangun ekonomi sesuai agama,” jelas pria yang juga menjabat Sekjen MUI tersebut.
Terkait sila kedua, pelaku ekonomi tidak boleh melakukan praktik yang mengancam jiwa atau merusak kesehatan konsumen. Misalnya menggunakan formalin atau zat lain yang membahayakan. ’’Termasuk tidak mempekerjakan orang dengan gaji yang sangat rendah di luar kewajaran,” katanya.
Perwakilan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Fauzan Amar menambahkan, tiap sila harus dikuatkan dengan implementasi dan pembelajaran sehari-hari. ’’Sosialisasi empat pilar kebangsaan harus terus dilakukan. Diskusi dan dialog harus terus dipupuk,” tuturnya.
Selain itu, elite dan para pemimpin harus memberikan keteladanan dalam pengamalan
Pancasila. ’’Misalnya pengamalan sila kedua, di Muhammadiyah diwujudkan dalam pendirian panti asuhan, rumah sakit, Lazizmu, dan banyak lagi,” ucapnya.
Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Mukhaer Pakkanna menyebut, perlu humanisasi, liberasi, dan transendensi. ’’Humanisasi itu menciptakan manusia unggul,” terangnya. Liberasi, lanjut dia, membebaskan manusia dari segala ketergantungan serta melepaskan manusia dari kemiskinan dan kesenjangan. ’’Keluar dari kebodohan, keterbelakangan,” imbuhnya.