Setahun Tutup 400 Akun Kontroversi
Kekurangan fisik tidak membatasi Aiptu Sirman Eko Hambali tetap bertugas. Bahkan, anggota unit Intel Teknologi Polresta Sidoarjo itu mendapatkan penghargaan dari Kapolresta Sidoarjo Kombespol Zain Dwi Nugroho karena kinerjanya.
KETIKA berada di depan layar, Aiptu Sirman terlihat sangat sibuk. Tatapan matanya tajam memperhatikan berbagai aktivitas dunia dari balik layar monitor. Dia juga memantau dan memeriksa segala laporan dari tiga smartphone khusus sebagai perangkat pembantu.
Hebatnya, pria 46 tahun itu hanya menggunakan satu tangan kanan dalam berpatroli siber. Sejak menderita stroke empat tahun lalu, kondisi fisiknya tak seprima dulu. ’’Seluruh bagian tubuh sebelah kiri tidak bisa berfungsi normal,’’ ucapnya. Sebenarnya, tangan kiri masih bisa merasakan, tapi tidak bisa digerakkan.
Namun, keterbatasan tersebut tidak mengurangi semangatnya untuk bekerja. Berbagai penghargaan sudah dia dapat. Terbaru, kinerjanya sebagai operator siber patrol diapresiasi Kapolresta Sidoarjo pada Senin (14/10).
’’Paling rajin melaporkan akun-akun kontroversial. Setelah diamati lebih lanjut, ternyata memang benar,’’ ungkapnya. Setidaknya, sejak setahun terakhir, ada 400 akun yang sudah di take down dari hasil patrolinya. ’’Ada tahapannya. Tidak sembarangan,’’ ujar pria asli Pamekasan tersebut.
Sebenarnya, dia tidak menyangka mendapatkan kondisi itu. Sebab, sebelum sakit, dia termasuk pribadi yang rajin berolahraga. Terutama bersepeda. ’’Dulu sering berangkat ke kantor naik sepeda,’’ paparnya. Selain itu, dia hampir tidak pernah mengisap asap rokok. ’’Mungkin terlalu jemawa. Akhirnya dapat peringatan,’’ ucapnya.
Hal itu tentu tidak membuatnya putus asa. Apalagi dalam menjalankan tugasnya sebagai cyber cop tersebut. ’’Paling sering mengamati aktivitas media sosial. Perlu diingat bahwa para provokator selalu menggunakan akun anonim,’’ jelasnya. Jika dibiarkan, hal itu mungkin dapat mempengaruhi stabilitas nasional. ’’Harus memahami pola komunikasi di internet. Jangan mudah terpengaruh cuitan atau unggahan yang tidak jelas,’’ terangnya.
Menurut Sirman, tugas itu sangat mudah. Semua orang pasti bisa melakukan pekerjaannya. ’’Tinggal betah duduk saja. Mudah kan?’’ candanya. Namun, yang membuatnya berbeda adalah kemampuan menggunakan perangkat teknologi informasi yang tidak semua orang bisa. ’’Ada beberapa langkah verifikasi. Semuanya belajar otodidak dari berbagai sumber dan pelatihan,’’ ujarnya.
Dia memiliki ketertarikan di dunia teknologi. ’’Hobi sambil bekerja. Justru makin termotivasi,’’ ungkapnya.