Jawa Pos

PDIP Tak Masalah, Relawan Kecewa

Soal Prabowo Masuk Kabinet Jokowi-Ma’ruf Hari Ini Audisi Terakhir Calon Menteri, Besok Pelantikan

-

JAKARTA, Jawa Pos – Tak ada kawan dan lawan abadi dalam politik. Yang abadi hanyalah kepentinga­n. Prinsip politik itu tampak pula dalam penyusunan kabinet Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Prabowo Subianto yang pernah dua kali menjadi lawan Jokowi dalam pilpres kini masuk kabinet

Dia disebut bakal menduduki kursi menteri pertahanan.

Prabowo mengaku menerima mandat langsung dari Presiden Joko Widodo di Istana Kepresiden­an Jakarta kemarin (21/10). ”Kami diminta memperkuat kabinet beliau. Dan saya sudah sampaikan, jika diminta, Partai Gerindra siap membantu. Kali ini resmi diminta dan kami siap membantu,” tegas dia setelah bertemu Jokowi. Prabowo mengatakan bahwa dirinya diminta membantu presiden di sektor pertahanan. ”Beliau izinkan untuk menyampaik­an bahwa saya diminta membantu di bidang pertahanan,” imbuhnya.

Bahkan, lanjut dia, Jokowi telah memberikan sejumlah arahan terkait visi bidang pertahanan. Prabowo siap menanggung tugas tersebut. ”Saya akan bekerja serius untuk mencapai sasaran-sasaran yang dibutuhkan,” imbuhnya. Prabowo kemarin ditemani Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Edhy Prabowo. Edhy disebut bakal menduduki kursi menteri pertanian. Namun, Prabowo enggan membocorka­n posisi untuk Edhy. Menurut dia, kepastiann­ya disampaika­n pada Rabu besok (23/10). Namun, dia mengisyara­tkan bahwa partainya mendapat jatah dua menteri. ”Yang dipanggil dua, jadi berapa?” kata dia sebelum beranjak pergi. Selama ini kans masuknya Edhy santer terdengar. Mantan ketua Komisi IV DPR itu disebut-sebut bakal ditempatka­n sebagai menteri pertanian.

PDI Perjuangan (PDIP) menanggapi santai masuknya Prabowo di kabinet. Sekjen PDIP Hasto Kristiyant­o mengatakan, sosok yang diundang Jokowi ke istana merupakan hasil pembahasan bersama para ketua umum partai koalisi dengan presiden. ”Seluruh Ketum partai sudah diajak bicara dan berdiskusi,” terang dia di Gado-Gado Boplo, Cikini, Jakarta Pusat, kemarin. Namun, Jokowi juga punya hak prerogatif dalam menyusun kabinet. Pihaknya menghormat­i nama yang ditetapkan Jokowi. Sebab, presidenla­h yang mengambil keputusan dan menentukan pergerakan kemajuan Indonesia ke depan.

Begitu juga soal posisi menteri pertahanan yang akan dijabat Prabowo. Hasto mengatakan, tentu Jokowi sudah memikirkan­nya secara matang. Hasto yakin masuknya Gerindra tidak akan mengganggu soliditas koalisi. ”Karena semangat gotong royong inilah yang sebenarnya menjadi jiwa bangsa,” ungkapnya.

Ketua Umum Arus Bawah Jokowi Michael Umbas mengatakan, soal masuknya Gerindra ke koalisi sudah disampaika­n Jokowi saat bertemu relawan Minggu malam (20/10). ”Pak Jokowi menyampaik­an dengan bahasa halus, tapi relawan tidak diberi ruang untuk bertanya kenapa,” tutur dia.

Menurut dia, para relawan merasa gelisah dengan keputusan itu. Sebab, secara psikologis mereka masih terbawa kerasnya persaingan pilpres. Sulit menerima lawan masuk kabinet.

Yang menjadi pertanyaan relawan, adakah keuntungan politik lebih besar bagi Jokowi dengan masuknya Gerindra? Apakah itu hanya semata-mata untuk rekonsilia­si? Pihaknya ingin memastikan dalam pemerintah­an Jokowi lima tahun ke depan tidak terjadi hal-hal buruk. Yaitu, adanya pihak yang memanfaatk­an kekuasaan atau membajak pemerintah­an.

Sebenarnya, kata dia, yang ingin diketahui para relawan adalah alasan Jokowi mengajak Gerindra.

”Apakah bisa dipastikan tidak ada ancaman dalam pemerintah­an lima tahun mendatang,” ucapnya. Dia juga masih mempertany­akan sikap Prabowo yang sangat menggebu-gebu ingin berkuasa, kemudian bersikap baik sekali terhadap Jokowi, kemudian masuk koalisi dan meminta jatah menteri. Apakah hanya jatah menteri yang diinginkan Prabowo?

Sikap Prabowo itu masih menimbulka­n tanda tanya. Sebab, menurut Umbas, Prabowo datang ingin masuk koalisi, kemudian menyodorka­n posisi menteri yang diinginkan. Berbeda jika dia ingin masuk kabinet, kemudian menyerahka­n keputusan posisi menteri ke Jokowi. Apalagi, dia bukan anggota koalisi.

Umbas menegaskan, sebagian besar relawan kecewa dengan keputusan masuknya Prabowo ke kabinet. Namun, para relawan berprinsip, Jokowi-lah yang akan menjalani pemerintah­an dan yang lebih tahu susunan kabinet. ”Tapi, jangan sampai keputusan itu berdampak buruk,” tegasnya.

Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari mengatakan, tidak mengherank­an jika Prabowo bergabung dalam kabinet JokowiMa’ruf. Menurut dia, fenomena politik tersebut tidak terlepas dari hubungan baik Prabowo dengan Jokowi selama ini. Plus kedekatan Prabowo dengan Megawati Soekarnopu­tri (ketua umum PDIP) yang menjadi tokoh kunci dalam koalisi Jokowi-Ma’ruf. ”Hubungan yang harmonis inilah yang membuat Prabowo dan Gerindra lebih mudah diterima. Tentu Pak Jokowi juga sudah membuat kalkulasi,” ujarnya.

Menurut Qodari, Prabowo dan Jokowi sebetulnya tidak memiliki persoalan secara pribadi. Justru keduanya merupakan sahabat dan mitra dalam berdemokra­si. Itu terlihat dari intensitas pertemuan Jokowi dengan Prabowo. ”Jika bicara terkait kontestasi Pilpres 2019, Jokowi-Prabowo ini adalah 50 persen lawan dan 50 persen kawan,” ulasnya.

Soal sikap Prabowo yang siap menjadi menteri Jokowi, Qodari menilai ketua umum Gerindra tersebut hendak membuktika­n ide dan gagasan yang selama ini dimilikiny­a. Khususnya soal kedaulatan pangan dan energi, swasembada air, serta membangun pertahanan negara yang kuat.

Dia yakin Prabowo adalah sosok mantan tentara yang sangat lapangan. ”Jadi, kalau ditanya mana yang dipilih, saya yakin Prabowo akan memilih menteri pertahanan,” katanya.

Pakar komunikasi politik Universita­s Paramadina Hendri Satrio mengungkap­kan, cara Jokowi memanggil calon menteri bak audisi hanyalah persoalan gaya kepemimpin­an. ”Jokowi kan sudah ngomong kemarin bahwa hari ini dia akan mulai memperkena­lkan calon menterinya,” terangnya saat berbincang dengan Jawa Pos kemarin.

Begitulah cara yang dipilih Jokowi untuk memperkena­lkan calon menterinya kepada publik. Menyuruh calon menterinya masuk lewat akses yang mudah dijangkau awak media. Sebelum mereka diperkenal­kan secara resmi Rabu pagi. Hanya, perkenalan tak resmi kemarin cuma sebatas publikasi calon-calon menteri. ”Kalau diperhatik­an, nggak ada satu pun dari mereka yang berani ngomong posisinya ada di mana,” lanjutnya.

Pun demikian Prabowo. Dia tidak menyatakan secara lugas posisi yang akan ditempati. Hanya sempat menyebut dimintai bantuan di bidang pertahanan. Sangat mungkin Jokowi melarang mereka untuk berbicara soal posisi.

Cara tersebut, jelas Hendri, agak mirip dengan 2014. Bedanya, jumlah calon menteri yang diundang ke istana kala itu lebih banyak ketimbang saat ini. Bagi Hendri, yang menjadi pertanyaan

Pos, justru bukan soal menteri. Melainkan apakah calon wakil menteri dan kepala badan juga akan diperkenal­kan lewat metode yang sama.

Selain itu, sistem mirip audisi menjadi cara Jokowi untuk mengetahui reaksi publik atas caloncalon menterinya. ”Seperti biasa,

Pak Jokowi kan senangnya testing the water,” ucapnya. Bila ada masalah, tentu publik akan bereaksi. Bukan tidak mungkin, reaksi publik akan berpengaru­h terhadap jadi tidaknya seseorang diangkat sebagai menteri.

 ?? RAKA DENNY/JAWA POS ??
RAKA DENNY/JAWA POS
 ?? RAKA DENNY/JAWA POS ??
RAKA DENNY/JAWA POS
 ?? RAKA DENNY/JAWA POS ??
RAKA DENNY/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia